Pukul 21.30.
Setelah main game dan bercanda bareng temen-temennya bang nadheo, Briya masuk ke dalam kamarnya. Hari ini dia ingin tidur lebih awal. Dia langsung merebahkan dirinya di kasur king size nya. Namun sebelum pergi menjelajahi alam mimpinya, Briya menyempatkan diri untuk ke balkon kamarnya, angin dingin malam, menerpa wajah dan rambutnya. Briya menatap langit yang bertabur bintang.
'mommy, Briya kangen sama mommy, wajah mommy, Briya pengin dimanja mommy, kasih sayang mommy, mommy dimana? Kenapa mommy tinggalin Briya, Daddy, sama abang-abang? Briya kecewa sama mommy, Briya benci mommy' tak terasa cairan bening menetes begitu saja. Dibalik sikap dingin Briya, ada jiwa yang rapuh, jiwa yang kekurangan kasih sayang dari seorang ibu, ada jiwa yang hancur berkeping-keping. Briya menangis sesenggukan.Tiba-tiba, Briya merasakan ada yang mengamatinya, Briya menghapus air matanya dan berbalik badan. Dan ternyata ada sesosok perempuan dengan baju yang kumal, wajahnya tertutup oleh rambutnya yang tergerai, dia membawa pisau di tangan kanannya. Dia mendekat ke arah Briya.
"Lo, lo siapa? Gue nggak ada urusan sama elo" Briya mundur.
"Gue raya, dan gue sendirian, gue pengin ada temen, dan lo harus mati biar gue ada temen" sosok itu tertawa sambil mencekik Briya.
"Le lepasin gu gue" ucap Briya terbata-bata.
"Gak akan, lo harus mati" sosok itu mendekatkan pisau ke leher Briya.
"Bang, tolongin Briya bang" teriak Briya. Bang nadheo dan bang Rendy yang sedang bermain PS diruang tamu terpelonjak kaget mendengar teriakan Briya dari kamarnya.
"Briya kenapa ya?" bang nadheo
"Lah paling dia cuma lagi ngerjain kita" bang Rendy.
"Nggak, pasti ada yang nggak beres" bang nadheo bangkit dan bergegas menuju ke kamar Briya.
Sementara bang Rendy malah melanjutkan bermain game di ponselnya. Emang ya abang nggak ada akhlak. Sesampainya didepan kamar Briya, bang nadheo mengetuk pintu kamar Briya.
"Dek, lo ga papa kan?" ucap bang nadheo dari balik pintu sambil terus mengetuk pintu kamar Briya.
"Bang eo, tolongin Briya bang" teriak Briya dari dalam kamarnya. Bang nadheo sangat cemas.
"Dek lo kenapa?" bang nadheo berusaha membuka pintu kamar Briya.
"Tolongin Briya bang, dia mau bunuh Briya bang" ucap Briya membuat bang nadheo cemas setengah mati.
"Kamu bertahan dek, abang akan coba buka pintunya" ucap bang nadheo berusaha menenangkan Briya. Mendengar kebisingan di lantai atas membuat bang Rendy jadi kepo dan segera bergegas ke lantai atas. Betapa terkejutnya dia melihat bang nadheo berusaha membuka pintu kamar Briya.
"Bang, bang nadheo lagi ngapain?" tanya bang Rendy.
"Bantuin abang dobrak pintu ini" bang nadheo.
"Emangnya kenapa bang?" tanya bang Rendy.
"Aduh ren nanyanya nanti aja, Briya dalam bahaya sekarang" kesal bang nadheo kepada adik laki-lakinya itu yang lemot nya diatas rata-rata.
"Iye bang" bang Rendy dan bang nadheo mendobrak pintu kamar Briya.
Akhirnya pintu kamar Briya terbuka dan menampakkan seorang gadis dipojok kamarnya. Gadis itu menekuk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya. Darah segar mengalir dileher, tangan, hidung, dan kening gadis itu. Bang nadheo dan bang Rendy langsung berlari ke arah gadis itu yang tak lain adalah Briya.
"Dek" bang nadheo sambil mengangkat dagu adik perempuan kesayangannya itu.
Mata Briya memerah karena menangis. Kemudian dia melihat ke arah kedua kakaknya itu.
"Bang, Briya takut dia dateng lagi" ucap Briya sambil sesenggukan.
"Dia siapa dek?" tanya bang nadheo.
"Dia bang" Briya sambil menunjuk ke arah balkon kamarnya. Bang nadheo heran, dia baru ingat kalo adiknya bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Sementara bang Rendy hanya diam.
"Dia nggak akan ganggu kamu lagi, abang akan selalu lindungin Briya" bang nadheo menarik Briya ke dalam dekapannya dan mencoba menenangkan adiknya yang masih ketakutan.
"Iya, gue dan bang nadheo kan ada buat nglindungin elo, jadi jangan nangis lagi, jelek" canda bang Rendy mencoba agar adiknya tidak menangis lagi. Namun nihil, Briya malah tangisan semakin menjadi-jadi.
"Ren, diem" bang nadheo sambil melirik ke arah bang Rendy dan si empunya malah nyengir sambil garuk-garuk tengkuknya.
"Dek, jangan nangis lagi" bang nadheo sambil mengusap puncak kepala Briya.
"Udah jangan nangis lagi, cengeng lu, kalo di sekolah aja, dingin banget lu" cibir bang Rendy dan langsung mendapat tatapan tajam dari bang nadheo.
"Udah jangan nangis lagi, adek abang kan nggak cengeng, ayo bediri, kita obatin dulu luka-lukanya. Ren, ambilin kotak p3k" suruh bang nadheo dan bang Rendy bergegas mengambil kotak p3k.
Bang nadheo membantu Briya berdiri dan memapahnya ke kasur king size milik Briya. Bang Rendy datang membawa kotak p3k dan memberikannya kepada bang nadheo.
Bang nadheo mulai mengobati luka-luka Briya dengan telaten."Aw, sakit bang, ati-ati napa" Briya.
"Hehehehe, maapin abang dek" bang nadheo sambil nyengir.
"Manja lo dek" cibir bang Rendy.
"Diem lo ren, mau gue kasih khutbah sampe pagi lu?" ancam bang nadheo.
"Iye bang iye, seterah abang deh" pasrah bang Rendy.
Bang Rendy duduk disofa kamar Briya sambil memainkan ponselnya.
Setelah 30 menit, bang nadheo selesai mengobati Briya. Dan menyuruhnya untuk tidur karena jam dinding di kamar Briya menunjukkan pukul 22.40 malam.
"Dek, udah malem, besok kan sekolah, tidur gih sono" suruh bang nadheo sambil menutup kotak p3k. Briya merebahkan dirinya dikasur king size nya dan mencoba menutup matanya. Bang nadheo mengelus rambut Briya dan mengecup kening Briya. Disaat bang nadheo dan bang Rendy akan keluar dari kamar Briya, Briya segera menarik tangan mereka agar tidak pergi meninggalkannya.
"Bang, kalian jangan tinggalin gue, gue takut bang" ucap Briya.
Bang nadheo dan bang Rendy duduk disamping ranjangnya.
"Tidur dek, jangan melek mulu" bang Rendy sambil mengelus rambut Briya.
"Bang freezer rese mah" Briya.
"Dek tidur, besok kamu kesiangan loh" bang nadheo. Briya mengangguk dan menggenggam tangan kedua kakaknya itu. Mereka bertiga pun terlelap karena memang lelah dengan kejadian hari ini. Briya berada ditengah-tengah kedua kakaknya itu. Tak lama setelah itu, pintu kamar Briya dibuka pelan-pelan oleh seseorang. Ya dia adalah Daddy Briya. Daddy Briya tersenyum melihat anak-anaknya. Rasa lelah sehabis kerja yang dirasakannya seketika hilang melihat ketiga anaknya.
"Daddy bangga sama kalian, kalian saling menyayangi satu sama lain, meskipun tanpa mommy. Daddy sayang banget sama kalian bertiga"
Kemudian Daddy Briya menutup kembali pintu kamar Briya dan pergi menuju ke kamarnya untuk beristirahat karena jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King Valeron (SELESAI✅)
Teen Fiction"Gue mau, lo jadi milik gue" Valeron "M..maksud lo?" Briya "Iya, sekarang, lo milik gue, gue milik lo" Valeron sambil menggenggam tangan Briya "Em...gimana ya" Briya "Gue gak minta pendapat lo, pokoknya, sekarang lo milik gue" ucap Valeron di teling...