Sudah hampir lima belas menit Ayra berada didepan mall Senayan city (Senci), namun kedua temannya belum juga menunjukan batang hidung mereka. Tepat satu menit setelah Ayra sampai ditempat ini, Rini dan Dira yang ternyata berangkat bersama mengabarkan bahwa mereka terjebak macet dijalan. Alhasil, Ayra harus menunggu keduanya ditempat ramai ini, sendirian.
Ayra membuka ponselnya, mengirimkan beberapa pesan di grup chat, yang dibalas oleh Dira, katanya mereka sudah hampir sampai.
"Lama banget sih." Ayra mengerucutkan bibirnya saat kedua temannya itu datang. Mereka terlihat gusar, mungkin akibat kemacetan yang merajalela di Ibu kota ini.
"Macet parah!" Ujar Rini lalu meminum air putih dari dalam botol minum yang selalu ia bawa.
Sementara Dira mengeluarkan kipas berwarna hitam legamnya itu. "Panas gila!" Keluhnya.
"Kasian banget, yok masuk yok, didalem adem." Ayra tertawa melihat Rini dan Dira yang mengeluh karena menjadi korban kemacetan disiang bolong seperti sekarang ini.
Setelah memasuki area mall, ketiganya langsung menuju pada kawasan toko-toko baju wanita. Kebiasaan wanita, meski tidak membelinya tapi setidaknya hanya melihat-lihat dan menanyakan harga.
Hampir satu jam mereka berkutat di kawasan itu, setelah menemukan barang yang Rini cari, ketiganya memutuskan untuk pergi menuju restoran Jepang yang ada di lantai atas.
Restoran Jepang yang ada di mall ini adalah salah satu restoran yang banyak dikunjungi oleh pengunjung mall. Bukan tanpa alasan, dari sekian banyak restoran Jepang, hanya disini lah yang menunya sangat komplit, tempatnya luas dan tentunya harganya sangat terjangkau.
Siang ini restoran disana tidak terlalu ramai, tapi tidak terlalu sepi juga. Ayra dan kedua temannya Rini dan juga Dira, memilih tempat duduk berupa sofa mini di ujung sana, dekat dengan keberadaan jendela. Kemudian Rini yang menjanjikan untuk mentraktir kedua temannya itu, segera memesan pesanan pada meja pemesanan yang tak jauh dari keberadaan tempat duduk ketiganya.
"Rasanya juara!" Ucap Ayra seraya menaikan kedua jari jempolnya setelah makanan yang berada diatas meja itu habis dimakan oleh mereka bertiga.
"Tengkyu Rini atas traktirannya." Ujar Dira sambil tersenyum.
"Arigatou gozaimasu." Lanjut Ayra yang lalu membungkukan tubuhnya layaknya orang Jepang.
"Oke oke, berarti sekarang Dira traktir gue nonton, dan Ayra traktir gue beli baju." Kata Rini yang lalu dilanjutkan dengan tawaan kerasnya itu.
Seketika Ayra dan Dira mendorong tubuh Rini hingga ia semakin kencang tertawa.
"Apaan lo, ga ada perjanjiannya!" Kata Ayra.
"Iya nih nonton-nonton, gue ga duit ngajak nonton!" Ucap Dira setuju, wajahnya sudah masam sama seperti Ayra.
Rini makin gencar tertawa. "Galak banget lo pada." Ujarnya seraya meminum lemon tea miliknya yang sudah hampir habis.
Ayra beranjak dari tempat duduknya seraya ijin kepada teman-temannya untuk pergi ke toilet. Setelah mencuci tangannya, Ayra kembali memoles lipstik berwarna nude pada bibirnya, tidak lupa Ayra sedikit menggunakan bedak. Lalu Ayra merapihkan pakaiannya dan mengikat rambut karena merasa panas disiang hari ini.
Begitu mengembalikan diri kepada teman-temannya, Ayra melihat Rini dan Dira yang sedang fokus menatap ponsel yang di pegang oleh Dira.
"Liat apa sih, serius banget?"
"Nih, ngepoin pacarnya dokter Hendra." Jawab Rini sambil menunjuk pada Dira menggunakan dagunya. Yang tadinya berfokus pada ponsel, keduanya berganti melihat kearah Ayra, dan diletakkan ponsel milik Dira tersebut diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, enemies.
Teen FictionSeumur hidupnya, Ayra Nifsa Hanaya tidak akan pernah menyangka bisa bertemu lagi dengan manusia semenyebalkan Prahansa Raffiansyah. Meskipun sudah hampir sepuluh tahun yang lalu, ingatan buruk tentang Raffi yang selalu mengejeknya masih terasa nyata...