[4]

91 15 1
                                    

Jungkook diam di halaman belakang sekolahnya, kedua matanya tertuju pada kotak makan dengan ukuran besar yang tersimpan di atas meja kayu di hadapannya. Wali kelasnya mengatakan kalau kakaknya, Ji Ahn, datang ke sekolah untuk memberikan bekal itu padanya. Jungkook tak habis pikir pada kakaknya yang sengaja datang ke sekolah hanya untuk ini.

"Jungkook, apa kau baik-baik saja?" tanya wali kelasnya ketika Jungkook diminta datang ke ruang guru. "Nilaimu menurun beberapa bulan ini. Apa ada kesulitan saat belajar? Ssaem bisa membantumu."

Ditanyai seperti itu Jungkook hanya diam saja. Membuat wali kelasnya itu mendesah panjang karena Jungkook tak kunjung menjawab.

"Pulang sekolah nanti, pergilah ke ruang konseling."

Setelah itu, Jungkook berlalu pergi dan lagi-lagi tak mengatakan apa pun yang membuat wali kelasnya menggelengkan kepala.

Jungkook menghela napasnya lelah, memang benar beberapa bulan ini keadaannya sedang buruk. Dia rindu ibunya, dia juga rindu ayahnya. Ketika mendengar ayahnya akan pulang, Jungkook sangat senang, namun begitu melihat ayahnya berada di depannya, entah mengapa Jungkook merasa marah.

Ayahnya itu berjanji untuk membawa pulang kembali ibunya ke rumah, tapi itu hanya bualan, penghibur untuknya supaya Jungkook diam dan tak lagi menanyakan keberadaan ibunya padanya. Ayahnya tak pernah menepati janjinya, itulah sebabnya Jungkook selalu merasa marah dan kesal.

Di sisi lain, Jungkook tak suka jika ayahnya itu terlalu mementingkan pekerjaannya ketimbang menghabiskan waktu bersama dengan dirinya dan juga kakaknya. Setelah dua tahun kepergian ibunya, yang entah di mana keberadaannya sekarang, hanya ayahnya lah yang dekat dengannya, hanya ayahnya lah yang menjadi tempatnya untuk berkeluh kesah, menceritakan semua kekesalan yang dialami selama di sekolah karena temannya jahil padanya, atau tempatnya mengadu jika kakaknya lebih memilih mengerjakan tugas di akhir pekan daripada bermain dengannya.

Jika ayahnya terlalu bekerja keras, lantas siapa yang akan menjadi tempatnya untuk berteduh? Jungkook ingin ayahnya menjadi ayah yang normal. Bekerja dan pulang ke rumah, menjadi ayahnya dan juga temannya. Menjadi orang tua yang seutuhnya.

Kotak bekal berisi makanan itu dia buka, saat ini jam makan siang dan Jungkook mau tak mau harus memakan makanan itu daripada harus mementingkan ego dan berujung dengan kelaparan.

Jungkook tidak membenci ayahnya hanya saja, dia merasa kesal itu saja. Dia juga merasa kesal pada kakaknya yang terlalu mengkhawatirkan dirinya dan menganggapnya sebagai anak kecil. Jika bersama Namjoon, lelaki yang jauh lebih tua usianya darinya itu pasti akan melihatnya sebagai teman dan juga adik laki-laki yang bisa diajak bermain. Tanpa merasa khwatir akan dilarang atau mengatakan tidak untuk apa yang dia suka dan dia inginkan.

Ah, kalau seperti ini Jungkook jadi merindukan Namjoon. Padahal baru beberapa kali bertemu, tapi Jungkook sudah merasa sedekat ini dengannya. Jungkook ingin menghabiskan waktu bersama dengannya lagi.

.
.
.

"Ji, kau yakin?"

Hoseok mengekori Ji Ahn yang hendak masuk ke dalam mobilnya. Kuliahnya sudah selesai dan dia ingin segera pulang. Tapi, Hoseok sepertinya tak mau ditinggal begitu saja olehnya, sebab sedari tadi lelaki bermarga Jung itu tak hentinya bicara dan mengomel di sepanjang jalan karena ajakan kencan yang terkesan tiba-tiba dari Namjoon membuat Hoseok tak terima.

"Aku tak setuju. Jangan katakan kau mau berkencan dengannya."

Ji Ahn baru saja ingin membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya jika saja Hoseok tidak menahan tangannya, dan menarik bahunya untuk menghadap ke arahnya.

Backspace [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang