[2]

2.2K 314 25
                                    

Masih di malam yang sama tepatnya pukul sebelas malam, Rose keluar dari apartemennya untuk mendinginkan kepala usai perdebatannya dengan Lalisa beberapa jam lalu. Keluar dari pintu utama gedung, ia bisa melihat bangkai ponselnya yang sudah rusak berat tergeletak begitu saja di dekat taman. Rose hanya menatapnya sekilas lalu kembali berjalan menyusuri trotoar yang sudah semakin sepi.

Ia sengaja tidak pergi bekerja menjaga minimarket malam ini. Tidak ada alasan khusus, hanya malas saja sekaligus... memperburuk keadaan. Ia bisa saja dikeluarkan dari pekerjaan itu, namun sekali lagi Rose sudah tidak peduli. Ia hanya akan datang jika merasa sudah kehabisan uang.

Rose membiarkan udara dingin yang berhembus menusuk-nusuk raganya. Sengaja tak memakai jaket karena Rose benar-benar ingin menikmati udara malam tanpa terhalangi pakaian lain selain kaus hitam tipisnya.

Cukup jauh berjalan, Rose merogoh kantongnya mengeluarkan sebungkus rokok lengkap dengan koreknya. Disulutnya sebatang rokok lalu dihisap dalam-dalam sebelum dihembuskan kencang. Seorang Roseanne Park memang sudah serusak itu. Beberapa kali ditahan akibat melakukan perkelahian di jalan dan hal buruk lainnya. Tak heran Jessica Jung sering sekali mengomel sejak Rose bekerja di cafenya.

"Sialan," desisnya menendang kaleng kosong.

Rose memang sering sekali mengumpat jika mengingat seberapa pilih kasihnya orang-orang di luar sana terhadapnya. Pertama kali bekerja di cafe Jessica, Rose bekerja dengan baik dan melakukan semua dengan sempurna. Namun perempuan Jung itu tetap saja mengomelinya, mengatakan kinerja Rose buruk. Saat itu Rose sangat ingin sekali berteriak 'dimana matamu' sebelum Lalisa menahannya lebih dulu. Ya, Lalisa selalu mencegahnya meledakkan emosi.

Lalu pemilik minimarket itu juga tak berbeda jauh dengan Jessica. Padahal Rose mati-matian melawan para pemabuk yang sering mengacaukan minimarketnya. Namun keesokan harinya Rose malah dimarahi habis-habisan sebab terlalu serius menghadapi para pemabuk itu hingga membuatnya masuk rumah sakit.

Dunia memang setidak adil itu pada Rose. Seberapa keras pun ia berusaha, Rose tetap terlihat buruk di mata orang-orang itu. Sepertinya ungkapan 'seorang Roseanne Park tidak dilahirkan untuk bahagia' memang benar.

Langkah Rose langsung terhenti ketika ia sampai di jembatan yang jauh lebih sepi. Memang bukan jembatan yang besar, terlebih penerangannya lumayan kurang.

Rokok yang semula diapit bibir langsung jatuh ke tanah begitu Rose membuka mulutnya terperangah. Bukan karena hantu atau apa ia berhenti melangkah. Namun di depan sana, Rose dapat melihat dengan jelas sesosok manusia berdiri di atas besi pembatas jembatan.

Pikiran Rose langsung tertuju pada hal yang tidak-tidak. Perlahan ia berjalan mendekat, menginjak rokoknya yang masih tersisa banyak. Tapi bukan itu masalah terbesarnya sekarang. Langkah Rose kini berubah menjadi lari tatkala sosok itu menjatuhkan tubuhnya begitu saja.

Rose berteriak panik, lalu sekuat tenaga menahan jatuhnya tubuh itu dengan kedua tangan. Perasaan lega sekaligus panik bercampur menjadi satu. Sedikit bersyukur Rose masih bisa meraih sosok yang ternyata seorang perempuan ini.

Wajah pucat itu menengadah ke atas menatap Rose tanpa ekspresi. Sementara di atas Rose mati-matian menahan tubuhnya dan tubuh gadis pucat ini agar tidak jatuh ke sungai yang gelap dan terlihat menakutkan dari atas sini.

"Apa yang kau lakukan bodoh?!" sembur Rose begitu saja.

Tiba-tiba raut tanpa ekspresi itu berubah menjadi panik. Menunduk sejenak melihat tubuhnya yang tergantung di udara, lalu berteriak.

"Jangan panik, hey! Raihlah besi pembatas ini dan coba tarik dirimu, aku tak akan melepaskanmu." Rose pelan-pelan memberi instruksi yang langsung dilakukan oleh perempuan yang terlihat panik tiba-tiba itu.

Dalam sekali tarikan, Rose beserta si perempuan pucat terjatuh ke atas trotoar. Napas keduanya sama-sama memburu. Rose langsung bangkit dan menunjukkan wajah berangnya.

"Apa yang kau lakukan barusan?!" tanya Rose mengulang pertanyaan sebelumnya.

Sementara si perempuan mungil masih terlihat syok. Seolah tidak sadar dengan apa yang barusan ia lakukan.

Rose mendengus menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya ke belakang. "Sudahlah. Kau baik-baik saja?"

Si perempuan pucat mengangguk kaku, menerima uluran tangan Rose lalu berdiri. Rose sendiri tak habis pikir mengapa perempuan ini terlihat begitu kaget dengan apa yang akan dilakukannya sendiri.

"Jangan ulangi lagi, beruntung aku melihatmu."

Rose lantas berbalik untuk pulang, meninggalkan si perempuan pucat itu sendirian di bawah sorot lampu jalan dengan seringaiannya.

Rose tidak tahu bahwa apa yang ia lakukan barusan adalah awal dari segala masalah rumit yang sebentar lagi akan menghancurkan hidupnya jauh lebih parah lagi.

Rose tidak tahu bahwa apa yang ia lakukan barusan adalah awal dari segala masalah rumit yang sebentar lagi akan menghancurkan hidupnya jauh lebih parah lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minal aidzin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin ya 🙏🙏

Stranger ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang