Seokjin duduk bersebelahan dengan ibu Taehyung di kursi taman di atap rumah sakit."Bagaimana tempat ini? Waktu ayah Taehyung masih hidup, dia membuat taman di atap rumah sakit ini sebagai tempat istirahat para dokter atau pasien. Pembuatannya memakan waktu yang cukup lama. Syukurlah, taman ini masih terawat dengan baik."
Ibu Taehyung menyeruput teh kaleng yang sudah dibukakan oleh Seokjin dan memandang sekelilingnya. Sementara Seokjin memegang sekaleng kopi yang tadi dibelikan oleh ibu Taehyung di mesin penjual kopi.
"Apa bayi tadi itu juga masuk ke acara dokumenter itu? Makanya kau datang ke sana?" Ibu Taehyung bertanya dengan penasaran.
"Ah, itu masih belum...."
Seokjin tidak bisa mengatakan bahwa dirinya akan berhenti dari acara itu atau bahwa acara itu akan dihentikan.
"Saya hanya penasaran. Sepertinya baru pertama kali ini ada bayi ichthyosis yang lahir di rumah sakit ini."
"Padahal bukan pertama kalinya..." Ibu Taehyung berkata pelan. Seokjin menoleh dengan heran, tapi wanita itu tidak melanjutkan ucapannya. Ekspresi wajahnya kembali murung.
Merasa harus mengatakan sesuatu, Seokjin lalu berkata, "Tadinya saya tidak tahu kalau ada ruang ICU khusus untuk anak-anak. Saya memang kadang-kadang menonton dokumenter tentang spesialis anak, tapi tidak pernah terbayang kalau bayi-bayi yang bermasalah itu diletakkan ke dalam inkubator dan dikumpulkan dalam satu ruangan ICU seperti ini. Kasihan sekali melihat mereka, sejak lahir sudah harus menderita seperti ini."
Saat itu, air mata kembali menetes jatuh di punggung tangan ibu Taehyung.
"I... Ibu..." Seokjin panik dan tidak tahu harus berbuat apa. la hanya mengamati wajah wanita itu.
"Maaf. Padahal kita baru kenal begini..." Wanita itu berusaha berbicara di sela isak tangisnya, Seokjin yang bingung kemudian merangkul pundak ibu Taehyung yang badannya sedikit lebih rendah dari Seokjin. Kemudian ia menepuk-nepuk pundaknya perlahan tanpa berkata apa-apa. Tiba-tiba, isak tangis wanita itu semakin keras, Wanita itu menggigit bibirnya sekuat tenaga, namun kesedihan itu tetap keluar dari bibirnya. Seokjin jadi penasaran, kesedihan apa yang ia alami, sampai bisa menangis di depan orang asing seperti saat ini. Tetapi, ia tidak berani bertanya. la bersyukur karena setidaknya masih bisa menjadi tempat bersandar bagi wanita ini.
Beberapa saat kemudian, ibu Taehyung yang susah payah menenangkan dirinya itu berkata dengan suara serak,
"Kalau anakku melihatku seperti ini, pasti dia malu. Katanya membuat dia malu di depan rekan kerjanya..." Ibu Taehyung berkata dengan malu.
"Tidak apa-apa. Saya sudah cukup akrab dengan beliau karena bekerja sama untuk dokumenter ini. Kalau begitu, kejadian hari ini akan saya rahasiakan. Bagaimana?" Seokjin tersenyum pada wanita itu. Wanita itu pun tersenyum dan menatap Seokjin.
"Ternyata kau akrab dengan anakku, aku jadi lebih malu."
Kalau orang lain yang mendengar hal ini, mungkin akan terdengar seperti candaan biasa seorang ibu dengan teman dekat anaknya. Namun, karena Seokjin tahu bagaimana Taehyung menganggap ibunya, ia rasanya tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja.
"Hmm, mungkin ucapan saya ini bisa terdengar kurang ajar." Seokjin berkata ragu sambil menggaruk-garuk kepalanya. Sebenarnya ia tidak yakin apa tidak apa-apa ia ikut campur seperti ini, padahal hubungannya dengan Taehyung juga sedang buruk. Namun ia ingin menolong ibunya yang sama-sama terlihat sedih, baik saat tersenyum maupun saat menangis.
"Ya?" Ibu Taehyung menatap Seokjin sambil memiringkan kepalanya. la terlihat seperti gadis remaja. Kenapa Taehyung tidak bisa dekat dengan ibunya? Padahal aku cepat sekali dekat dengannya, batin Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY ROMANCE | TAEJIN [END]
FanfictionPresenter vs Dokter Kandungan "Kau gila ya? Bubur kacang merah, ikan fugu, sampai alkohol. Kenapa kau makan seenaknya seperti itu... Ibu hamil?" "Apa?! Ibu hamil" 'Dasar dokter kandungan gila! Awas kau ya!'