18: BENIH BENIH CYINTAHHH✔️

1K 117 17
                                    

Coba sih kayaknya author berdosa banget karena ngga up up, maapin ya🌜

Kayak tugas tuh makin menumpuk jadi ngga ada waktu buat nyelesaiin cerita ini, maap banget ya semuanya.

Terimakasih sebelumnya karena sudah mengerti😍

























Suara kicauan burung dan kokokan ayam mengusik tidur Ajeng yang masih bergelung di balik pelukan pangeran Susuhunan.

Dengan mata tertutup ia mengambil bantal yang ada di dekatnya dan langsung ia lemparkan ke arah jendela.

"AH SHIBAL! Dasar Ayam kurang ajar! Diem atau gue bakal jadiin lo ayam geprek sialan!"

Pangeran Susuhunan yang kaget dengan umpatan Ajeng langsung terbangun dari tidurnya dan menganga tak percaya, istri mungil yang anggun bisa mengumpat begitu hebatnya saat bangun tidur.

Setelah puas mengumpat ia mengambil posisi ingin tidur kembali namun gagal, tengkuknya di tahan oleh sang suami dan seketika membuat kesadaran Ajeng mengumpul.

"KYAA!! PANGERAN JAMAN PURBA NGAPAIN DI KAMAR GUE?!"

Hening.

Ajeng sadar akan bahasanya yang salah, ia mengedipkan matanya lucu.

Pangeran Susuhunan langsung menyentil kening Ajeng, "Siapa yang mengajarimu mengumpat saat di pagi hari?"

Ajeng diam bukan main, ia mengulum bibirnya kikuk.

Pangeran Susuhan tertawa melihat tingkah Ajeng, "semestinya saat fajar tiba kita harus berdoa, berterima kasih kepada Tuhan dan Alam karena memberikan kita penghidupan yang layak sampai sekarang."

"Mulai deh ceramahnya." Gumam Ajeng

"Kau bilang apa Putri Ajeng?!"

"Kagak, eh ngga ngga, saya tadi hanya bermonolog Kang Mas."

Pangeran Susuhunan terdiam mendengar panggilan Ajeng. "Kang Mas?" Ulangnya.

Ajeng mengangguk dengan lugunya, "iya, Kang Mas."

Pipi Pangeran Susuhunan langsung memerah mendengar pernyataan Ajeng.

Ajeng POV

Dih, gitu doang baper.

Aku terkikik geli dalam hati melihat pipi Pangeran yang memerah, prft hahaha.

Ia dengan tiba-tiba mengecup keningku lama, aku terdiam. Ya karena ini tiba-tiba. Kalau pake aba-aba kan bisa saja aku pindah jadi ciuman di bibir.

Astaga Ajeng!

Ia memundurkan kembali wajahnya setelah menciumku, senyuman terbit di bibirnya. YA AMPUN TAMPANNYA!

Aku memalingkan wajahku karena ketahuan mengaguminya, "a—aku ingin mandi dulu." Ucapku cepat dan langsung berdiri dari tempat tidur.

Ia menahan tanganku, "kenapa?" Tanyaku.

Ia terdiam sembari menatap tubuhku.

Kenapa orang aneh ini.

Pandanganku ikut turun ke arah tubuhku.

Kosong? Astaghfirullah al-adzim.

Woy baju gue mana woy!

AJENG (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang