Latihan simulasi diakhiri tidak lama kemudian. Setelah tim Erith menyelesaikan simulasi mereka, tim Hale pun menyusul tidak lama kemudian. Sang pemuda nampak bercakap-cakap dengan anggota timnya. Sepertinya mereka pun menemukan sesuatu yang sulit dipercaya ketika menggunakan senjata mereka secara langsung, mengingat bahwa senjata mereka pasti mengandung elemen yang berbeda-beda juga.
Sedangkan Ryena memilih terdiam. Mengingat kembali apa yang terjadi sesaat sebelumnya. Erith bisa menggunakan kemampuan senjatanya secara maksimal. Dan lagi, warnanya terlihat indah ketika elemen itu teraplikasikan di dalam senjata. Sedangkan Ryena sendiri? Dia bahkan tidak bisa menggunakan elemen senjatanya dan hanya menggunakannya seperti senjata biasa.
Itu memalukan.
Padahal Raver sendiri pun bisa menggunakan panahnya dengan baik. Dan dia mengatakan bahwa pemuda itu sama sekali tidak berguna sebelumnya. Itu ucapan yang terdengar jahat. Ah, rasanya Ryena ingin bersembunyi di suatu tempat terpencil saja.
"Ryena?"
Panggilan Erith membuat sang gadis menoleh, melihat ke arah Erith yang berdiri di sampingnya. Mereka kembali berkumpul di ruang pertemuan, menunggu Amerin kembali ke sini. Wanita itu ingin memberitahukan jadwal mereka besok, jadi dipastikan lagi tidak akan ada yang terlambat besok.
"Hmm, ada apa?" tanya Ryena kemudian. Memandang Erith dengan wajah senetral mungkin, sedangkan dalam hatinya sendiri dia merutuki kebodohannya. Rasanya kesal, namun dia mengakui bahwa kedua orang di depannya ini lebih baik darinya.
"Kau baik-baik s--!"
"Hei, Erith! Mustinya kau lihat bagaimana kerennya Ryena menghentikan Lerphion itu tadi!" seru Raver kemudian lalu merangkul Ryena. Cengiran lucu menghiasi wajahnya, dan kekehan kecil keluar dari mulut sang pemuda.
"Aku bisa mendengarnya dari tempatku berada tadi," jelas Erith kemudian, mengatakan bahwa tanpa melihat pun, dia yakin kerja sama kedua orang ini pasti bagus. Tak perlu melihat untuk tahu, karena kedua orang ini bisa mengalahkan Deminator rank C itu dengan kerja sama yang baik. "Kalian hebat."
"Tentu saja! Jikalau bukan karena Ryena yang menghentikan Lerphion itu, aku pasti tidak bisa menembakkan panahku!" serunya kemudian, memuji sang gadis dan keberanianya yang menghentikan ekor sang Lerphion tadi. Kalau Raver yang berada di sana, dia tidak yakin dirinya sanggup menghentikan pergerakan cepat itu. Terlebih lagi dengan jarak yang dekat itu.
Mendengar pujian itu, Ryena menunduk. Menggelengkan kepalanya singkat. Rasanya dia tidak pantas mendapatkannya. Karena dia tidak melakukan banyak hal. Dia tidak membunuh Lerphion itu. Tidak seperti Erith yang bisa mengalahkan Lerphion itu dengan senjatanya, dan Raver yang menembakkan panahnya.
"Aku tidak sehebat itu," ucap sang gadis kemudian dengan lirih.
"Tidak apa-apa. Kita sama-sama belajar disini, oke. Untuk seterusnya sampai kelas pembelajaran Devorator kita selesai, kuharap bisa bekerja sama dengan kalian lebih baik lagi," sahut Erith kemudian. Mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut rambut sang gadis. Membuat sang gadis pun menggembungkan pipinya dan menampilkan wajah cemberutnya sesaat. Pada akhirnya pun rasa kesalnya seolah dibasuh bersih dengan ucapan sang pemuda.
"Berbaris!"
Suara Amerin yang kembali terdengar membuat ketiga sosok itu berbalik. Melihat wanita berambut cokelat itu nampak berjalan kembali mendekati mereka dengan pandangan yang terlihat tenang. Namun raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi berarti.
Ketujuh Devorator baru dalam pelatihan itu pun segera berbaris di depan Amerin yang menghentikan langkahnya. Memandangi satu persatu Devorator baru itu dalam diam seolah sedang mencari sesuatu di antara ketujuh orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devorator : World Eater
AksiyonTahun 2045, dunia dikejutkan dengan penemuan virus baru yang ditemukan oleh para peneliti terkemuka di bumi. Virus tidak dikenal yang bisa membawa manusia ke masa depan yang tidak menentukan. Namun siapa sangka bahwa virus tersebut dapat membawa u...