"Oke, kalau semua sudah setuju. Saya disini hanya untuk mengumumkan ini kepada kalian, untuk lebih lanjutnya seperti keberangkatan, sarana, hingga apa yang harus kalian persiapkan akan dijelaskan oleh Mba Puji dan Mas Bara. Silahkan Mba Puji dan Mas Bara, saya permisi terlebih dahulu. Saya ucapkan sekali lagi selamat kepada kalian."
Dengan langkah pelan namun pasti Pak Karim mulai menginjakkan kakinya untuk keluar dari ruangan itu.
. . .
"Siang semua." Sapa Mba Puji dan Mas bara hampir bersamaan."Siang." Jawab kami dengan suara yang tidak terlalu besar namun tetap terdengar. Sedikit terdengar seperti tidak bersemangat tapi sebenarnya bukan seperti itu yang kami rasakan, kami hanya masih berfikir apa ini adalah sebuah mimpi? Tak percaya rasanya sebuah agensi yang sangat besar dan terkenal ini memilih kami sebagai perwakilan di ekspedisinya.
"Jadi untuk keberangkatan akan kami berangkatkan sesuai dengan jadwal yang telah kami berikan saat pendaftaran, yaitu pada hari sabtu minggu depan. Oiya, saya Puji Lestari yang akan mengurus semua administrasi yang kalian butuhkan selama ekspedisi ini."
Itu berarti tepat 1 minggu lagi dari hari ini, aku dan beberapa orang yang aku belum kenal ini akan menjalani sebuah petualangan yang sangat ku dambakan.
"Dan saya Bara, kalian bisa memangil saya Mas Bara akan menjadi pembina yang akan membimbing kalian selama perjalanan ekspedisi ini. Nanti tak hanya saya saja yang akan mendampingi kalian dalam ekspedisi ini ada beberapa orang yang akan membimbing kalian, namun mereka tidak akan sepenuhnya mendampingi kalian, hanya pada kegaiatan dan waktu tertentu saja."
Ternyata laki - laki itulah yang akan mendampingi kita selama 2 minggu disana, pantas saja ia berada disini sekarang.
Dilanjut dengan penjelasan dari Mba Puji yang disampaikan dengan jelas dan telaten. Tak jarang salah satu dari kami memgangkat tangannya untuk bertanya.
"Gimana temen - temen masih ada yang ingin ditanyakan dari penjelasan Mba Puji?" Tanya Mas Bara memastikan.
Tak ada kata yang kami ucapkan, hanya gelengan tanpa suara tanda tak ada lagi hal yang ingin kami tanyakan.
"Oke kalau seperti itu," Kata Mas Bara sambil mengangguk - anggukan kepalanya.
"Kalian kan belum saling kenal ni... gimana klo kita kenalan supaya nanti pas kita ekspedisi lebih akrab." Lanjutnya.
"Hmm, mulai dari mana ya? Kamu deh." Tunjuk Mas Bara pada seorang anak laki - laki.
"Sa saya mas?" Tanyanya memastikan sedikit gagap karena kaget.
Tak ada suara yang keluar dari mulut Mas bara, yang ada hanyalah anggukan yang diikuti oleh senyuman manisnya sebagai jawaban.
"Emm, Nama saya Haikal Ravio Malik, kalian bisa panggil saya Haikal. Saya sekolah di SMAN 5."
Seorang anak yang pemalu dan kutu buku. Culun? Tidak, kata itu tidak menggambarkan dirinya. Penampilnya sangat menarik, namun entah darimana aura seorang kutu buku itu muncul. Mungkin kaca mata yang ia gunakan berhasil memancarkan auranya dengan kuat, sampai akhirnya membuatku menarik kesimpulan bahwa dia seorang kutu buku.
"Oke, makasi Malik, lanjut sebelahnya bisa memperkenalkan diri." Mas Bara mempersilahkan.
"Nama saya Wikana Putra Pamungkas, biasa dipanggil Wikana. Saya bersekolah di SMA Nusa Mandiri."
Jika kalian melihatnya sekarang pasti kata ini yang terbersit di benak kalian 'berwibawa'. Ya, cara berbicara dan menatapnyalah yang membuat orang yang melihatnya merasakan hal itu, bahkan pada saat jumpa pertama.
"selanjutnya."
"Saya Putri Titani Tabina, bisa dipanggil Tabina, saya sekolah di SMA Harapan Bangsa."
Tabina, terlihat anggun dan sangat memerhatikan penampilan dirinya. Lihat saja sekarang ia sangat tampil modis namun tetap sederhana. Sepertinya aku pernah mendengar namanya, tapi dimana ya? Hmm, sudahlah lupakan saja.
Sekarang giliranku memeperkenalkan diri, "Saya Ravina Aulia Zahra, biasa dipanggil Zahra. Saat ini saya bersekolah di SMAN 1."
Aku hanyalah gadis sederhana yang kata orang - orang memiliki otak seperti kalkulator, tepat dan cepat. Atau jika diartikan aku adalah seorang anak yang pintar.
"Perkenalkan, saya Mahendra Dzamar Prasetya, temen - temen saya biasa pangil saya dengan nama Dzamar, tapi kalau kalian mau panggil saya dengan panggilan lain juga boleh kok, dengan senang hati saya menerima, tapi tetep ya jangan yang aneh - aneh, hehe. Saya sekolah di SMAN 10."
Dari cara bicaranya saja semua orang tau Dzamar adalah anak yang gaul dan sangat percaya diri.
"Oke... semua nya udah kenal ya, gak kerasa ni udah sore aja, mungkin pertemuan untuk kali ini cukup. Kita lanjut lagi dipertemuan selanjutnya pada lusa sore, untuk info lebih lanjutnya akan kami buat grup online agar jika ada kabar terbaru lebih mudah untuk kami sampaikan."
Kalimat Mba Puji tersebut menjadi penutup dari pertemuan kami hari ini. Ya, Dzamar adalah orang terakhir yang memperkenalkan diri sebagai anggota tim kami.
Aku berharap ekspedisi dan tim ini bisa membawaku ke sebuah pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan. Bukan hanya untuk ku tapi juga untuk penduduk desa Palawiju.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEDICATE
General FictionCerita ini bukan sebuah kisah cinta romantis, yang dapat membuatmu membayangkannya sambil tersenyum geli di depan ponsel yang sedang kau pegang. Cerita ini mengisahkan sebuah pengalaman dari sebuah tim yang mengabdi pada sebuah desa terpencil dan p...