[5]

1.4K 259 40
                                    

Irene terbangun dengan keadaan kacau. Bukan kacau penampilan, kacau mentalnya. Lagi-lagi ini terjadi untuk yang kesekian kali.

Kalender menunjukkan tanggal 14 April 2020 pukul enam lebih lima menit pagi. Dan hal itulah yang membuat kepala Irene semakin pusing. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi selama ini.

Terakhir kali Irene ingat ia tertidur di tanggal 28 Maret 2020 sekitar pukul tujuh malam. Lalu sekarang setelah terbangun tahu-tahu sudah ganti bulan saja, selama itukah ia tertidur? Ini bukan sekali dua kali terjadi. Kepala Irene nyaris meledak memikirkannya.

Memilih tak memikirkannya, Irene beranjak bangun dan menghidupkan ponsel yang sudah lama tidak ia sentuh. Menatap tangan sendiri sambil membolak-baliknya berharap mendapat jawaban atas semua keanehan ini, namun tetap saja apa yang ia inginkan tidak didapat.

“Haruskah menemui dokter?” gumamnya. Namun perhatiannya segera teralih begitu mendengar bunyi notifikasi yang membabi-buta dari ponsel.

Rentetan pesan masuk, tak terhitung lagi jumlahnya. Irene mendengus melihat salah satu pesan di urutan paling atas.

Suho

|Kau tidak mengambil bayaranmu?
|Mau bermain lagi malam ini?
|Kau sibuk Joy?
|Aku akan membayarmu tiga kali lipat dari sebelumnya, ayo bermain malam ini
|Kau benar-benar sibuk ya?

Irene mengerutkan kening membaca nama yang disebutkan lelaki bernama Suho ini.

Joy? Siapa itu?

Irene semakin merasa aneh. Lalu membuka pesan yang tak kalah banyaknya di urutan kedua.

Jaebum

|Seulgi, terima kasih atas gambarannya. Itu benar-benar bagus
|Kau ada waktu? Mari kita bertemu lagi, aku menginginkan gambaranmu
|Kenapa tidak dibaca?
|Hubungi aku kalau kau ada waktu

Siapa lagi ini? Kenapa bisa masuk ke ponselnya? Seingat Irene ia tidak punya teman bernama Seulgi atau Joy, siapa pula Suho dan Jaebum? Ia tak pernah ingat ada yang mengambil alih ponselnya selain ia sendiri.

Sebenarnya dunia yang gila atau dirinya?

🥀

Irene merasa semakin pusing dan tidak mengerti di sini.

Di depannya ada seorang gadis jangkung berambut blonde yang terus menerus memanggilnya Wendy. Ia bahkan tak tahu siapa itu Wendy.

“Maaf Nona, tapi namaku bukan Wendy atau siapalah itu,” sela Irene cepat ketika gadis blonde itu akan kembali berbicara panjang lebar. Ia tidak suka ini.

Gadis blonde yang tentu saja adalah Rose sendiri sama-sama semakin tidak mengerti. Baru pertama kalinya ia bertemu seseorang dengan ingatan yang seburuk ini. Mungkin ingatan nenek Lalisa jauh lebih baik.

“T-tapi, kita baru bertemu kemarin. Di perpustakaan, ingat? Lalu aku yang menolongmu di jembatan ketika kau berusaha bunuh diri. Dan di cafe itu.”

Irene berdecak kesal. “Aku benar-benar tidak pernah bertemu denganmu. Dan lagi, kemarin aku di rumah seharian. Siapa pula yang ingin bunuh diri? Sudah, menyingkirlah!”

Irene mendorong kasar tubuh Rose. Lalu pergi begitu saja dengan perasaan kesal sekaligus bingung yang semakin menjadi. Namun hal yang tidak terduga terjadi. Mendadak ia mengerang keras, kepalanya serasa mau pecah. Membuat Rose panik dan terburu-buru menghampiri Irene.

“Kau baik-baik saja, hey?”

Irene diam beberapa saat. Lalu berdiri dan tersenyum pada Rose yang malah merinding dengan apa yang diperbuat gadis pucat ini selanjutnya.

“Maaf atas perlakuan buruknya barusan. Kau Kak Rose kan? Kak Wendy banyak bercerita tentangmu pada kami.”

Otak Rose kacau. Tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dan, ‘kami’?

“Siapa... kau?”

Rose melangkah mundur. Ketakutannya semakin besar.

“Aku Kim Yerim. Senang bertemu denganmu.”

Udah ngerti kan? :D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah ngerti kan? :D

Stranger ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang