Seperti apa yang kau bayangkan, tuan. Aku tetap disini memahami jejal waktu yang pernah kita lewati dulu. Amat susah nyatanya. Saat memasuki kisah itu, aku terbawa naungan pilu menelusupi indra perasaku.
Kurasa duniamu kini telah menjadi dunia-nya. Tergantikan pelangi yang diawali dengan sebuah badai.
Tuan apa kau tahu? Tuhan mendengar apa yang aku inginkan, yaitu kebahagiaanmu. Saat bahagiamu dulu terenggut oleh keegoisanku.
Tuan, tolong ingat aku.
Tolong ingat aku saat aku pernah menjadi objek bahagiamu dulu. Meski sekarang bukan aku lagi ...
Terimakasih tuan,
bahagiaku ─── terwakilkan olehmu.