21: double kesel! ✔️

800 117 6
                                    

AJENG POV

Kayak takjub aja, serasa lagi holiday di Jogja hamba. Kalian kalau melihatnya secara langsung juga pasti langsung menganga.

Obor sebagai penerang di malam ini, Keraton yang dihias lebih hidup. Pokoknya seperti ada festival rakyat malam ini.

Kalau ada ponsel saja, sudah ambil pose pasti.

Perayaan akan dimulai sekitar jam 8 malam nanti. Sekarang tamu-tamu sudah berdatangan. Pihak keraton banyak mengundang perwakilan kerajaan tetangga dan juga musuh Indonesia yang nyata si VOC.

Jujur sebenernya mau bilang kalau si orang-orang Belanda ini musuh nya Indonesia, bisa ngga sih lebih cepet kita melawan merekanya.

Tapi apalah daya, daripada sejarah berubah lebih baik aku makan kue lemper aja.

"Selamat Putri Ajeng atas kehamilannya." Selir Anjani menghampiriku. Tapi aku tau, tersirat jelas ada nada ketidaksukaan dalam ucapannya.

Iri? Bilang bos! Haha.

Aku hanya tersenyum. "Semoga segera menyusul ya Selir Anjani." aku sengaja memanas-manasi. Entah pengaruh hormon atau memang mulutku yang tidak berperikemanusiaan, sejak mengandung aku lebih banyak berbicara langsung tanpa memikirkan perasaan orang itu.

Bulu kudukku merinding melihat aura membunuh dari mata selir Anjani. "Ah sepertinya saya lupa sesuatu,  saya permisi dulu." Pamitku, daripada harus berhadapan dengannya.

"Sri kemana sih?! Kok malah ngilang hais!" Biasanya Sri selalu setia menjadi penguntitku, tapi sekarang aku bahkan belum melihat batang hidung nya.

"Selamat malam cantik." Sapa seseorang di belakangku. Aku menoleh untuk melihatnya.

Buaya nih pasti, tapi ganteng sih.

Sayangnya kamu orang Belanda mas, aku skip dulu.

"Oh Selamat Malam juga." Ucapku sopan.

"Jika kau berpikir aku bermaksud jahat, tidak sama sekali. Saya sebentar berkeliling and then saya bertemu kamu." Jelasnya.

"Oh hehe, hai nice to meet you." ia sedikit kaget melihatku berbicara dengan bahasa Inggris.

"kamu bisa bicara English?" Tanyanya.

"Of course."  jawabku sekenanya

"Wow, tidak heran. Kau cantik dan pandai berbahasa asing." Pujinya.

"Ah tidak juga." Ujarku merendah. "Apakah kau sudah bertemu suamiku?" Tanyaku, sebenarnya aku sengaja. Agar ia tahu bahwa aku sudah bersuami.

"Kamu sudah menikah?" Tanyanya.

"Ya, Pangeran Susuhunan berada di aula." jawabku

"Kau menikah dengannya?" Tanyanya, tersirat guratan tak suka di wajahnya.

"yes sir. " orang di depanku ini, aku tak tahu siapa namanya menatap tajam manikku.

"ehem. Saya harus ke aula sekarang." Aku baru berjalan beberapa langkah tapi ia menahan tanganku "With me. " Ucapnya.

Kami berjalan berdiam-diaman hingga sampai ke aula, aku langsung melangkah ke kursi sebelah pangeran Susuhunan. Cih! Ngga peka asal ninggalin aja ngga ada ngga rasa sayang-sayangnya sama istri sendiri.

Jadi pengen nikah aja sama orang Belanda tadi, siapa namanya tadi? Hais! Aku lupa belum tanya nanya nya gimana sih!

"Kenapa kau lama istriku?" Mataku mendelik kesal mendengar pertanyaan orang gila di sebelahku ini.

Tolong celupkan dia di dalam teh sariwangi !

Akh aku kesal! Kesal! Kesal!

"Kinipi ki limi istriku." Ujarku mengulangi kalimatnya. Ia menatapku bingung.

"Pikir saja sendiri!" Sungutku dan mengalihkan pandanganku ke depan menatap para tamu-tamu.

Tidak ada jawaban "Dasar ngga peka!" Gumamku sengaja agar yang di sebelahku ini merasa.

"Apakah kau marah istriku?"

IYA AKU MARAH!!! SEHARUSNYA KAU BERADA DI SISIKU, MENGAMBILKANKU MAKANAN, MEMANJAKANKU! BUKAN MALAH DUDUK SANTUY MENYAMBUT TAMU SEPERTI INI! SEBENARNYA INI ACARA UNTUKKU BUKAN SIH?!!!!

"Tidak."

Dia menghela nafas. "Bagus lah."

Bibirku berkedut tak percaya. Ingin rasanya menangis dan pergi dari hadapan orang ini, ah aku kesal! "Hm."

Catat! Aku kesal dengan dia! Aku akan mendiami dia sampai aku ngga bete lagi sama dia! POKOKNYA AKU KESAL!

Acara pun di mulai, aku masih mempertahankan wajah cemberutku. Entah suasana hatiku sungguh tak bersahabat.

Aku lapar dan memutuskan untuk berjalan menuju pondok makanan, lihat ini lihat yang katanya suami ter.cin.ta ngga ada tuh peka-peka nya.

Aku mau jalan ambil makanan aja ngga di tanya mau kemana, yaudah oke oke ingat diamkan dia jangan bicara dengannya!

Aku mengambil lemper dan juga es cendol, "Mbakyu." Tolong aku pengen pulang ngga mau lagi aku ke sini, aku pengen cepet-cepet pergi dari dunia ini!

Aku tersenyum malas menanggapi ucapan cecurut itu, "harusnya Mbakyu tetap duduk, biar aku saja yang mengantarkan ke singgasana Mbakyu." ucap Sariwangi ini.

"Jika kau yang mengantarnya tidak menutup kemungkinan ada racun yang terselip di makananku. " ucapku memanas-manasi crazy people di depanku ini.

"Kalau Mbakyu tidak ingin aku yang mengantar, kenapa tidak pangeran Susuhunan saja yang mengambilkan makanan ini untuk Mbakyu." ngga puas banget ya orang ini, duel aja yok lah kesel bener lama-lama.

"Oh haha." aku menutup mulutku tersenyum layaknya bangsawan. "Sejujurnya tadi ia sudah berniat untuk turun mengambilkan aku makanan, tapi aku sebagai istri yang pengertian menyuruhnya untuk tetap tinggal menyambut tamu-tamunya. Lagipula aku masih mempunyai kaki untuk berjalan."  Baguskan balasanku.

Ia tetap mempertahankan senyumnya. "Apakah pangeran mengabaikan mu? Oh ataukah dia sebenarnya tidak benar-benar sayang padamu?"

Skakmat!

Dia tertawa malu-malu dengan tangan yang menutup mulutnya. "Ohehehe. Tidak usah terkejut seperti itu Mbakyu, aku tahu pasti itu merupakan aib bagimu. " Ia menurunkan tangannya. "Baiklah baiklah, aku akan menjaga rahasia ini." Ia masih tertawa mengejek.

Mataku menajam, aku mengepalkan tanganku, wajahku mengeras, gigiku saling beradu.

Tahan aku jangan sampai aku lepas kendali! Jangan sampai aku berkelahi dengan iblis satu ini! Tahan aku! Tahannn!!!

Aku merasakan kehadiran seseorang di sampingku dan ia merangkul bahuku. "Ah aku menunggumu lama, kenapa kau masih di sini istriku?" Pangeran Susuhunan lah yang berbicara

Dia mengelus perutku. "Oh apakah anak kita sedang sangat lapar?" Tanyanya yang membuatku memutar bola mata malas.

"Oh putri Sari maafkan Pangeran ini yang tidak menyadari kehadiranmu." Aku melihat wajah Sariwangi yang tadinya menatap tajam berubah menjadi lembut.

"Ah tidak apa pangeran."

Tahan jangan sampe Sariwangi ini besok tinggal nama.

"Kami permisi dulu ya, kau mengertilah saya sangat khawatir dengan istriku yang cantik ini, jadi Suami tercintanya ini harus berada di samping nya." Aku speachless guys! "Kami ingin bermesra-mesraan dulu."

Buh pemulung. PENGGOMBAL ULUNG!

"Iya Putri Sari. Sebaiknya kau segera menikah." Ia lebih memelukku. "Agar kau bisa bermesra-mesraan seperti kami berdua. Hahaha kami permisi." Pamit pangeran Susuhunan.

Ahay!

Aku tersenyum mengejek ke arah Sari hahaha! Rasakan itu!

Bye bye Sariwangi!

AJENG (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang