Seokjin memang tidak berharap orang itu berhenti dan menawarkan tumpangan. Namun ia juga tidak suka melihatnya sengaja menambah kecepatan mobilnya saat melewatinya. Pasti dia masih merasa marah. Tapi kenapa? Toh aku tidak memaki-maki ibunya, batin Seokjin.
Seokjin hanya berganti baju sebentar sebelum keluar lagi dari rental house-nya dan terdiam sejenak di depan pintu rumah Taehyung. Rasanya Seokjin ingin bertanya kenapa ia marah, tetapi mengingat sifatnya, sepertinya ia tidak akan memberitahunya. Kalau ia memang ingin memberitahu alasannya marah, seharusnya ia tidak membalikkan badannya dan pergi begitu saja saat itu. Ah, entahlah. Nanti juga dia baik sendiri.
Seokjin kembali menaiki sepedanya dan berjalan ke rumah sakit. Ketika ia tengah mengayuh sepedanya ke rumah sakit, mobil Taehyung kembali lewat di sampingnya. Seokjin sempat melihat wajahnya sekilas dari kaca spionnya. Taehyung sama sekali tidak melihat ke arah Seokjin. Tidak mungkin kan ia tidak melihatnya?
Seharusnya ia tidak perlu memusingkan bagaimana tingkah Taehyung, tetapi karena kejadian subuh dan pagi itu, mau tidak mau ia jadi memikirkan hal itu. Benar juga, toh hubungan mereka dari awal juga tidak baik, meskipun sempat terlihat membaik sebentar. Namun, rasanya aneh juga jika hubungan yang awalnya tidak baik ini lantas berubah membaik. Sudahlah, aku tidak peduli dengannya. Seokjin mengerahkan tenaganya dan mengayuh pedal sepedanya dengan semangat.
Sesampai di rumah sakit, Seokjin sedang berdiskusi dengan PD Min tentang rencana syuting ketika ponsel PD-nya tiba-tiba berbunyi. Sepertinya dari penulis naskah mereka yang berjaga di UGD.
"Pasien di kamar 803 diprediksi akan melahirkan anak kembar?"
PD Min buru-buru mencatat di memonya. Seokjin segera bangun dan mulai berlari meninggalkan PD-nya. Tiba-tiba PD Min berteriak kaget, "Hei, kau mau pergi ke mana?"
"Kamar 803. Kita akan mengambil gambar mereka, kan? Aku akan minta izin dulu dari keluarganya. Nanti PD datang saja menyusul-!" Seokjin menyahut sambil bergegas meninggalkan ruang rapat.
"Kok tumben?" Hoseok berkata dengan heran sambil bergegas mengikuti Seokjin.
"Lho, ini kan memang tugasku."
Seokjin tersenyum kecil dan berlari ke kamar 803. Kemudian ia berpapasan dengan Taehyung yang datang dari koridor di arah yang berlawanan. Seokjin hanya meliriknya sekilas sambil tetap berlari. Taehyung ikut berlari di sebelah Seokjin tanpa mengatakan apa-apa.
"Kamar 803?" Seokjin akhirnya bertanya terlebih dahulu.
"Kau juga?" Taehyung balas bertanya sambil menatap Seokjin dari ujung matanya. Seokjin tidak menjawab dan menambah kecepatannya. la tidak mau kalah. Seokjin berlari sambil menggertakkan giginya.
"Kau sudah latihan lari ya?"
Dari samping, wajah Taehyung terlihat seolah sedang tertawa. Jadi, dia sudah tidak marah lagi?
"Berkat sepeda."
Seokjin kembali meliriknya sekilas sambil berlari. Bibir Taehyung ternyata memang sedang tersenyum menyeringai. Apa dia merasa puas karena berhasil menyindirku?
"Pelan-pelan, dong! Haduh!" Hoseok berteriak di belakangnya sambil berjalan terhuyung.
"Ya sudah, kau menyusul saja nanti!" Seokjin berteriak pada Hoseok dan tetap berlari dengan Taehyung menuju ke kamar 803.
Di tengah jerit kesakitan ibu yang akan melahirkan itu, Seokjin akhirnya mendapat izin syuting dari keluarganya. Hoseok yang datang beberapa saat kemudian dengan badan yang basah oleh keringat langsung mulai mengambil gambar, tanpa sempat mengatur napasnya. Taehyung yang tadi berlari seperti seorang pembalap kini menangani pasiennya dengan tenang. Benar-benar sulit dipercaya. Taehyung kembali terlihat seolah menyatu dengan pasiennya itu di tengah segala alat-alat bersalin dan sinar lampu yang meneranginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY ROMANCE | TAEJIN [END]
FanfictionPresenter vs Dokter Kandungan "Kau gila ya? Bubur kacang merah, ikan fugu, sampai alkohol. Kenapa kau makan seenaknya seperti itu... Ibu hamil?" "Apa?! Ibu hamil" 'Dasar dokter kandungan gila! Awas kau ya!'