39. Kenalin... (2)

6 0 0
                                    

"Mamanya Benua cantik bange~t!" Puji Senja detik pas Sara keluar dari ruang rawatnya Benua. Benua ketawa bangga denger pujian Senja buat mamanya. Siapa yang nggak bangga denger mamanya dibilang cantik? Eh tapi emang cantik sih. Hehehe.

"Iya kan? Cantik banget ya. Dulu juga Benua pas ketemu kaget banget. Mama itu cinta pertamanya Benua." Kata Benua yang terdengar aneh banget dikuping Senja.

"Hah? Gimana? Pas ketemu? Emang masih inget? Hahahaha. Kan Benua pas ketemu masih merem." Maksudnya pas baru lahir kan mana inget, iya ga sih? Ini Benua becandanya susah banget diikutin akal sehat. Senja ketawa sambil geleng geleng kepala, tapi Benua kalem. Dia menghela napas, terus ulurin tangannya buat ngelus kepala Senja dengan lembut.

"Mama pergi pas Benua masih kecil banget. Papa yang rawat Benua, sampe akhirnya mama balik lagi pas Benua umur 2 tahun." Kata Benua, tapi nggak ada rasa sedih atau kecewa dalam suaranya yang enak didenger itu.

"Oh? Sorry." Kata Senja hati hati. Sumpah! Senja kaget banget pas denger Benua cerita sedih gitu. Dan bener bener nggak nyangka kalo mamanya Benua pernah ninggalin dia. "Senja nggak pernah ketemu mama malah." Kata Senja dengan suara kecil. Dia nggak tau gimana caranya hibur Benua, jadi dia pikir, dia mau berbagi cerita yang kurang lebih sama kayak Benua.

"..." Benua nggak sahutin Senja, tapi matanya penuh dengan rasa khawatir dan kasih sayang.

"Kata papa, mamanya Senja udah meninggal pas Senja lahir." Kata Senja lagi.

"Oh? Sorry to hear that." Kata Benua bersimpati. "Mamanya Senja pasti bangga banget di surga, punya anak secantik dan semanis Senja." Sambung Benua menghibur.

"Apaan sih~" Senja ketawa kecil sambil pukul dadanya Benua pelan, yang dibales sama erangan Benua yanh seolah kesakitan. Padahal sih, nggak sakit sama sekali.

Benua tangkap tangannya Senja yang bersandar di dadanya, terus natap Senja dengan lembut sambil senyum hangat. "Tau ga, Benua seneng banget sekarang bisa sebut Senja sebagai pacarnya Benua." Kata Benua yang bikin mukanya Senja merah mampus. Dan detik ketika Benua ambil tangan Senja dan cium telapak tangannya dengan tatapan yang terkunci pada Senja, muka Senja udah kayak kepiting rebus yang mateng.

Sumpah deh. Hati Senja rasanya geli geli gitu.

Sara yang baru selesai terima telepon, masuk ke ruang rawat Benua dan liat adegan muntahan pelangi yang bikin Sara menghela napas. Anak muda jaman sekarang beda banget ya sama jaman Sara waktu masih sekolah dulu. Untungnya, Sara termasuk orangtua yang pikirannya terbuka. Jadi, dia nggak canggung liat anak laki laki semata wayangnya bersikap manis kayak gitu.

Sara nggak langsung interupsi pasangan muda dihadapannya. Sara senyum tipis, tapi pandangannya gabisa beralih dari Senja. Rasanya aneh, tapi wajah orang itu nggak akan pernah bisa dilupain sama Sara. Dan yang bikin hati Sara bergetar adalah, Senja punya mata dan senyum yang sama persis kayak orang yang nggak akan pernah bisa dia lupain.

Kebetulan?

Sara nggak percaya sama yang namanya kebetulan. Dia yakin banget kalo Senja pasti ada hubungannya sama orang itu. Tapi, untuk sekarang, Sara cuma bisa duduk diam dan nunggu. Nggak ada rahasia yang terus tersembunyi. Eh tapi, kalo liat Benua sebahagia itu sama Senja.. Sara natap lantai ruang rawat Benua. Tatapannya seketika sendu, sedih, dan khawatir sama apa yang belum tentu terjadi. Ya, untuk sekarang, dia nggak akan ngomong apa apa. Seenggaknya sampe dia bener bener yakin sama dugaannya terhadap senja.

SENJA DIUJUNG BENUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang