Kondisi mental Rose semakin parah. Terlebih setelah mendengar berita hilangnya Lalisa yang sudah tersebar hampir seluruh kota. Ketakutannya semakin menjadi-jadi, ia bahkan tak bisa menjawab dengan jelas ketika polisi datang ke apartemennya.
Suara bel terdengar lagi. Rose berjalan gontai keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu.
Seorang polisi berbadan besar dan jangkung itu tersenyum ramah pada Rose. Siapa namanya? Jae—Jaejoong? Ya sepertinya itulah namanya, Rose sedikit lupa. Tanpa banyak bicara ia mempersilahkannya untuk masuk.
“Anda pasti sudah tahu apa tujuan saya kemari kan?” tanya polisi berjaket hitam itu.
Rose mengangguk, “Ya.”
Jaejoong menghela napas sebelum berbicara lebih jauh. Mengeluarkan pulpen dan buku catatan kecil dari balik jaketnya.
“Kami akan meminta keterangan anda lagi mengenai kasus hilangnya Lalisa.”
Rose tampak gelisah di tempatnya. Menanyai seseorang yang mentalnya sedang kacau adalah ide yang buruk. Tapi Rose tak bisa beralasan seperti itu atau ia akan dicurigai pelakunya.
“Jadi, anda dan Lalisa bersahabat?” tanyanya menanyakan hal yang sama dengan kemarin.
“Ya, hanya dia satu-satunya teman yang saya punya. Kami hampir selalu menghabiskan waktu bersama saat di sekolah, kerjaan, dan terkadang jalan-jalan saat punya waktu luang. Tapi akhir-akhir ini kami jarang bersama karena saya sakit yang mengharuskan tetap di rumah, begitupun dengannya yang sibuk,” jelas Rose memainkan jempolnya gelisah, mengatakan hal yang separuhnya bohong. Ia punya feeling tidak enak mengenai hilangnya Lalisa dan gadis aneh itu.
Jaejoong mengangguk-angguk sambil menulis apa yang diucapkan Rose di buku kecil itu.
“Apa Lalisa bertingkah aneh akhir-akhir ini?” Jaejoong melirik Rose yang tampak tidak nyaman.
‘Justru aku lah yang bertingkah aneh’, monolog Rose dalam hati. Tapi tentu saja ia tidak mengatakan itu.
“Tidak, dia terlihat baik-baik saja.”
“Apa selama kalian bersama ada seseorang yang mencurigakan?”
Rose terdiam. Berpikir keras apakah ia harus mengatakan soal gadis dengan banyak identitas itu. Jaejoong menatap matanya lurus-lurus seolah memaksa menceritakan semuanya, itu sangat mengganggunya.
“Sebenarnya ada seseorang mencurigakan yang mengikuti saya. Sehari sebelum hilangnya Lalisa, kami bertemu dan ia berjanji akan membantu saya untuk menyelidikinya.”
Jaejoong mengangkat satu alisnya. “Lelaki atau perempuan?”
“Perempuan. Dan saya rasa dia ada hubungannya dengan hilangnya Lalisa.”
Jaejoong mengangguk. “Ceritakan tentang perempuan itu.”
🥀
“Polisi mendatanginya hari ini.”
“Benarkah? Ini gawat.”
“Kurasa Rose akan mengatakan tentang kita.”
“Apa yang harus kita lakukan?”
Wendy, otak dari semua rencana ini melirik seorang gadis yang diikat di kursi tak jauh dari posisinya.
“Apa dia akan menjadi korban terakhir kita?”
Wendy tersenyum sinis. “Tentu saja tidak.”
Ia berjalan mendekati gadis itu yang langsung bereaksi panik seolah Wendy adalah hantu.
“Jangan bunuh aku!” teriaknya meronta di kursi. Berharap ikatan di tangan dan kakinya terlepas.
“Sssssttt, tenang saja. Aku tak akan membunuhmu sekarang.”
Seulgi mengambil alih, lalu tersenyum sambil memegang kedua bahu gadis itu.
“Setidaknya kau akan hidup sebelum kami menyeret Roseanne Park kemari.”
Bosen gk sih kalian :'(
Pusing bgt nulis cerita genrenya beginian 😵 harus banyak riset di google. Dan itu pun gk cukup, jadi setengahnya aku imajinasiin sendiri 😵 Mana alurnya berantakan bgt lg 😭
Semoga kalian ttp betah bacanya :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger ✓
FanfictionAda sisi mengerikan dari orang asing yang ditolong Rose malam itu. Cover by: @InaGaemGyu