7 : Aku punya suami?! ✔️

1.3K 163 5
                                    

"Mengapa mereka berbicara pelan sekali?!" Hardik putri Sari yang sedari tadi menguping di balik pohon.

"Kenapa orang tak berguna itu tiba-tiba menari?" Putri Sari tetap mencuri-curi lihat perbincangan Ajeng.

Sebuah deheman berhasil membuatnya terkesiap, ia membalikkan badannya menatap siapa yang berani mengganggu aktivitasnya.

"Ah—h—hormat saya yang mulia Pangeran." Ujarnya memberi hormat Pangeran Susuhunan.

"Ada apa gerangan pangeran berada di sini?" Tanya putri Sari.

Pangeran Susuhunan menatapnya sekilas, "lantas, apa yang kau lakukan juga di sini? Saya pangeran, semua wilayah ini milik saya."
Wajah datar masih menghiasi Pangeran Susuhunan.

Putri Sari yang mendengar jawaban Pangeran tadi benar-benar kikuk.

"S—saya sepertinya harus mengemasi barang barang untuk kembali pulang besok." Ujarnya, Pangeran Susuhunan hanya menatapnya datar.

"Saya permisi pangeran." Ujar Sari dan langsung berjalan cepat karena takut dengan pangeran Susuhunan.




Ajeng POV

Cerita sama Sri bisa melegakan hatiku, tapi entahlah dia akan percaya atau tidak.

Sebenarnya aku merasa bahwa ada orang selain kami di sini. Ekor mata ku menangkap pemuda tadi, ya pemuda yang tadi menjenguk ku. Ah, entahlah aku ngga paham.

Oh tidak, Ia menghampiri kami!!

Sri berdiri memberi hormat. Aku diam saja karena bingung harus bersikap bagaimana, biasanya kalo bertemu seseorang kan bersalaman atau bertegur sapa. Kalau membungkuk begini persis dengan drama Korea yang sering aku tonton.

"Kau tak ingin memberi salam pada suami mu?" Tanya pemuda itu.

Aku melongo, ternyata aku sudah married guys.

"Sore Pangeran." putus ku akhirnya haruskah aku memanggil nya suamiku? Masa bodo.

Eh tapi sebentar, aku ingin menyombongkan diri. Lihat Zulya! Aku bukanlah jomblo yang sudah berjamur lihat lah aku sudah laku! Haha. Tak tanggung-tanggung aku sudah menikah loh ini!

"Nampaknya keadaanmu sudah membaik Putri," Aku tersadar dari monolog tak berguna ku. Dia nampak menilik, wajahnya tetap datar tak menampilkan ekspresi apapun.

Dasar muka tembok.

Aku hanya tersenyum, bingung mau merespons seperti apa.

"Baiklah aku permisi dulu." pamit Pangeran itu.

Setelah kepergiannya "Sri sini!" Sri mendekat, "itu tadi suami Putri Ajeng?" Tanya ku bingung.

Sri mengangguk "coba ceritakan tentang kehidupan Putri Ajeng." pinta ku, aku putus asa dan tidak tahu kehidupan tentang Putri Ajeng sama sekali.

"Jadi begini nona, Putri Ajeng adalah anak dari menteri Bambang dan ibu kandung Putri Ajeng sudah meninggal saat Putri Ajeng berusia 5 tahun.." Sri berjeda "Menteri Bambang menikah lagi dengan nyonya Gatri dan anda memiliki adik tiri bernama Putri Sari."

Aku diam menyimak "lalu tentang pernikahan itu?"

"Setau saya nona, Baginda Raja memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menikahkan Pangeran dengan gadis yang berumur tiga tahun di bawah dia." apaan sih klasik banget nih kerajaan.

"Lalu, hanya Putri Ajeng yang memiliki syarat itu?" Ya jelas saja aku heran, tak mungkin di lingkungan kerajaan ini hanya Putri Ajeng yang berumur 3 tahun di bawah Pangeran.

"Hmm begini nona, setahu saya ada sepuluh gadis yang umurnya di bawah Pangeran tiga tahun..Mereka kebanyakan bukan dari keluarga kerajaan, Raja lebih percaya menjodohkan anaknya dengan keluarga yang jelas memiliki darah biru," "lima orang dari rakyat biasa, dua orang melarikan diri karena ingin menikah dengan orang yang dicintai nya, satu orang di racuni dan 1 orang lagi meninggal karena sakit." sungguh dramatis.

"Lalu yang lima tadi?" Tanyaku yang masih kebingungan. Sungguh merepotkan hidup di abad 17 ini.

"Mereka akan menjadi selir pangeran." jelas Sri, "lalu aku?" Sungguh tak sabarannya.

"Nona akan di lantik menjadi Ratu saat pangeran sudah menjadi Raja." mata Sri berbinar senang.

"Eum Sri..kau tak bersekolah?" Tanya ku ragu.

Sri tersenyum "kami para perempuan dilarang untuk mengenyam pendidikan nona, hanya keluarga kalangan keraton saja yang diperbolehkan mencicipi pelajaran." Binarnya kian meredup.

Aku menatap nya iba "okey...Saya telah memutuskan! Saya akan membuka kelas untuk kalian gadis-gadis yang ingin merasakan pendidikan!" Aku tiba-tiba berdiri semangat dari duduk ku.

Tubuhku hampir oleng, aku lupa bobotku masih over  dan juga dengan pakaian kebaya yang melilit tubuhku.

Krekk.

Kebaya ku robek di bagian ketiak, ya ampun malu nya aku. Sri nampak meringis ketika mendengar robekan itu.

Mama!! Ajeng mau pulang ajaaaaa!!!!!!

Kami pergi ke ruangan ku untuk mengganti baju baru, memalukan sekali.

AJENG (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang