Check Out | Lee Jinhyuk

557 62 11
                                    

remake from cp : Phantasm at Line.



•••𝕃𝕚𝕞𝕖𝕣𝕖𝕟𝕔𝕖•••



Bunga, cokelat, parfum.

bip bip bip

Aku bisa menebak seperti apa malam yang direncanakan pria ini, namun aku takkan menghakimi.

Wanita selanjutnya dalam antrean, jauh lebih gampang ditebak. Dvd film romantis, anggur, es krim. bip bip bip

Lagi-lagi, aku takkan menghakimi. Aku hanya men-scan belanjaannya sementara kata-kata keluar dari mulutku tanpa fokus,

"Perlu yang lain? kantung kertas atau plastik? tunai atau gesek?"

Bekerja sebagai kasir seperti seorang pemeriksa mental. Ada alasan aku bekerja tanpa mengkonsentrasikan pikiran pada para pelanggan yang boleh dikatakan sebagai sosok asing bagiku. Hal ini dikarenakan ada sesuatu, sebuah kebiasaan yang kupunya. Suatu bakat untuk---

"Hei, bisa tolong ambilin kunciku?"

"Oh... tentu. Kamu pulang awal mbak Chaeyeon?"

Tentu saja bertanya hal itu hanya sekedar kedok belaka. Seperti yang kubilang, aku mampu melihat apa yang terjadi. Yah, semacam pemglihatan khusus, kepada orang-orang ketika kusentuh barang kepunyaan mereka.

Begitu meraih kunci motor milik Jung Chaeyeon, aku melihatnya akan berada di sebuah parkiran hotel bersama sosok Lee Jinhyuk, asisten manajer kami.

"Iya. Gak enak badan." ucapnya, seraya memijat pelipis. "Migrain."

Kuserahkan kunci pada telapak tangannya yang terulur sebelum kemudian, aku melihat hal lain yang lebih jelas. Kembali pada prinsip awalku, aku tidak mau menghakiminya. Tak ada satu pun masa depan yang bisa kuubah meskipun aku berkata jujur dengan Chaeyeon.

Selepas kepergian rekan kerjaku itu, aku kembali fokus kerjaan dan melayani pembeli selanjutnya; seorang wanita anggun familiar yang terlihat sedikit gugup.

"Semuanya ₩20.00" kataku.

"Sudah termasuk diskon pegawai?" tanyanya sambil menunjuk kartu member keluarga.

"Maaf, saya kurang teliti." kutambahkan diskon kemudian.

Dia memasukkan kartu debitnya kedalam tas, kemudian melenggang pergi. Namun, saat kulihat plastik yang masih berada diatas meja kasir buru-buru kupanggil dirinya lagi.

"Maaf, bu. Belanjaan anda ketinggalan."

"Astagaa, pelupanya aku. Bisa-bisa malah kepalaku yang akan tertinggal." celotehnya, berusaha melucu agar menyamarkan kegugupannya.

Kutahan sebisa mungkin perasaan mual saat dia menyebutkan 'kepala.'
Namun, aku berhasil memaksakan seulas senyum tipis saat mengulurkan belanjaannya yang tertinggal. Sekali lagi, aku tidak mau menghakimi.

"Saya harap, pak Jinhyuk menyukai palu baru Anda, nyonya Lee."



.
.
.

FIN

2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2020. 🍑
©pearicha

𝐿𝒾𝓂𝑒𝓇𝑒𝓃𝒸𝑒 [PDX101]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang