Negara kincir angin atau nama lain dari Negara Belanda. Tempat yang dipilih oleh seorang wanita glamour untuk mengembangkan bisnisnya disana. Bertahun-tahun meninggalkan Negeri kelahirannya demi melancarkan bisnis yang selama ini ia dambakan.
Lupa akan fakta bahwa dirinya harus pergi meninggalkan kedua anaknya yang sama sekali tidak diketahui bagaimana keadaan mereka sekarang. Irena tidak pernah dibuat sebingung ini mengenai tentang kedua anaknya.
Kesibukannya membuat Irena tidak pernah lagi memikirkan tentang anak-anaknya, sampai di suatu malam dia bermimpi bertemu dengan kedua anaknya. Deisha dan Jarga. Dan kemudian mimpi itu selalu datang di setiap tidurnya.
Naluri seorang ibu memang tidak pernah salah. Di jam sibuknya, Irena harus berhenti melakukan pekerjaan saat sekretarisnya datang membawa laporan bahwa gmail perusahaan dikirimi sebuah video dari pengguna tidak dikenal.
Irena mulai memutar video yang ada di dalam ponsel. Matanya membulat sempura ketika melihat putrinya dalam video sedang disekap oleh sekelompok pria yang tidak diketahui identitasnya karena mereka sengaja tidak memperlihatkan wajah dalam video tersebut. Hanya berisi cuplikan Deisha yang terlihat sangat ketakutan.
Irena menghela nafas panjang, sepersekian detik wajahnya kembali datar kemudian mengembalikan ponsel itu kepada sekretarisnya.
"Blokir saja pengguna itu, sekarang memang banyak modus penculikan, yang mereka butuhkan hanya uang." ucap Irena kemudian berfokus kembali pada laptop yang sempat dibiarkan.
Sekretarisnya pun hanya mengangguk paham dan langsung memblokir si pengirim video saat itu juga. Dirasa tidak ada keperluan lagi disana, dia pun pamit untuk pergi.
******
"Mas, ayo nanti keburu habis bahan-bahannya kalau kita kesiangan" Di pagi hari bibi Sari sudah mengomeli suaminya yang sudah berjanji akan mengantarnya ke pasar tetapi terus mengulur waktu.
"Iya sayang sebentar, mas lagi nyiapin minum untuk pengunjung" Paman Theo menjelaskan kepada istrinya mengapa sedaritadi dia belum bersiap.
Mendengar percekcokan kecil sepasang suami istri itu membuat Jarga dan Reyan datang menghampiri barangkali ada yang bisa mereka bantu.
"Paman, bisa Jarga bantu?" Jarga langsung menawari diri ketika melihat pamannya nampak kesulitan.
"Ah tidak perlu, paman bisa melakukannya sendiri" Tolak paman Theo namun Jarga bersikeras untuk tetap membantunya.
"Astaga...yasudah jika ingin sekali membantu paman, maukah kalian pergi mengantarkan bibi Sari ke pasar? lihat wajahnya sudah cemberut karena aku terus mengulur waktu"
Jarga terkekeh mendengar paman Theo yang baru saja meledek bibi Sari.
"Baiklah paman" Jarga diberi kunci mobil oleh paman Theo.
"Ibu! biar aku saja yang pergi, sebaiknya ibu membantu ayah disini" Datanglah Nira yang langsung menawarkan diri untuk menggantikan ibunya belanja di pasar.
Bibi Sari awalnya ragu mengiyakan ucapan putrinya, namun melihat sang suami memberinya sebuah senyuman lebar mengharuskan dia untuk mempercayai dua laki-laki itu.
Mereka akhirnya pergi setelah mendapat perizinan dari Paman Theo dan Bibi Sari. Jarga mengendarai mobil pick up yang biasa digunakan untuk mengangkut bahan-bahan pokok dengan jumlah yang banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTICE [NOREN]
ActionKeadilan? Bahkan sampai ujung certia cinta mereka, masih mencari dimana keadilan itu. Warning ‼️ bxb