Pagi-pagi sekali Irena sudah berdandan rapi walau hari minggu. Penyebabnya adalah undangan perkawinan dari teman satu kantornya. Sehingga mau tidak mau Irena harus hadir.
Untuk OOTD kali ini, Irena mengenakan dress minimalis berwarna cream dengan kerah off shoulder, tak lupa memakai kalung, gelang, clutch putih, dan heels berwarna senada dengan dressnya membuat Irena terlihat anggun dan menawan.
Ponsel Irena bergetar saat Irena sedang melangkah masuk ke dalam gedung. Viona sudah menghubunginya sebanyak dua kali sejak tadi. Alasannya adalah wanita itu tidak betah menjadi wanita sendiri diperkumpulan para lelaki.
"Nek! Dimana lo?" tanya Viona dengan tak sabaran.
Menurut informasi terakhir Viona, yang baru tiba hanya Mas Rendra dan Mas Cakra sehingga Viona meminta Irena agar cepat datang dan menemaninya agar tak terjebak diantara pria-pria yang lebih tua itu.
Irena bersikap santai saja karena sudah terbiasa dengan kehebohan Viona setiap kali wanita itu sampai terlebih dahulu di suatu acara.
"Gue di bagian kiri, mejanya di tengah-tengah. Nanti gue dadah-dadah deh biar lo lihat."
Sambil mematikan sambungannya Irena menggerutu dalam hati karena panggilan Viona padanya. Nek, nek, emang Irena sudah nenek-nenek apa!
Setelah melihat sosok Viona yang sempat melambaikan tangannya pada Irena, Irena pun segera melangkahkan kakinya mendekati meja bundar yang disediakan untuk para tamu. Kira-kira meja tersebut disusun dengan delapan kursi.
Sepertinya, Mas Rendra dan Abyasa memutuskan untuk bergabung dengan meja mereka. Karena Irena dapat melihat keberadaan Rendra dan Aby yang sudah duduk ganteng di sana.
Selama beberapa saat tatapan Irena dan Aby bertemu, langsung saja Irena mengangguk sopan pada Aby sebagai bentuk sapa, "Mas Rendra, Pak Aby." sapa Irena dengan senyum terbaiknya.
"Baru banget dateng, Ren?" dapat Irena lihat Mas Rendra dan yang lainnya sudah mengambil makanannya terlebih dahulu. Hanya di bagian Abyasa lah yang terlihat masih kosong. Apa pria itu juga baru tiba?
Irena mengangguk, "Iya nih, Mas. Mana belum sempat sapa pengantinnya lagi keburu dirusuh sama Vio." tunjuk Irena pada Viona yang hanya menyengir polos.
Rendra langsung menunjuk Abyasa, "Loh, sama nih, Aby juga belum. Nunggu ada temen katanya. Cuma gue udah duluan tadi sama Vio dan Cakra. Kalian bareng aja gih."
"Iya, gue sama kaya lo baru dateng. Yuk ke pelaminan, Mbak?"
Setelah bertemu beberapa kali di kantor, Irena dan Aby mengubah panggilan formal mereka menjadi gue-elo.
Irena sempat tertegun dengan ajakan Aby barusan. Pelaminan katanya? Yah, tidak salah juga sih. Tapi—
Rendra langsung terbatuk-batuk mendengar perkataan Aby barusan, pria itu langsung menatap Aby dengan tatapan horor, "Buset! Sampe keselek gue, Aby! Yang bener aja lo!"
Aby hanya melemparkan tatapan jenaka ke arah Irena dan Rendra. Sedangkan Viona sudah mengulum senyum sejak tadi, berusaha untuk terlihat normal dan tidak mengejek Irena saat ini juga. Bila bisa berteriak, mungkin Viona akan melakukannya sekarang juga.
"Salahnya dimana, Ndra? Kan bener itu pengantin ada di pelaminan." tutur Aby masih dengan sorot mata jenaka.
"Ya nggak salah sih, Mas Aby.. cuma ganjel aja." sahut Viona sambil senyum-senyum seperti orang gila.
"Bukan cuma ganjel, tapi Aby mah ganjen." celetuk Cakra yang sudah akrab dengan Aby yang merupakan bosnya sendiri.
Sungguh, Mas Cakra.. anda tidak ada tukads-tukadsnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presumption Of Innoncence
Romans[FOLLOW UNTUK MEMBACA] In the world of law, there is a term called the presumption of innocence. This principle states that a person is obliged to be presumed innocent before a court verdict states his guilt and has permanent legal force. Lalu baga...