Diluar sedang hujan deras.Meski dalam lingkup berpendingin ruangan, masih dapat kucium semerbak petrikor kesukaanku.
Menghela nafas panjang selagi monitor didepanku terus menyala, disampingku terdapat Yuvin yang heboh sendiri dengan permainannya sejak dua jam-an lalu.
Pipinya kutusuk-tusuk dengan telunjuk. Terlihat makin gembil saat terjepit oleh headphone.
"Apa sayang...~" Nadanya terdengar lebih gusar dari menit lalu. Dia membuka mulut tanpa menoleh sedikitpun.Harusnya dia lihat bibirku yang udah bertambah manyun menyerupai moncong bebek. Bentuk seberapa frustasinya aku menungguinya ngegame.
Kalo perlu kukasih tau, hari ini anniversary kami yang ke-enam bulan. Alih-alih ngajakin jalan atau makan kayak biasanya, dia justru membawaku ke warnet. Awalnya sih kukira mau kasih kejutan, tapi kalau udah berjam-jam kayak gini, aku jadi gondok sendiri.
"Pulang yuk,"
"Hng? masih hujan."
Jawabannya terus aja gitu. Beneran deh, tau-tau gini mendingan ikutan kak Eunbi jaga toko aja. Lagipula kenapa pula dulu aku nerima Yuvin si tengil yang tega ini. Tega buat pantatku panas karena kelamaan duduk.
"Jahat deh," Kataku pura-pura sedih. Harap-harap dia bakal nengok, ternyata salah besar.
"Dulu sih, katanya diterima aku tuh suatu keberuntungan, makanya perlu dirayain. Tapi kayaknya ada yang lupa."
Dari ujung lirikanku bisa kulihat bola mata Yuvin membesar, buru-buru menoleh dan natap bingung.
"Ngomong apa kamu?"
"Lagi baca fanfiction."
Padahal jelas-jelas komputernya masih nampilin homescreen, yang artinya belum kusentuh sama sekali.
Tiba-tiba tangan dia terangkat dan kontan jepit kepala kecilku diantara ketiaknya.
"Aaaaaa lepashh ihh." Takutnya tiba-tiba kehilangan nafas. Nggak lucu juga kalo aku pingsan sebab lengan besarnya.
"Nyindirnya kurang halus, mbak."
Lalu dicubitnya pipiku sampai nyut-nyutan parah.
"Ubin!!!!""Ahaha lucu," Ketawa bahagia sewaktu wajahku merengut kesal.
Sehabis itu dia bantu ngusap-usap ruam kemerahan akibat cubitannya.
"Katanya bukan prioritas," Yuvin memulai sesi ngomong ngalur-ngidulnya."Iyaa, ngerayain hal semacam itu. Kamu bilang bukan sesuatu yang penting. 'buang-buang uang aja deh' gitu kan?" Yuvin ngelanjutin saat dirasa tau aku lagi kebingungan.
Memutar otak. Mengingat kapan terakhir kali mulut laknatku ngomong hal semacam itu.
"I-itu kan karena kamu boros cuma buat nyewa satu cafe," Aku berusaha membela diri.
"Maksudku, mending ngerayainnya sederhana aja. Nggak perlu sampai berkesan banget. Yang penting habisin waktu berdua kan?"
Yuvin ngangkat sebelah alisnya.
"Lah, ini berdua kan?"Kugertakkan gigiku dalam diam.
"Kalo kayak gini terus, jadi pasangan nolep dong, anjay. Yakali tiap ngerayain aniv malah ngegame.""Hah apa?"
"Haha enggak," Aku geleng-geleng sambil ketawa garing. Mampus aja udah kalo Yuvin dengar jelas umpatanku barusan.
"Yaudah."
"Ett---" Sebelum dia balik berkutat sama gamenya, buru-buru kutarik pundak Yuvin supaya atensinya nggak beralih.
"Pulang. Yayayaya," Rayuku dengan jurus tatapan memelas ala anak anjing plus bibir bawah yang kulipat---macam yang biasa Heejun, adikku, praktekin kepapa sewaktu minta uang jajan lebih.
"Gini," Yuvin garuk pelipisnya.
"Kamu tahu kan, seberapa cintanya aku sama game online?""Ya terus?" Sungguh terkejut aku terheran-heran sama pembahasan Yuvin yang menyimpang.
"Game itu udah macam separuh hidupku. Dan separuhnya lagi itu kamu."
"Makanya, supaya bisa sempurna. Aku ajak kamu kesini."
"Ga nyambung deh. Udah ayo pulang." Aku berdiri terlebih dahulu. Nungguin Yuvin yang nggak kunjung ngikut. Malah bengong sendiri.
"Yank, kamu cinta aku aku kan?" Tatapan dia tiba-tiba menajam.
"Gausa yang aneh-aneh bin. Ayo pulang keburu hujan lagi." Aku mendesak dia supaya terhindar dari pertanyaan alaynya. Walau kutarik badannya sekuat tenaga pun masih diam ditempat. Heran, apa selama ini Yuvin makan batu kali ya?
"Jawab dulu,"
"Iya iya sayang. Cinta kok, cinta..."
"Nah makanya."
"Makanya?"
sreetttt
Yuvin tiba-tiba menyentak sampe perutku hampir nyenggol meja komputer. Terus, secepat kilat dia ngunci pinggangku sampai jatuh kepangkuannya.
Sekarang badanku yang mungil tenggelam sama tubuhnya yang dua kali lebih besar. Sesak dan tidak memungkinkan buat berontak.
"---temenin aku main sampe tutup."
"Yuvin bedebahhh ubin gila!"
Ya masalahnya, Song Yuvin ngajakin anniversary di warnet dua puluh empat jam yang cuma tutup di akhir pekan.
Ckck hari jadian yang justru berakhir dengan aku yang dipenjara pacarku sendiri dalam kungkungan jenuh.
2020.🍑
©pearicha
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐿𝒾𝓂𝑒𝓇𝑒𝓃𝒸𝑒 [PDX101]
Hayran KurguImagine when Producex101's trainee has relationship with u. Can it was makes ur day so fluffy? • ℓเɱε૨εɳ૮ε • 2019.2020 ©pearicha