1. Mau Jadi Dilan

53 4 0
                                    

Duagh!

"Ah bangsat!" Teriak Senja marah sambil melempar balik bola basket yang nggak sengaja kena kepalanya.

"Sa~bar Senja. Udah udah. Kakak kakak semua itu." Kata Danilla panik. Bukan karena takut kakak kelas jadi gangguin mereka, tapi takut Senja gabisa kontrol diri dan end up bikin masalah. Bukan apa, mereka baru aja masuk SMA dan baru selesai MOS seminggu yang lalu. Kan galucu kalo sekrang Senja bikin ulah lagi. Iya, lagi! Beberapa hari yang lalu, senja berantem sama kakak kelas yang godain dia. Woy! Kakak kelas yang itu cowo berandal berbadan tinggi gede, dan Senja tanpa takut tonjok tonjokan. Lah apa kabar ini cuma seonggok anak basket populer? Tapi apakah Senja mau denger? Oh tentu tidak.

"Yang lempar bola, sini maju." Kata Senja. Ebuset. Danilla liat Senja udah kayak jagoan di film film kung fu.

"Sorry, sorry. Ga sengaja." Kata salah satu anak basket.

"Oh. Lo yang lempar? Kena kepala gue nih!" Kata Senja, lalu dia tarik napas dalam dalam. "Kalo lo gabisa main, gausah ikut club. Bikin susah orang lain, sialan." Sambungnya.

Danilla yang daritadi berdiri disamping Senja cuma bisa diem sambil keringet dingin. Sumpah. Dia sendiri nggak ngerti kenapa dia nempelin Senja terus. Senja itu anaknya cantik, canti~k banget. Namanya Senja, kesannya hangat dan romantis. Tapi, yak, inilah Senja yang sebenarnya. Nggak ada romantis romantisnya. Ngomongnya kasar, suka berantem, dan sikapnya dingin. Kayaknya nama Senja tuh keberatan deh.

"Kenapa sih?" Tanya seorang cowok yang baru aja dateng ke lapangan basket. Dia pake seragam putih-abu, tapi kayaknya memang niat mau ikutan main basket. Soalnya, cowok yang suaranya serak serak basah yang bikin cewek cewek mimpi basah itu adalah Benua, cowok kelas 3 IPS, kapten basket SMA SASMAYA ABADI.

Alis Benua mengkerut lihat Danilla yang pucet, Joe yang awkward, dan Senja yang marah. Ini ada apa?

"Ada seru seru apa sih? Lama lama ini lapangan kayak bayi yah, nggak bisa ditinggal." Kata Benua sambil ketawa ganteng.

Aduh kak, ini bukan saatnya lo pamer ganteng. Keluh Danilla dalam hati.

Senja melirik Benua dengan sinis. Danilla rasanya beku. Semenjak dia kenal Senja, dia pengen banget jadi Harry Potter yang punya jubah ajaib biar bisa ngilang di saat saat kayak gini. "Lo tanya aja temen lo." Kata Senja, sambil menarik tangan Danilla untuk pergi dari situ.

Mata Benua terpaku sama sosok Senja, sampe cewek itu bener bener nggak kelihatan lagi. "Joe, siapa?" Tanya Benua.

"Bocah kelas 1 tuh. Kaget gue. Galak banget." Jawab Joe sambil bergidik. "Gue pikir, gue paling ditakutin. Taunya, diatas gue masih ada lagi. Cewe lagi!"

"Cantik ya"

"Iya, kan?! Mana cantik banget lagi! Gue nggak berdaya mau ngamuk. Gue takut dia nangis, ntar hati gue potek."

"Gue tungguin ah pulang sekolah." Kata Benua.

Joe ketawa ngeledek denger sahabatnya ngomong begitu. "Lo jangan sok sokan jadi Dilan deh."

"Lah? Siapa yang mau jadi Dilan? Gue mau jadi Benua, yang ngajak pulang bareng naik mobil, ga kepanasan atau kehujanan."

"Si anjing. Kan biar romantis."

"Romantis apaan. Di motor gabisa ciuman kalo lagi lampu merah."

"Ah bangsat. Kenapa jadi begini sih obrolannya." Teriak Joe sambil ngejambak rambutnya sendiri. Benua ketawa ganteng liat Joe yang berasa kupingnya dinodai. Tapi kan bener? Di mobil lebih romantis kan? Bisa ngobrol lama tanpa kehujanan atau kepanasan, bisa pegangan tangan kalo lagi lampu merah, bisa.. ah udah lah. Benua juga ga kepikir macem macem sama Senja. Cuma penasaran aja.

SENJA DIUJUNG BENUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang