D-4. Red Rabbit [2]

32 4 0
                                    

"Kau bilang apa?"

Pria berambut cokelat itu nampak memproses kembali ucapan pemuda di depannya. Wajahnya yang semula terlihat lelah, seakan sirna ketika mendengar rentetan kalimat yang diucapkan itu.  Bahkan matanya fokus memandang pemuda bermata heterochromia di depannya ini, seakan memintanya kembali menjelaskan apa yang diucapkannya barusan.

"Seperti perkataanku, dok. Aku rasa kami menemukan tanda bahwa bunga Asylum akan kembali mekar dalam setahun ini."

Pemuda berambut biru-- Ervis-- kembali mengatakan apa yang baru saja disampaikannya tadi. Menjelaskan bahwa sebuah bunga Asylum, bunga yang merupakan awal permulaan bencana ini, tidak lama lagi akan kembali mekar.

Sedangkan sosok pria yang menjadi teman berbicaranya tentang ini, nampak syok mendengarnya. Rasanya seperti sebuah hal yang tidak bisa dia percayai. Karena seingat Andrey, bunga itu hanya akan mekar selama tujuh tahun sekali.

"Airyn, bagaimana menurutmu?" tanya sang dokter pada gadis yang sedari tadi hanya diam dibelakang Ervis. Sosok yang datang ke laboratorium ini bersama sang pemuda.

"Ini belum masuk dalam hitungan tujuh tahun, dok. Tapi alatnya menunjukkan bahwa bunganya tidak lama lagi akan mekar," sahut sang gadis. Dia mengeluarkan sebuah bandul berbentuk Pocket Watch dari saku roknya, dan memberikannya pada Andrey. Membuat sang pria segera membukanya dan mengecek warna biru yang terpancar di dalam layar kaca bandul jam tersebut.

"Apa kalian sudah memberitahukan ini pada direktur?" tanya Andrew. Mengalihkan pandangannya dari kedua remaja di depannya, sebelum akhirnya melihat Ervis menggelengkan kepalanya.

"Tadi Nevera menyampaikan kalau beliau ingin bertemu dengan tim kami."

Suara Airyn terdengar menjelaskan. Ingat bahwa mereka pun diminta untuk menghadap sang direktur, pimpinan NEMEA disini. Tapi entah misi apa lagi yang akan diberikan pada timnya. Ervis merasa kalau akhir-akhir ini mereka sudah seperti kerja rodi, pulang ke markas hanya untuk menerima misi baru dan kembali pergi setelahnya.

"Begitu ya. Kalau begitu pergilah menemuinya sekarang. Kita bicarakan ini lagi nanti." Andrey mengangguk mengerti. Mengulurkan tangannya untuk kembali memberikan jam itu kembali pada Airyn yang memandangnya khawatir.

"Apa dokter...berpikir kita mungkin bisa mencari buktinya? Tentang kematiannya melalui ini?"

Suara Airyn kembali terdengar ketika tangannya menggenggam jam saku itu kembali. Memandangnya nanar sesaat, sebelum mendongak untuk menatap punggung Andrey yang sudah berbalik mendekati meja kerjanya lagi.

Pria itu terdiam, tidak memberikan komentar apa-apa tentang itu. Langkahnya kembali maju untuk duduk di kursi putarnya, dan kali ini berbalik untuk memandangi Ervis dan Airyn dengan pandangannya yang sesaat menggelap.

"Tidak ada yang perlu kita lakukan untuk membahas ini. Sekarang, pergilah kalian berdua. Mungkin setelah bertemu dengan beliau, kalian masih punya waktu istirahat sebelum misi selanjutnya itu."

Andrey tidak ingin membahas itu lebih lanjut. Sedangkan Ervis yang melihat itu pun mengangguk, mencengkram salah satu lengan Airyn dan menarik sang gadis pergi dari tempat itu juga tanpa mengatakan apapun lagi.

"Oh, ada satu hal yang kulupakan.Dalam perjalanan kesini, aku mendengar beberapa staff berbicara. Kudengar...ada seorang Devorator baru yang sejenis dengan kami? Apa itu betul? Mendapatkan jenis manusia seperti itu sekarang, sangat langka, kan, dok?"

Langkah Ervis terhenti kemudian di ambang pintu. Meskipun dia tidak berbalik, dia melontarkan pertanyaan itu pada Andrey. Nampaknya dia mendengar sebuah rumor tentang Devorator yang baru. Namun sosok pria yang menjadi pusat pertanyaan itu hanya terdiam. Mungkin memang sudah tidak berniat untuk mengatakan apa-apa lagi.

Devorator : World EaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang