Pagi hari sesuai dengan perintah Raja kemarin, Putri Ajeng dan Putri Sari akan di sidang di Aula terkait perdebatan kemarin. Raja tidak habis pikir dengan mereka yang berkelahi di depan umum, kaum bangsawan malah mempertontonkan hal yang tak patut di contoh.
Ajeng tetap menyunggingkan senyum manis di balik selendang yang di jadikan cadar olehnya, Sri berjalan di sampingnya bergerak risau.
"Ck...kau ini kenapa Sri? Gerak gerikmu seperti aku akan di hukum mati saja" Ajeng kesal karena melihat Sri yang sama sekali tak bisa bersikap relax
"Nona...saya takut kalau nona di hukum Raja, bagaimana ini Nona...Putri Sari sangat licik, pasti dia akan memutarbalikkan fakta." Sri memilin tangannya.
"Ck, tenang lah. nonamu tak sebodoh itu untuk kalah lagi di depan mereka." Ajeng melangkahkan kaki nya tenang ke arah Aula.
"Oh iya, apa nona tahu? Tadi malam seorang pelayan bunuh diri dengan racun yang sangat mematikan."
Ajeng sempat terpaku saat mendengar topik yang dibawakan Sri, "oh ya? Mengapa ia bunuh diri?" Tanya Ajeng berusaha tenang.
"Hmm...saya juga tidak tahu nona, tapi racun yang ia gunakan seperti sangat langka. Masa ya nona, warna tubuhnya berubah dan matanya melotot." Ujar Sri serius.
Ajeng tersenyum puas, "lalu, apa yang terjadi setelahnya?"
Sri menggaruk tengkuknya, "hmm aku ngga tahu nona, cuma mendengar sekilas dari perbincangan pelayan yang lain di dapur."
Ajeng terkekeh, "ternyata kau menguping ya?"
Sri meringis.
•••••
Ajeng POV
Aku sudah berada di dalam Aula dan sedang duduk di kursi terdakwa bersama Putri Sari, rasanya ingin ku colok dengan tombak matanya itu.
Putri Sari nampak tenang, kutebak pasti dia sudah menyiapkan rencana di balik semua itu. Tapi maaf beribu maaf nih ya Sariwangi, rencanamu akan kalah hari ini.
"Kedua Putri Mentri Bambang" Raja memulai.
"Kalian akan membuat malu seisi Keraton dengan cara tak terpelajar kalian?"
Biarlah tua bangka itu menyelesaikan dialog marah-marah nya.
"Hukuman apa yang harus saya berikan agar kalian tidak mengulangi perbuatan kalian lagi?!"
Suasana menegangkan menguar di segala penjuru aula.
"Maaf menyela Raja" Aku angkat bicara, dasar orang terdahulu tak ingin mendengarkan pembelaan dan juga saksi.
"Apakah adil jika langsung di jatuhi hukuman? sedangkan kami tidak ada kesempatan untuk menjelaskan dan membela diri?" Aku bicara meremehkan, Raja Prabasuyasa terdiam.
"Baiklah apa pembelaan diri kalian?"
"Dimulai dari Putri Sari dulu." Lihat pilih kasih. Aku mendengus kesal.
Dunia adil kepada orang yang cantik dan body goals Sialan!
Lihat tampang Sariwangi ini tampang sok memelas, "Ampun Raja, saya marah kepada kakak saya karena dia menghina Pangeran Susuhunan di depan umum, itu membuat citra pangeran menjadi buruk di depan warga istana." Baperan amat lu setan.
"Saya hanya menegur Putri Ajeng agar tidak melakukan hal itu lagi tapi ia malah marah kepada saya Raja." Ohhh lihat lah air mata buayanya.
Colok jangan? Colok jangan?
"Putri Ajeng apakah itu benar?!" Amarah Raja menguar di dalam aula.
"Apakah jika saya berbicara itu bohong,Tuan Raja akan percaya?" Aku tetap memancing suasana, hahaha...Senangnya bermain-main dengan mereka.
"Putri Ajeng apakah sopan santun kau sudah hilang sebagai calon ratu?!" Lihatlah tua Bangka ini, mudah tersulut emosi.
"Bahkan Raja belum mendengar penjelasan saya." Aku menyeringai di balik cadarku.
Raja Prabasuyasa kembali terdiam, pasti memikirkan kebodohan nya. "Baiklah apa pembelaan mu?" Dia sudah lumayan kesal rupanya kepadaku.
"Aku dan Sri pelayanku sedang berjalan ke Taman Utama dan Pangeran Susuhunan menghentikan perjalanan kami untuk membuka cadarku."
"Setelah selesai berbincang, aku kembali melanjutkan perjalanan ke Taman Utama. Tak lama Putri Sari datang dengan langkah penuh amarah dan langsung menampar ku."
"Ada beberapa saksi di sana, jika di izinkan bolehkan Putri ini memanggil saksi-saksi yang melihat kejadian itu?"
"Ya! Panggilkan mereka!"
Saksi-saksi yang sudah bekerja sama dengan ku memasuki aula, dan mereka aku bayar untuk membicarakan kebenaran atas ucapan ku itu. Ingatlah uang adalah segalanya di dunia ini.
Kemenangan berpihak padaku! Lihat itu iblis Sari! "Pengawal! Hukum Putri Sari 50 cambukan seperti peraturan keraton!" Pengawal itu langsung menaati perintah yang di berikan Raja.
Sidang itu di bubarkan dan aku lega karena aku menang.
Aku dan Sri memutuskan untuk kembali keruanganku. Tanganku di cekal, aku berbalik melihat siapa yang mencekal tanganku.
"Kau sudah belajar banyak ternyata Putri Ajeng untuk melawan orang-orang yang menindas mu." Sirik sekali Pangeran Susuhunan ini.
"Dan terimakasih sudah berbicara sangat jujur di pengadilan tadi." ada yang salah? Bukannya benar ia membuka selendang yang kupakai.
"Dengan senang hati Pangeran " aku berbicara santai.
Ia menarik cadarku, kenapa orang ini senang sekali membuka cadarku. Matanya menatap tajam mataku menusuk hingga ada guncangan aneh di hati ku.
Oh shit jangan sekarang perasaan bodoh! Aku yakin ini perasaan Putri Ajeng yang sangat mencintai suami kejamnya ini.
Yha...kuakui memang ia tampan.
Aku melihat siluet Permaisuri yang berjalan menghampiri kami berdua berdiri, aku refleks menghempaskan pegangan tangan Pangeran Susuhunan.
Ahhhh...bodohnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
AJENG (PROSES REVISI)
FantasyUpdate hari Senin dan Jumat #rank 1 in Jawa (10 Jun 20) #rank 1 in keraton (6 jul 20) #rank 3 in Solo & Ajeng (6 jul 20) #rank 6 in khayalan (6 jul 20) 18+ Cover by nyari di Google:v tapi gue yang edit judulnya kok DON'T JUDGE MY STORY! Hell No.. Aj...