Bab 4

15 3 0
                                    

Senja perlahan pamit pada sore
Langit malam beranjak menggantikan tugasnya
Lantas mengapa kau tak pernah pamit untuk pergi?

•••
Malam ini Meriska lebih memilih menghabiskan waktunya sendiri di sebuah cafe yang terkenal di kalangan remaja. Meriska hanya di temani diary dan laptopnya. Saat sedang fokus menulis, tiba-tiba seorang waiters menghentikan kegiatannya.

"Maaf lama menunggu, ini pesanannya. Stroberi tanpa susu". Ucap seorang waiters sambil meletakkan jus stroberi pada mejanya. Seakan sudah hafal dengan kebiasaannya. Meriska memang salah satu pelanggan di sebuah cafe terkenal bernama Gloria, dan sekaligus salah satu cafe milik kedua orang tua Meriska. Sehingga setiap kali datang di cafe ini, semuanya sudah mengetahui apa yang di inginkan gadis itu.

"Terima kasih". Ucap Meriska kepada sang waiters tanpa mengalihkan tatapan matanya dari layar laptop.

Dengan serius Meriska kembali mengotak atik laptopnya. Laptop dan diary salah satu kesukaan dan kebiasaan untuknya. Jika sudah berhadapan dengan kedua benda itu, Meriska tak lagi memperdulikan keadaan sekitarnya.

Tak jauh dari tempatnya duduk, ternyata DABAS juga sedang berada di cafe yang sama. Dengan cemilan dan minuman yang ada di atas meja, di sertai canda dan gelak tawa ketiganya.

"Ada beras di atas genteng, gak nyangka aja Bastian ganteng". Bastian berpantun sambil mengangkat kerah bajunya bangga  ;D

"APA.... MUKA LO KAYA ABU DAPUR?". Tanya kedua temannya bersamaan.

"Ikan hiu makan permen, pakyuu meenn". Jawabnya dengan tatapan sinis di sertai gelak tawa Aldi dan Darren.

"Jahanam lo berdua. Sesekali akui lah kegantengan gua". Ujar Bastian sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya.

Masih dengan gelak tawa ketiganya. Tak sengaja Darren menatap ke samping melihat sosok gadis yang sangat cantik fokus dengan laptopnya. Membuatnya tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya. Aldi dan Bastian menyadari itu mengikuti arah tatapan Darren.

"Wihhhhhh............ ada udang di balik batu, batunya batu akik". Ceplos Bastian memecah fokus Darren menatap sang gadis.

"Ini mah bukan batu akik... tapi batu es". Celetuk Aldi sambil tertawa di ikuti Bastian. Darren hanya diam menatap kedua temannya.

"Lo gak tau Ren. Tuh cewek yang kita maksud dikantin tadi. Cantik kan?". Tanya Aldi sambil meminum Mochaccinonya.

"Baru tai kan lo, makanya jangan fokus ke cabe mulu anjir". Cerocos Bastian sambil memakan kentang gorengnya.

Darren hanya tersenyum kecil merespon ucapan kedua temannya.

•••

Lo tau apa yang paling menyakitkan saat perpisahan?
Saat lo gak tahu kemana orang itu menghilang.

Sekarang Meriska berada di taman belakang sekolah. Ditemani angin yang menyejukan, cukup mengurangi hati yang gerah. Membuat Meriska sangat nyaman menghabiskan waktu istirahatnya.

Meriska akhir-akhir ini sangat suka menulis, menumpahkan segala yang ia rasakan kedalam bentuk tulisan. Memang setiap kita di datangkan sebuah masalah, kita terkadang butuh objek untuk menumpahkan segala yang kita rasakan. Seperti mencurahkan hati kita pada orang terdekat, seperti sang sahabat atau kedalam bentuk tulisan.

Ada juga yang memilih untuk menyimpannya rapat-rapat. Mungkin kali ini Meriska lebih memilih untuk menulis. Mengungkapkan segala yang ia rasakan kedalam diarynya. Saat sedang asik menulis, tiba-tiba ada sebuah minuman yang di sodorkan oleh seseorang.

"Buat lo". Kata seseorang itu kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata orang itu melenggang pergi meninggalkan gadis yang sedang terheran ditempatnya.

•••

Di pinggir lapangan basket, Bastian dan Aldi duduk sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang. Tidak ada kerjaan memang, keduanya lebih memilih duduk saling bersenderan. Keduanya bersamaan menoleh ketika suara langkah seseorang.

"Cebong, pada ngapain lo berdua?". Ucap Darren memecahkan keheningan keduanya sambil ikut duduk di tengah memberi jarak Aldi dan Bastian.

"Elah anjir gangguin orang aja". Ucap Aldi sambil menyilangkan kedua tangannya kedepan dada.

"Lo dari mana Ren?". Tanya Bastian dengan sebelah alis terangkat.

"Biasalah... urusan negara". Jawab Darren sekenanya.

"Anjir lo kaya penting aja idup lo". Ucap Aldi sambil menoyor kepala Darren. Darren hanya cengengesan merespon perlakuan Aldi.

"Ren, lo udah tau siapa nama bidadari es?". Tanya Bastian.

Darren hanya mengedikkan bahu acuh menjawab pertanyaan Bastian.

"Sok banget lu pea. Awas lu kalau dia juga lu embat. Gue piting leher lo". Ancam Aldi sambil menatap Darren sinis.

"Santailah anjir pacar gue juga udah banyak. Yakali nambah lagi. Nama-nama pacar gue aja lupa siapa aja". Jawab Darren sambil cengengesan.

"Gua gak percaya sama lo anjir. Kalau lo bilang gak suka sekarang, belum tentu besoknya lo gak masih suka". Bastian sambil menunjuk jarinya ke arah Darren.

Setelah keduanya sedang berdebat, ucapan Aldi menghentikan keduanya.

"Kayanya gue suka deh sama tuh cewek".

•••

Bonus fotonya Meriska :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus fotonya Meriska :)

Gimana part kali ini? Masih garing? Hmm....

Maap deh guys ....

Tapi gue udah usaha buat bikin nih cerita jadi gak garing-garing amat. Heheh jadi curhat kan.

Ya udah lanjut gak nih?

Lanjut aja ye nanggung :D

Baaay guys.....

Dark loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang