Muatan Listrik Pada Penggaris dan Kertas

8 1 1
                                    

"Ayo bercerai"

Ghia tahu tidak ada lagi yang bisa dia lakukan saat dia mendengar ibunya berkata begitu pada ayahnya saat umurnya baru 8 tahun. Dia sudah memohon agar orangtuanya tidak bercerai. Dia tahu keduanya masih saling mencintai. Hanya saja, neneknya (ibu ayahnya) tidak menyukai ibu Ghia.

Ghia hanya bisa pasrah dibalik pintu kamarnya yang bercat biru. Itulah akhir dari keluarga bahagia yang selalu ia banggakan pada teman-temannya. Setelah malam itu, Ghia dipaksa tinggal bersama ayahnya meski sebenarnya Ghia ingin tinggal dengan ibunya saja.

Ghia tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian. Ayahnya masih memiliki orang lain disampingnya. Namun, ibunya tidak begitu. Ibunya hanya sendirian jika Ghia tidak akan ikut dengannya. Tapi,Ghia lagi-lagi tak bisa berbuat banyak. Dia...dia...tidak bisa mengabaikan perkataan neneknya yang penuh ancaman.

Akhirnya,Ghia hanya bisa menatap kepergian ibunya yang terluka sangat dalam. Semenjak hari itu, Ghia tidak lagi pernah melihat ibunya. Sudah 17 tahun. Sebentar lagi dia akan berulang tahun yang ke-25.

Ayahnya sudah meninggal 2 tahun lalu. Neneknya begitu menyesal saat itu. Neneknya berharap setelah kepergian ibunya, ayahnya akan menikah lagi. Namun, sampai ayahnya meninggal,ayahnya tidak pernah menikah lagi.

"Aku akan mencari ibuku nek" ucap Ghia pada neneknya setahun setelah ayahnya meninggal.

Neneknya diam saja. Namun, Ghia tahu neneknya setuju dengannya. Begitulah Ghia mulai mencari keberadaan ibunya. Setahun pencarian tidak membuahkan hasil apa-apa.

"Apa kau menemukan sesuatu tentang keberadaan ibumu?"

"Belum nek, anehnya ibu bagai ditelan bumi"

"Maafkan nenek Ghia, saat itu nenek hanya berpikir kalau ayahmu sudah salah memilih ibumu. Mungkin jika ibumu tidak ada, ayahmu bisa... Memilih seseorang yang lebih baik"

"Sudahlah nek, itu semua sudah berlalu"

"Nenek rasa waktu nenek pun tidak lagi banyak"

"Nenek....berhentilah berkata seperti itu!!!Aku akan sangat marah kalau nenek berkata seperti itu. Kalau nenek pergi aku...aku.... di dunia ini...aku akan tinggal dengan siapa?"

Hati nenek Ghia teriris mendengar hal itu. Dia segera memeluk Ghia. Mereka menangis bersama.

"Berjanjilah nenek tidak akan meninggalkan aku sendirian di dunia ini nek"

Tangis nenek Ghia semakin tidak tertahan. Dia hanya bisa mengangguk dan berdoa agar dia bisa tetap menemani cucu semata wayangnya ini. Dia menyesal baru bisa belajar setelah dia kehilangan anaknya.

Tidak perlu mencari kesempurnaan. Kesempurnaan itu hanyalah semu belaka. Apa yang ada terlihat sekarang adalah apa yang nyata.

"Bagaimana kalau kau mulai mencari seorang pendamping hmmm?"

"Nenek, aku akan menemukan seseorang seperti ayah tapi aku harus menemukan ibu dulu"

"Baiklah lakukan apapun yang kau mau. Jangan biarkan kau dikendalikan orang lain"

Ghia mengangguk,"Tentu saja nek"

"Kapan kau kembali ke perusahaan Ghia?"

"Nenek,perusahaan baik-baik saja dikelola oleh paman"

"Tetap saja itu adalah warisan untukmu Ghia. Kaulah yang harus menjalankannya"

"Tapi,aku menyukai pekerjaanku yang sekarang nek"

"Baiklah,kalau begitu ayo kita tidur saja. Nenek sudah mengantuk"

Neneknya meninggalkan kamar Ghia. Ghia melihat topi koki yang dimilikinya. Ghia adalah seorang koki andal yang terkenal.

Ghia melihat ada pesan masuk di hpnya.

"Kita Putus Saja"

Begitulah isi pesan itu. Ghia kembali teringat perkataan neneknya soal mencari pendamping.  Sebenarnya Ghia sudah menemukan seseorang yang sangat dicintainya. Namun, sepertinya orang itu tidak terlalu mencintai Ghia.

Ghia tidak tahu sebabnya. Ghia ingat dulu saat dia sedang dikejar oleh pria itu. Saat dia menembaknya dengan kalimat yang aneh.

"Ghia kau tahu saat penggaris digosok dengan tisu maka penggaris akan bermuatan listrik dan bisa menarik potongan kertas kecil?"

Ghia saat itu hanya bisa tercengang.

"Begitulah aku saat ini Ghia. Saat kau pertama kali mengajakku berbincang aku menjadi terisi penuh dengan cinta. Sekarang aku ingin tahu apakah aku yang sudah terisi ini bisa seperti penggaris, bisa menarikmu kesisiku?Maukah kau menjadi kekasihku?"

Tanpa pikir panjang Ghia mengangguk.

Dering telepon masuk membuyarkan lamunan Ghia. Nama Rendy tertera disana. Nama yang sama dengan yang mengirim pesan teks berisi kata putus. Nama yang sama dengan seseorang dari lamunannya tadi. Ghia mengangkat telepon itu.

"Kau sungguh tidak bisa dipercaya Ghia. Kau...apa kau bahkan pernah mencintaiku? Kenapa kau hanya menjawab iya saat aku berkata kita putus saja. Apa selama ini aku hanya sepihak saja?"

Telepon itu terputus bahkan sebelum Ghia mengatakan apapun. Ghia hanya menatap ponsel yang ia miliki. Saat itulah keributan itu terjadi. Pelayan yang ada di rumahnya berteriak sangat keras. Ghia berlari keasal teriakan itu dan apa yang Ghia tidak pernah bayangkan terjadi.

Neneknya...neneknya telah pergi meninggalkannya. Dia sekarang sendirian di dunia ini. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Kenapa semua orang pergi meninggalkannya? Apa yang telah ia lakukan sampai harus mendapat ini semua?

"Nenek...."

-------------------BERSAMBUNG--------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do You Know This?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang