10. Dia, Dia, dan Dia

2.4K 266 168
                                    

Seolah telah memeriksa situasi sekelilingnya, suara langkah kaki itu kembali terdengar. Dikuti dengan suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali. Saat itu, barulah Taehyung melepas bibirnya dari bibir Seokjin. Cegukan Seokjin sudah menghilang. Seokjin mengepalkan kedua tangannya, khawatir suara detak jantungnya yang begitu keras terdengar oleh Taehyung. Sementara, dalam kegelapan itu, Taehyung menatap Seokjin dalam-dalam. Seokjin yang wajahnya memerah tidak bisa menatap Taehyung secara langsung.

"Ah, se... sekarang..."

Seokjin baru akan mengajak Taehyung keluar dari bangunan itu. Namun, Taehyung hanya menatap Seokjin yang bicara terbata-bata dan kembali menempelkan bibirnya pada bibir Seokjin. Seketika itu juga mata Seokjin terbelalak lebar. Kemudian, ia perlahan menutup matanya. Taehyung menarik Seokjin semakin erat ke dalam pelukannya dan menciumnya semakin dalam.

.
.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Satu hal yang bisa disimpulkan adalah bahwa suami pasien itu juga bekerja di rumah sakit ini. Taehyung dan Seokjin juga tidak bisa langsung keluar dari bangunan itu, karena bisa saja orang itu masih berada di sekitar situ. Setelah Taehyung melepaskan bibirnya perlahan dari bibir Seokjin, barulah Seokjin sadar kembali. Taehyung kemudian berkata pelan padanya, "Mau keluar sekarang?"

Mendengar Taehyung yang berkata sambil tersenyum, Seokjin tidak bisa berkata apa-apa dan buru-buru berjalan keluar dari bangunan itu. la berjalan jauh di depan Taehyung sambil mengipasi wajahnya yang memerah dengan tangannya. la merasa Taehyung tersenyum meledeknya sambil berjalan mengikutinya. Dia sengaja mempermainkanku ya? Sengaja ingin melihat bagaimana reaksiku? Apa aku terlalu serius menerima ciumannya itu?

"Mengenai kejadian tadi..." Taehyung berkata dengan tenang.

"Bagus sekali." Seokjin segera berbalik dan memotong perkataannya.

"Hah?" Taehyung panik. Namun Seokjin tidak memedulikan reaksinya itu.

"Orang lain juga pasti berbuat seperti itu. Karena tadi itu kondisi darurat."

"Ko... kondisi darurat? Pertolongan pertama maksudmu...?"

Taehyung semakin panik. Sial, jadi bukan itu maksudnya? Kenapa dia tambah panik seperti itu? Seokjin kemudian teringat kembali saat ia latihan CPR dengan Taehyung, saat ia menolak memberikan napas buatan pada Yumi karena tidak mau ciuman tidak langsung dengan Taehyung yang sudah lebih dulu menempelkan bibirnya pada boneka itu. Kemudian, bibir Taehyung kembali terlihat jelas di matanya. Kenapa aku tidak bisa tenang seperti ini sih? Apa karena orang itu sudah terlalu biasa berciuman? Seokjin malu karena sikapnya sepertinya terlalu kampungan. Seokjin tidak bisa berkata apa-apa lagi dan melanjutkan langkahnya sambil menyesali sikapnya tadi. Taehyung yang terlihat seolah akan mengatakan sesuatu juga hanya terdiam mengikutinya. Seharusnya, salah satu di antara mereka mengatakan sesuatu. Namun keduanya hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Sesampai di tempat parkir, Seokjin menoleh pada Taehyung dengan canggung dan berkata, "Ya sudah, aku pulang dulu."

Seokjin buru-buru membungkuk sembilan puluh derajat padanya dan berbalik meninggalkanriya.

"Yang pertama itu mungkin memang pertolongan pertama. Tapi, aku tidak yakin dengan yang kedua." Taehyung berkata di belakang Seokjin. Sial. Kenapa sih dia tidak langsung pergi saja? Seokjin mengerutkan alisnya, tapi ia tidak berani berbalik dan menatap Taehyung.

CRAZY ROMANCE | TAEJIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang