PRESUMPTION OF INNOCENCE : "Everyone charged with a criminal offence shall have the right to be presumed innocent until proved guilty according to the law." — ICCPR Art. 14(2) —
Atau sebuah asas hukum dimana seseorang wajib dianggap tidak bersalah sebelum keluarnya putusan dari pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memiliki kekuatan hukum tetap.
•
CATATAN: Cerita ini mengandung kalimat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, bila tidak keberatan silahkan lanjut membaca, namun apabila merasa sebaliknya, maka lebih baik sampai disini saja.
terima kasih sudah mampirKepada teman-teman semua yang sudah mau mampir ke lapak ini, saya ucapkan selamat membaca! have a good time!
Enjoy!!!
•••
Tes...
Tes...
Sesuatu tiba-tiba saja menyentuh rambutnya yang tak tertutup oleh apapun. Ia menengadah ke atas.
Rupanya salju pertama tahun ini turun.
Membuat Irena mengulas senyum lebar sembari mengadahkan tangannya guna merasakan salju yang berjatuhan secara perlahan, salju tersebut dengan gerak cepat menyentuh permukaan tangannya seketika terasa dingin namun di sisi lain membuat hatinya menghangat.
Salju pertama tak pernah gagal membuat Irena takjub. Meski udara terasa dingin, tetapi Irena tak pernah kapok untuk menyaksikan salju pertama di setiap tahunnya.
"It's beautiful, isn't it?" suara seseorang yang terasa familiar mengejutkan Irena. Perempuan itu kontan menengok ke arah sumber suara hingga matanya membulat sempurna. "Katanya kalau kita lihat salju pertama sama orang yang kita sayang, kelak hubungannya akan abadi." ujar pria tersebut.
(Cantik ya?)Pria itu melemparkan senyum hangatnya ketika mata mereka akhirnya beradu. "Hi?" sapanya dengan lambaian tangan meski tau betul perempuan di hadapannya itu melihatnya dengan tatapan syok bukan main.
Sekujur tubuh Irena membeku. Otaknya seolah berhenti berfungsi hingga tak bisa memproses apapun.
"Ka-kamu.. ngapain disini?" tanya Irena ketika sudah berhasil menyadarkan dirinya dari rasa terkejut. Bagaimana tidak? Di hadapannya saat ini hadir seorang pria dari masa lalu yang dengan berdiri santai seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku mantel seolah bukan hal besar tiba-tiba bertemu seperti ini.
Sesuatu terasa tidak benar.
Rasa sakit itu tiba-tiba hinggap dan membuat dadanya terasa sangat sesak. Rasa yang sama ketika kala itu.
Sekilas, Irena membuang muka. Ia tak sanggup jika harus terus memandang pria yang datang dari masa lalunya itu meski ada sedikit bagian dalam dirinya yang meronta untuk meminta sebuah pelukan hangat.
"Here... for you?" pria mengedikkan kepalanya ke samping sejenak lalu kembali memandang Irena dengan senyum yang sama sekali tak luntur.
(Disini.. Untuk kamu?)Hati Irena mencelos seketika. Setelah apa yang telah terjadi di antara mereka dan komunikasi yang sudah lama putus, bagaimana bisa pria itu muncul di hadapannya seperti ini seolah tidak ada apa—apa? Dan apa katanya tadi? Dia di sini untuk Irena? Pria itu bercanda?
Atau mungkin kedatangannya bertujuan untuk memamerkan tentang hidupnya yang kini sudah berbahagia? Mengingat sudah tiga tahun lebih, semua hal kelam itu pasti sudah banyak perubahan dan berjalan dengan baik, kan? Sial. Hati Irena semakin tertusuk.
Irena mengepalkan tangannya erat, menahan segala rasa yang ada pada dirinya yang kini tercampur dengan sempurna akibat kedatangan tamu yang tak pernah ia duga.
Tiga tahun... nampaknya masih memberikan impact yang sama.
Masa kelam itu masih menyisakan sebuah luka.
Segala hal tentang pria itu masih menyesakkan dada.
Masa lalunya yang kejam itu... tak ingin Irena ingat lagi.
Cukup sudah ia menderita selama ini, tak ingin lagi ia berlama-lama sekarat di bawah gelapnya malam. Karena kini, Irena ingin berdiri tegap di bawah cahaya mentari.
Biarkan dirinya hidup tenang tanpa ada lagi sebuah kisah di antara mereka.
Kedatangan pria itu secara tiba-tiba di hadapannya bagaikan mimpi buruk yang tak kunjung usai, seolah ingin kembali menariknya untuk jatuh lebih dalam. Sungguh kejam dan menyiksa.
Begini kah cara kerja Semesta?
Tidak! Tidak boleh! Tidak di saat Irena sudah mulai bangkit dari keterpurukannya.
Pokoknya, tidak boleh!
Lantas Irena berbalik badan dan beringsut pergi dari hadapan pria itu tanpa sepatah kata pun. Berusaha dengan kuat untuk angkat kaki dari tempatnya semula.
Meski namanya terus disebut, Irena bertekad untuk tidak ladeni pria gila yang tak henti memanggil namanya.
Irena hanya harus terus melangkah maju tanpa pria itu lagi di sisinya.
Cerita mereka kala itu sudah usang dan Irena bukan lagi tokoh utamanya.
Usai sudah.
Ia harus berpaling, meninggalkan gelapnya sebuah cerita karena kejamnya suatu peristiwa.
Selamat tinggal, masa lalu!
BERSAMBUNG
— Dear, Pembaca.
Saya berharap setelah membaca part ini kalian akan klik bintang dan memberikan komentar terlebih dahulu terhadap tulisan ini sebagai bentuk dukungan para pembaca kepada saya sebagai penulis. Terlebih, vomen di sini tidak berbayar. Kalian juga bisa follow akun wp saya agar mudah mendapatkan update terbaru.Tidak ada ekspektasi apapun terhadap tulisan ini, namun saya harap cerita ini dapat membuat hari-hari kalian lebih berwarna dan memberikan sedikit hiburan ditengah banyaknya kesibukan real life kalian. Terima kasih sudah mampir, silahkan masukan cerita ini ke dalam daftar bacaan kalian untuk dapat membaca sampai cerita ini selesai kelak.—
Terima kasih atas waktunya untuk membaca cerita ini. It means a lot for me, love y'all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presumption Of Innoncence
Romance[FOLLOW UNTUK MEMBACA] In the world of law, there is a term called the presumption of innocence. This principle states that a person is obliged to be presumed innocent before a court verdict states his guilt and has permanent legal force. Lalu baga...