ENEMY
"Breathe. Pikiran lo yang sibuk perlu istirahat, dan hati lo yang berantakan perlu ditata lagi. Take a lil rest, and you'll be fine."
— Park Seonghwa
————————
"Biar gue tanya buat kesekian kalinya. Lo kenapa, kak?""Mau mati."
"Heh mulutnya-"
"Emang bener."
Gue ngehembusin nafas pasrah. Udah setengah jam gue nemenin kak Wooyoung yang diem aja sambil sembunyi dibalik hoodie merahnya. Dan selama itu pula dia nggak mau ngomong apa-apa.
Baru tadi aja dia ngomong.
Minimarket udah mau tutup, sementara kak Woo masih gak mau gerak dari posisi duduknya. Gue khawatir kalau ditinggal malah nekat lagi kayak tadi.
"Lo laper nggak?"
Kak Wooyoung ngegeleng.
"Mau pulang nggak?"
"Never."
Gusti.
"Ryu."
Gue noleh.
"Ya?""Maafin gue."
Eum, ini kata-kata yang gue tunggu dari kemarin, tapi entah kenapa rasanya sekarang menguap gitu aja.
"It's okay. Lo boleh cerita kok kalau mau."
Gue liat kak Woo senyum tipis.
"Nanti deh, Ryu."
"Terus sekarang lo gak akan pulang, gitu?" tanya gue sambil ngeremat kresek belanjaan. Nggak tau juga gue ngapain, ngerasa canggung aja.
"Gatau. Gue berasa gak punya rumah."
"Ke rumah kak Seonghwa..? Atau kak Yunho?" ucap gue. Hng, kenapa gue baru inget sekarang ya.
"Gue gak mau mereka liat keadaan gue kayak gini."
Ah, daritadi gue nggak liat muka kak Woo. Cuma keliatan mulutnya aja yang ngomong. Antara hoodienya yang kebesaran, atau memang dia nyembunyiin sesuatu.
Mungkin dia ada masalah sama keluarganya, tapi gue lebih baik diem aja.
"Daripada lo kedinginan disini mending numpang ke rumah temen lo dulu, kak. Gue anter deh, mau gak?" tawar gue.