Ji Ahn sudah bertekad kalau dia tidak akan bertemu lagi dengan Hoseok, setidaknya untuk saat ini. Apalagi setelah kejadian kemarin, Ji Ahn semakin bersikeras untuk tidak bertemu dengan Hoseok, setidaknya setelah keadannya membaik.
Jika diingat seberapa menyedihkannya dirinya, Ji Ahn sangat frustasi. Ia memohon kepada Hoseok, menangis padanya, dan berharap bahwa Hoseok mau membantunya namun nihil, Ji Ahn tak tahu apakah ia masih memiliki harga diri di depan lelaki itu atau tidak. Karena sungguh, Ji Ahn merasa malu sekaligus marah, dan juga kesal.
Ketika pulang ke rumah, Ji Ahn langsung pergi ke kamarnya. Rumah sepi seperti biasa, Ayahnya tidak ada, dan Ji Ahn pikir Jungkook ada di kamarnya sendiri. Entah remaja itu sudah tidur atau belum, kamarnya nampak sepi dari luar.
Setelah pertemuannya dengan Namjoon, mood-nya kembali membaik. Setidaknya bicara dengan Namjoon sedikit membuat hatinya merasa lega. Selama ini, Ji Ahn selalu menyimpannya sendiri. Ji Ahn tak pernah membagi rasa sedihnya, luka dan rasa takutnya terhadap hidupnya. Ji Ahn pikir, ia sudah dewasa, ia harus mampu menjadi pedoman untuk Jungkook, dan juga teman yang baik untuk adiknya itu. Ji Ahn tak mau jika Jungkook ikut merasakan rasa sakit dan beban yang ia rasakan.
Cukup baginya Jungkook kehilangan seorang ibu, tidak perlu ada lagi perasaan rumit yang lainnya.
Baru saja Ji Ahn hendak naik ke tempat tidur, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar. Ji Ahn tertegun sejenak, siapa? Pikirnya. Apakah Jungkook?
Lantas, dengan cepat Ji Ahn menghampiri pintu dan membukanya dengan sekali tarikan.
"Jungㅡ oh? Ayah?"
.
.
."Mau sampai kapan paman melakukan ini?" Hoseok menatap Tuan Jeon yang duduk di sampingnya . "Kenapa tidak paman beri tahu saja kalau diaㅡ"
"Hoseok-ah," Tuan Jeon menyela. Lalu ia balas menatap Hoseok. "Paman sangat ingin melakukannya jika bisa. Tapi, paman harus memperhitungkan segala bentuk konsekuensi yang akan paman ambil untuk kedepannya. Paman tidak mau kehilangan Jungkook dan Ji Ahn."
Lalu Tuan Jeon mengalihkan pandangannya pada dua sosok yang tengah bicara di dalam mini market. Yang salah satu dari keduanya itu tak lain adalah putrinya, Ji Ahn.
"Tapi mereka kehilangan sosok seorang ibu." Jawab Hoseok. "Aku mengerti jika paman tidak mau kehilangan Jungkook dan Ji Ahn, tapi kurasa paman harus memberitahu Ji Ahn yang sebenarnya."
Saat Hoseok melihat sosok lelaki yang sedang bersama Ji Ahn itu tiba-tiba menangkup wajah gadis-nya, Hoseok mencengkeram kemudi dengan erat. Menatap tak suka pada sosok lelaki itu yang telah berani menyentuh miliknya.
"Dan juga, memberitahu kebenaran tentang siapa itu Kim Namjoon."
"Tidak semudah itu, Hoseok. Paman tidak tahu apa maksud dari munculnya Namjoon di kehidupan putriku. Apa alasan dia mendekati Jungkook dan Ji Ahn. Paman tidak tahu."
Tuan Jeon melirik Hoseok yang memasang wajah keras sambil menatap tajam sosok lelaki yang tengah dibicarakan. Lalu, Tuan Jeon tersenyum tipis, "Itulah kenapa aku memintamu untuk mengawasinya."
Ketika Hoseok melihat Ji Ahn tertawa bersama Namjoon di sana. Hati Hoseok mencelos. Keadaannya jauh berbeda ketika Ji Ahn menemuinya beberapa saat lalu. Bahkan Hoseok membuatnya menangis. "Aku akan melakukannya, Paman. Mungkin tidak bisa secepat yang kau harapkan tapi, aku tidak akan mengecewakanmu."
Hoseok adalah teman kecil Ji Ahn. Mereka sudah bersama sejak dulu, Tuan Jeon tentu sangat mengenal siapa Hoseok. Termasuk bagaimana sifat dan prilakunyaa, juga tentang perasaannya pada putrinya. Maka dari itu, Tuan Jeon sangat mempercayai Hoseok. Tuan Jeon juga berharap besar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backspace [Jung Hoseok]
RandomJung Hoseok hanyalah teman kecilnya bagi Ji Ahn yang megetahui betapa gelapnya masa lalu Ayah dan Ibunya. Ji Ahn meminta lelaki itu menjauh, dia mendorongnya untuk pergi. Ji Ahn tidak menerima kehadiran Hoseok. Namun, Hoseok yang bebal tidak akan ma...