Bab 2

20 2 0
                                    

Rintik hujan diluar menemani seorang gadis yang masih setia memejamkan matanya. Gadis itu sangat tenang dalam tidurnya, tak ada tanda sedikitpun untuknya terbangun. Entah berapa lama lagi orang-orang disekitarnya dibuat menunggu. Sangat banyak yang merindukan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya.

Cklek..
Pintu terbuka dan menampakkan sosok gadis seumurannya.

"Selamat sore ika, maaf ya gue datang cuma sendirian. Maya gak bisa dateng, dia lagi ada acara sama keluarganya". Ucap Vanna sambil menggenggam tangan sahabatnya.

Dan gadis yang di ajak bicara itu tak memberikan respon apapun terhadapnya. Vanna hanya bisa menghela nafas kasar dan kembali untuk tersenyum kecil.

"Lo tau gak ka, banyak banget hal yang lo lewatin selama lo tidur. Emang lo gak mau tau? Lo gak penasaran apa?". Ucap Vanna dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Lo harus bangun ka, kita semua berharap ketika lo bangun lo bakal tunjukkin lagi senyuman lo. Kaa... di luar hujan, lo juga sukakan hujan? Ayo ka bangun, lo pasti kangenkan hujan-hujanan?". Lanjut Vanna mulai meneteskan air mata sambil menggoyangkan pelan lengan sahabat nya.

"Hari ini gue sedih ka, gue putus sama Rayen. Bener kata lo ka, Rayen tuh brengsek.... plis dong ka bangun, lo janjikan kalo Rayen nyakitin gue lo bakalan ngehajar dia. Ayo ka sekarang tepatin janji lo". Vanna kembali menangis setelah mengungkapkan perasaannya.

Tak disangka setelah Vanna selesai mencurahkan hatinya, mesin EKG berbunyi nyaring menampilkan garis lurus bewarna hijau. Vanna sangat panik dalam keadaan seperti ini, sambil menangis Vanna menekan tombol untuk meminta bantuan yang ada diruangan itu.

•••

Vanna sangat takut kehilangan sahabatnya, tak berapa lama seorang dokter keluar dari ruangan tersebut dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Bagaimana keadaan sahabat saya dok?". Tanya Vanna pada seorang dokter dengan raut wajah yang khawatir.

Dokter tersebut hanya diam menampilkan wajah datar. Membuat Vanna ingin segera berlari melihat langsung keadaan sahabatnya. Tapi ia urungkan niatnya. Ada rasa takut di dalam benaknya. Ingin rasanya Vanna menangis sekencangnya saat ini. Seharusnya dia tidak mencurahkan kesedihannya pada sahabatnya tadi.

Tak lama kemudian dokter pun menampilkan senyuman kecil diwajahnya.

"Ini sangat berada diluar dugaan saya, Meriska sekarang telah siuman. Kita harus segera memberi tahu kedua orang tuanya". Ucap dokter disertai senyumannya.

Vanna yang mendengar itu mengembangkan senyumannya. Raut wajah yang sendu lenyap seketika. Dia sangat bahagia dengan informasi yang baru saja dia dengar. Setelah mengucapkan terima kasih, Vanna langsung bergegas masuk kedalam ruangan Meriska dirawat.

Vanna tanpa mengucapkan sepatah kata pun langsung memeluk sahabatnya yang sedang terbaring di brankar.

"Sumpaaah, gue kangen banget sama lo ika. Gue kira gak bakalan ketemu lo lagi tadi. Maafin gue ika". Ucap Vanna dengan senyuman yang selama ini sempat hilang ketika menjenguk sahabatnya itu.

"Maaf, lo siapa ya?." Jawab Meriska dengan wajah datarnya.

Vanna yang mendengar perkataan itu langsung duduk tegak menatap manik mata sahabatnya. Senyuman yang tadi mengembang hilang seketika. Vanna tak habis pikir setiap hari menemani Meriska sekarang dia tak dikenali oleh gadis itu.

Vanna hampir akan meneteskan air matanya. Tetapi diurungkan setelah mendengar tawa yang keras dari orang di depannya.

BAHAHAHA......

"Lucu banget sumpah muka lo... aduhh... hahaha ...sakit perut gue....gitu aja mau nangis...yakali gue lupa muka jelek lo Vanna". Ucap Meriska sambil terbahak karena telah berhasil mengerjai sahabatnya.

"Sialaan lo. Gue kira lo beneran lupa sama gue anjir". Jawab Vanna sewot dengan wajah cemberut.

"Van.. lo kok sendiri? Bunda papa Maya mana? Terus Ido mana van? Dia baik-baikkan?". Tanya Meriska yang telah menghentikan tawanya setelah sadar ternyata Vanna hanya sendiri di ruangannya.

Seketika wajah Vanna berubah menjadi pucat. Dia tidak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan terakhir sahabatnya.

Cklek...

Pintu kembali terbuka menampakkan sepasang paruh baya dan seorang gadis yang langsung berjalan mendekat kearah keduanya. Vanna bisa sedikit bernapas lega karena ada orang yang masuk keruangan yang ditempati Meriska.

"Sayaaang........kamu udah bangun nak? Alhamdulillah nak, bunda seneng banget kamu akhirnya udah bangun. Ada yang sakit nak? bilang bunda." Cerocos Rita sambil memeluk sang putrinya.

"Bundaa... ika gak ada kok yang sakit. Ika kangen banget sama bunda". Jawab Meriska sambil membalas pelukan sang Bunda.

Dan setelah itu mereka membahas semua yang terjadi, melempar canda tawa dan sebagainya. Kecuali mengenai keadaan Alvado tentunya. Keadaan Valdo masih sangat dirahasikan untuk Meriska. Takut jika dia mengetahui keadaan sang kekasih Meriska akan syok.

Tetapi keadaan mendadak hening, setelah Meriska bertanya pada semua yang ada diruangannya.

"Bun, ido mana kok gak ada?".

•••

Maaf ya partnya singkat banget.

Gimana ya reaksi Meriska kalau tahu keadaan Valdo?

Senang atau sedih nih?

Kalian maunya senang atau sedih nih?

Kalau author pengennya ...... kamu ekwkwk

Ya udah jangan lupa vote nya guys....

Sampai ketemu di part selanjutnya.

Bubaay para bucinkuh... ;D

Dark loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang