7.Complecated

121 87 10
                                    

Kita tidak akan tahu bagaimana kondisi kita kedepan nya, sebab semua ini sudah dirancang khusus oleh Tuhan diatas sana
-Uknown-
***

Darka dan teman temannya sedang berada di kantin dengan semangkuk bakso di hadapannya masing masing. Darka mengaduk aduk sendok baksonya kesal saat melihat Nada bergandengan dengan orang lain. Hatinya memanas merasakan jika atmosfer mulai berkurang. Ia berdiri lalu meninggalkan sahabatnya di kantin.

Sesampainya di rooftop, Darka memukul samsek yang selalu ia taruh disana. Hatinya panas saat melihat cewek yang ia sukai berdekatan dengan laki laki itu di depan matanya.

"Kalo lu sayang sama dia... harusnya lu perjuangin bukan mukul samsek kayak gitu. Percuma gak akan bikin dia peka sama lu."

Darka menoleh dengan mata sembab nya."Siapa lu?." tanya Darka sinis.

"Ga peduli gue siapa, yang jelas lu harus perjuangin dia. Jangan sampe lu nyesel diakhir." katanya, kemudian berlari keluar dari rooftop.

SIAL

Benar kata orang itu. Darka harus berusaha buat dapetin hati nya. Bukan mukul samsek seperti gini.

Darka menyunggingkan bibirnya dan berjalan menuju kelas. Matanya melirik Nada yang sedang duduk dikursi sambil membaca novel dimejanya.

"Ehm." dehem Darka membuat Nada menoleh.

"Eh maaf mau duduk ya." ucap nya langsung bergeser disebelah.

Darka segera duduk dikursinya matanya tak henti henti menatap Nada. Membuat gadis itu gelagapan sendiri.

"Pulangbarenggueyuk."

"Huh?." Nada membuka mulutnya bingung.

"Gajadi."

"Owh."

Setelah perbincangan habis, guru masuk kedalam kelas.

***

Sepulang dari sekolah, Ken dan Nada segera pulang kerumah, karena mendapat telepon dari bundanya.

"Ini ada apa bun?Kok barang barang kita di keluarin?." tanya Ken panik.

Mata Bunda berkaca-kaca lalu tangannya mengusap kepala mereka. "Maaf sayang tapi kita harus pindah rumah.."

"Ke-kenapa?." ucap Nada dengan suara bergetar.

"Perusahaan ayah bangkrut karena di tipu sama klien perusahaan lain.." jelas Ayah tiba tiba.

"Ini bohong kan bun?." tanya Ken memastikan.

Bunda menggeleng.
"Nggak sayang. Semua aset kita disita kecuali motor kamu.."

Nada memejamkan matanya sesaat. "Terus kita tinggal di mana yah?." tanya Nada.

"Ke Garut atau ke Bogor?." tanya Nada lagi.

"Kita bakalan ke Bogor nak. Ayah udah nyewa mobil buat kita besok."

"Terus sekolah?."

"Besok kita urus. Sekalian, kalian pamit sama temen temen kamu disekolah. Malam ini sampe besok kita nginep di rumah Kakek Tio ya."

"Iya ayah." Ken dan Nada membawa tas nya masing masing. Kemudian mereka pergi kerumah Kakek Tio yang rumah nya tak jauh dari kompleks.

Kakek Tio adalah seorang lelaki paruh baya berumur 41 tahun yang menyandang sebagai ayah angkat dari Bunda mereka. Dia hidup bersama kedua putra nya. yang sekaligus adik dari sang Bunda. Namun sekarang ini kedua putranya itu sedang berada di luar negeri untuk mengurusi pekerjaannya masing masing.

"Assalamualaikum kakek."

Pintu terbuka lebar menampilkan kakek Tio yang sedang tersenyum rekah. "Waalaikumsalam. Ayo ayo masuk sayang."

"Kalian langsung ke kamar aja.. Kakek udah siapin kok.. tapi gapapa kan kalo kamarnya berdua?." ucap Kakek Tio.

"Iya nggak apa apa kok, Kek.. kami ke kamar dulu yah." kata Ken berpamitan lalu pergi menuju kamar diikuti oleh Nada.

Dikamar, Nada dan Ken langsung merebahkan dirinya di kasur. Disana terdapat dua kasur yang satu diatas, yang satu dibawah.

"Ken, kakak boleh tanya gak?." ucap Nada.

"Tanya apa kak?."

"Uang tabungan kamu masih ada kan?." Ken berdehem pelan. "Masih ada kak, orang Ken belum pernah pake kok." jelas Ken.

"Gimana kalo kita gabungin, maksud nya uang kakak sama uang kamu kita kasih ke Ayah Bunda. Mau gak?."usul Nada.

"Boleh kak. Yaudah besok kita langsung kasih aja ke Ayah Bunda." kata Ken tersenyum tipis.

"Oke. Sana gih tidur udah malem."

"Iya kak. Kakak juga tidur ok. Good night."

"Too."

Lima belas menit kemudian, mereka terlelap kealam mimpi.

***

Bandung

Nada Alifa Virginia (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang