Setelah mendapatkan arahan dari Veir mengenai tim mereka, angkatan Erith pun saling mengucapkan salam perpisahan satu sama lain. Karena kemungkinan besar kesibukan mereka akan membuat mereka jarang bertemu. Membuat Erith sedikit merasa sedih karena meskipun dia hanya bersama teman-teman angkatannya itu selama kurang lebih seminggu, mereka sudah cukup akrab satu sama lain.
"Jadi sekarang kita perlu pergi ke ruang pelatihan B? Apa Ryena sudah bisa dihubungi?" tanya Raver kemudian ketika dia dan Erith berjalan di lorong koridor setelah keluar dari tempat pertemuan mereka bersama Veir tadi. Pemuda berambut light cream itu bisa melihat Erith kembali menyibukkan dirinya dengan D-Tabnya--alat komunikasi wajib milik Devorator-- dan kembali mencoba menghubungi Ryena.
Namun hasilnya sama saja. Erith menggelengkan kepalanya. Gadis itu tidak menjawab panggilan yang ada. Mungkinkah dia memiliki kesibukan mendadak yang gawat sehingga tidak sempat menjawab panggilan ini? Atau sesuatu terjadi pada Ryena?
"Tapi dia kan tinggal di bangunan yang sama dengan kita meskipun berbeda lantai. Tidak mungkin terjadi sesuatu yang berbahaya padanya mengingat kita pun tidak mendengar kekacauan tadi pagi."
Raver berpikir kalau mungkin Ryena mengalami masalah yang gawat. Namun pikirannya terlalu jauh melayang sehingga dia berpikir karena mereka tinggal di bangunan apartemen yang sama, mereka bisa mengetahui hal itu. Namun nampaknya tidak. Karena rekan angkatan mereka yang lain pun tidak meliaht Ryena.
"Apa dia memiliki keluarga? Mungkin dia mengunjungi keluarganya."
Erith hanya terpikirkan hal itu. Jikalau bukan Ryena, mungkin sesuatu terjadi pada keluarganya sehingga gadis itu tidak bisa mengabaikannya dan akhirnya pergi mengunjungi keluarganya. Namun ketika melihat ekspresi bingung Raver pun, Erith tahu pria itu tidak tahu apa-apa juga.
"Oh, ya. Mengenai keluarga Ryena. Aku tidak pernah mendengar apa-apa darinya tentang itu. Bagaimana denganmu? Aku pun tidak pernah mendengar mengenai keluargamu."
Ucapan Raver membuat netra Erith kembali terpusat pada Raver. Kalau dia ingat-ingat, meskipun mereka dekat, Erith jarang--bahkan tidak pernah-- membicarakan tentang keluarganya. Berbeda dengan pemuda berambut light cream itu yang nampak segera akrab dan menceritakan semua tentang hidupnya. Tapi sesaat membicarakan tentang keluarga, membuat sesuatu dari dalam lubuk hati Erith, mengetuk keluar.
"Orang tuaku sudah meninggal sejak kecil. Aku diasuh oleh bibiku, bersama kakakku."
Raver yang mendengar Erith mulai membicarakan sesuatu yang jarang itu, memusatkan pendengarannya dengan mata berbinar penasaran. Jarang-jarang dia bisa mendengar Erith menceritakan tentang kehidupannya.
"Kau punya kakak? Perempuan atau laki-laki? Enaknya~ Aku anak tunggal di keluarga," ucap Raver dengan bersemangat kemudian.
Namun tidak berselang lama, kedua tangannya bergerak naik dan menutup mulutnya yang seolah kecoplosan. Tersadar semua bagian dari ucapan Erith tidak mengandung sebuah makna yang menyenangkan.
"Maaf, mengenai orang tuamu..."
"Tidak apa-apa. Lagipula itu cerita lama. Mereka meninggal karena D.C Disease. Karena Virus Demeator. Ketika aku beranjak remaja, aku mulai mengerti keadaan yang ada. Jadi apa yang sudah berlalu, tidak bisa diubah kan."
Erith tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya singkat ketika mendengar ucapan sedih dari Raver. Well, dia memang tidak terlalu memikirkan itu. Karena kedua orang tuanya sudah meninggal sejak lama, dia tidak terlalu merasa kesepian.
"Berarti kau tinggal bersama Kakakmu dan bibimu ya? Seperti apa mereka?" tanya Raver kemudian, mengganti materi topik namun masih dalam lingkaran yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devorator : World Eater
AksiTahun 2045, dunia dikejutkan dengan penemuan virus baru yang ditemukan oleh para peneliti terkemuka di bumi. Virus tidak dikenal yang bisa membawa manusia ke masa depan yang tidak menentukan. Namun siapa sangka bahwa virus tersebut dapat membawa u...