Prologue

120 9 6
                                    

Tahun 2045, Pusat Penelitian Berlin, Jerman.

"Hebat sekali! Kau tidak akan tahu apa yang ada pada virus yang baru saja kita temukan ini, Adeline! Virus baru ini memiliki bentuk yang berbeda dari virus kebanyakan," sahut sang pria berbalut jas lab putih yang sudah terlihat sangat lusuh.

Dia berbicara pada seorang wanita yang terlihat berdiri tidak jauh dari tempat sang pria memperhatikan virus baru menggunakan mikroskop elektron di atas meja besi dalam lab tersebut.

Wanita itu segera menolehkan kepalanya ke arah sang pria, tertarik dengan apa yang baru saja dikatakan oleh pria bersurai hitam tersebut. Dengan segera, dia berjalan menghampiri sang pria dan berdiri dekat di sampingnya.

"Apa yang kau lihat?"

"Virus ini terlihat memiliki struktur yang jauh berbeda dari virus pada umumnya. Sepertinya kita bisa menggunakannya agar bisa berguna di masa depan nantinya!" seru sang pemuda dengan antusias. Dia berbalik dan melihat ke arah wanita bersurai pirang itu dan tersenyum lebar.

Wajah lelahnya tertutupi oleh senyuman lebar yang penuh dengan harapan itu. Seolah semua penelitiannya mengenai virus baru ini membuahkan hasil yang sangat berarti baginya.

Sang wanita terlihat diam beberapa saat, kemudian menghela nafas panjang dan tersenyum tipis.

"Itu artinya kita perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai virus ini. Kita juga harus menuliskan laporan terbaru kepada markas pusat mengenai hal ini," jelas sang wanita kemudian berbalik untuk berjalan ke arah kursi kerjanya, lalu duduk dan mengetikkan sesuatu pada keyboard komputer hologramnya.

Sang pria mengangguk singkat. Senyuman lebar masih tidak menghilang dari wajah lelahnya.

"Aku akan memberitahu hal ini pada Veirlyn dan Amerin," sahut sang pria kemudian berlari keluar dari dalam lab, pergi mencari teman-teman kerjanya itu.

Sedangkan Adeline, sibuk mengetikkan sesuatu pada komputer hologramnya. Dia terlihat sangat serius mengetikkan setiap kata ke dalam laporan yang nantinya akan dia serahkan pada markas pusat.

Srak!!

Sebuah suara membuat wanita itu berhenti mengetik dan berbalik melihat ke arah belakangnya. Tidak jauh dari tempatnya, terlihat sebuah pulpen jatuh ke lantai, dekat dengan meja tempat mikroskop elektron yang tadi digunakan, masih menyala.

Menggelengkan kepala dengan pelan, Adeline bangkit dari duduknya dan berjalan untuk mengambil pulpen tersebut dan kembali meletakkannya di atas meja, dekat dengan buku tempat sang pria mencatat hasil pengamatannya.

Tatapannya tertuju pada mikroskop elektron yang masih menyala itu. Rasa penasaran kembali hinggap, membuat tangannya gatal, ingin melihat virus tersebut itu juga.

Menurut hasil yang dilihat sang pria, virus ini memiliki struktur bentuk yang berbeda dari virus umumnya. 

Tanpa berpikir dua kali, sang wanita mendekatkan kepalanya ke arah lensa binokuler mikroskop elektron tersebut dan memposisikan matanya agar bisa melihat preparat virus tersebut.

Terlihat struktur bentuk virus itu memang sedikit berbeda dari virus umumnya. Jika virus umumnya memiliki satu bentuk oval, bulat, batang atau huruf T, maka virus ini terlihat seperti kombinasi dari semua itu, dengan penampilan sedikit berbeda dari umumnya.

"Hmm, begitu ya. Virus ini terlihat seperti memiliki flagella yang nampak unik. Memang terlihat unik, ta--!!"

Adeline spontan tersentak mundur ketika melihat sesuatu yang mengejutkan. Hal itu bersamaan dengan pintu besi lab yang kembali terbuka, menunjukkan pria tadi datang bersama seorang wanita berambut merah dan pria berambut biru Navy.

"Adeline!! Karena keberhasilan kita, hari ini ayo kita--"

Sang pria melihat Adeline dengan tatapan bingung, menyadari raut wajah pucat sang wanita dan kesiagaannya. Adeline bahkan tidak berbalik dan hanya menatap ke arah mikroskop elektron yang masih menyala itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Adeline?"

Suara lembut wanita berambut merah memanggil, namun Adeline bahkan tidak berkutik. Hingga pria berambut hitam bergerak untuk menyentuh bahu Adeline, membuat wanita itu sedikit tersentak dan spontan berbalik.

"A-Andrey?"

Pria berambut hitam yang dipanggil Andrey itu menaikkan sebelah alisnya, menatap Adeline dengan tatapan bingung.

"Apa kau baik-baik saja? Lelah?" tanya Andrey dengan sedikit khawatir, menatap Adeline tanpa memalingkan perhatiannya sama sekali dari sang wanita.

Adeline sendiri yang tersadar dari lamunannya, mendongak dan melihat raut khawatir Andrey, begitu pula ketika dia melihat ke arah samping. Dua rekan kerjanya yang lain juga menatapnya dengan tatapan yang sama.

Adeline menggeleng pelan," a-aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah, tapi tidak apa-apa."

Andrey terlihat menatap Adeline selama beberapa saat lagi kemudian melepaskan pegangannya pada bahu sang wanita. Wajah khawatirnya pun digantikan dengan sebuah senyuman lembut, dan tangannya pun bergerak ke arah mikroskop elektron yang masih menyala tersebut untuk mematikannya.

"Baiklah kalau begitu!! Hari ini kita akan pergi makan-makan! Aku yang traktir!" seru Andrey, mengangkat kedua tangannya ke udara dengan antusias.

Dia kemudian berbalik dan terlihat bercakap-cakap dengan dua rekan kerjanya yang lain. Mereka terlihat membereskan preparat dan perlengkapan lainnya dan menyimpannya di tempat yang semestinya.

Sedangkan Adeline, kembali melihat ke arah mikroskop elektron yang sudah dimatikan itu. Dia tidak tahu apa yang dia lihat tadinya adalah halusinasi karena dirinya yang terlalu lelah, atau bagaimana. Lagipula, bagaimana mungkin hal mengejutkan itu nyata.

Wanita itu kembali larut ke dalam pikirannya, namun kemudian kembali dikejutkan dengan suara lembut dari Andrey.

"Adeline, ayo kita pergi," panggil Andrey.

Melihat teman-temannya yang sudah siap, Adeline mengangguk singkat. Dia mengesampingkan pemikiran mustahilnya itu karena dia tahu itu hanyalah halusinasi.

Dengan pelan, wanita itu berjalan mendekati ketiga rekan kerjanya itu. Senyuman terukir di wajahnya yang terlihat lelah tersebut.

'Itu hanyalah halusinasiku...,' gumam Adeline dalam hati. Dia dan rekan kerjanya pun berjalan keluar dari dalam lab seraya mendengarkan Andrey yang terus mengoceh tentang penemuan mereka itu.

Namun Adeline masih terlihat memikirkan hal itu. Sejujurnya, itu sungguh mengganggu pikirannya.

'Tak mungkin hal itu terjadi. Virus itu, tidak mungkin membelah diri di luar tubuh inang,' batin Adeline lagi.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Thank you for reading my story.
Hope you enjoyed it. ^^

Devorator : World EaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang