Mata Erith yang terpejam, sesaat terbuka ketika cahaya dari luar jendela apartemennya masuk mengenai matanya. Sang pemuda seketika duduk di tempat tidurnya, dan mengucek matanya beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya.
Kepalanya segera menoleh dan pandangannya segera tertuju pada jendela kamarnya yang tidak dia tutup dengan gorden kamarnya, sehingga cahaya matahari yang tersaring dengan kaca kota Pharos itu pun bisa masuk ke kamarnya.
"Oh, ya. Hari ini..."
Erith mengingat-ngingat apa yang terjadi kemarin. Hari pertemuannya dengan tim resminya, perpisahannya dengan teman-teman seangkatannya, lalu...kegiatan yang perlu mereka lakukan hari ini.
"Latihan pertama di luar kota Pharos," gumamnya masih setengah mengantuk. Namun dengan sedikit memaksa tubuhnya yang masih ingin terbaring, Erith bisa bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah pintu kamar mandi di kamar tidur apartemennya itu. Dia harus segera bersiap-siap sekarang atau dia akan terlambat.
***
Sesuai janji mereka kemarin, Raver adalah sosok pertama yang berdiri di dekat pintu kaca lantai 35 gedung C markas NEMEA Jerman tersebut, tempat apartemen bagi para Devorator dibangun dan tempat tinggal bagi mereka. Sekarang pemuda itu menunggu kedua rekan timnya. Siapa lagi kalau bukan Erith dan Ryena.
"Mereka lama sekali," gumamnya, bersandar pada dinding di samping pintu kaca yang menghubungkan bangunan ini melalui jembatan utama dengan bangunan markas pusat NEMEA. Sesaat mata Raver bisa melihat keluar jendela, menyadari betapa tingginya posisinya sekarang.
Markas NEMEA memang tidak pernah membuatnya berhenti terpukau. Sejak kecil, Raver sudah memiliki keinginan untuk bekerja disini. Meskipun cerita-cerita warga terdengar beragam dan hampir semuanya tidak berujung baik, itu tidak merubah pemikiran Raver.
"Maaf aku terlambat."
Kepala Raver menoleh ketika mendengar suara tidak asing. Dia melihat Erith yang sudah rapi dengan pakaian rapi sederhana. Kemeja putih lengan panjang dan celana panjang berwarna hitam, berjalan menghampirinya. Nampaknya pemuda itu baru saja keluar dari lift dan berlari kemari. Mengingat kamar Erith terletak di lantai 54.
Ok, sekarang tinggal menunggu Ryena.
"Tidak masalah sama sekali! Daripada itu, penampilanmu sederhana sekali," ujar Raver kemudian. Memperhatikan penampilan Erith yang menurutnya sederhana. Berbeda dengan penampilan Raver yang meskipun masih terkesan sopan, dia menggunakan sebuah sweater juga.
"Aku hanya kagum kau bisa tahan panas dengan pakaian itu," ujar Erith kemudian menunjuk pakaian Raver sendiri. Jelas itu terasa sangat panas, dan cuaca di Eropa masih belum memasuki musim dingin yang memang bisa kapan saja muncul di dunia yang sudah tidak memiliki ketetapan ini.
Kekehan pun terdengar dari mulut Raver, ditambah dengan tingkahnya yang nyengir tidak jelas mendapatkan komentar itu dari Erith. Well, dia hanya tidak ingin keluar pertama kali dari kota Pharos ini dengan penampilan yang sederhana.
"Lagipula dimana Ryena? Jangan bilang dia meninggalkan kita dan sudah lebih dulu menuju tempat berkumpul dengan para senior?"
Kali ini Raver menghentikan pembicaraannya yang tadi, lalu mengganti topik seraya matanya melihat sekeliling. Teringat dengan lantai kamar Ryena yang berada di lantai 26, wanita itu pasti muncul dari lantai bawah. Namun bukan berarti Ryena adalah sosok yang segila itu akan naik tangga menuju tempat ini.
"Kita bisa menunggunya beberapa menit. Jikalau dia tidak muncul, kita bisa menghubungi D-Tabnya," saran Erith kemudian. Jelas tidak ada niatan untuk meninggalkan Ryena dan berniat menunggunya. Ucapannya itu membuat Raver menghela nafas panjang, lalu kembali berdiri tegap dan menghadap ke arah Erith.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devorator : World Eater
AçãoTahun 2045, dunia dikejutkan dengan penemuan virus baru yang ditemukan oleh para peneliti terkemuka di bumi. Virus tidak dikenal yang bisa membawa manusia ke masa depan yang tidak menentukan. Namun siapa sangka bahwa virus tersebut dapat membawa u...