Hari itu

18 5 20
                                    

Hari demi hari, kita semakin dekat, bisa diakui aku semakin nyaman degannya, walau hanya dengan sebuah pesan tapi dia mampu membuat nyaman, padahal kita tidak pernah bertatap muka.
.
.
.
Tibalah hari dimana aku dan dia bertemu mungkin aneh bagi sebagian orang sebab kita bertemu dengan orang yang kita kenal lewat online.
Saat ini aku tidak sendirian aku bersama Shasa dan Rizky. Mereka mengantarku dan sekalian mereka ingin ketemuan.

"Ga lama banget si" Ucap Shasa
"udah setengah jam nungguin" ujar si Rizky
"Ini udah dibales katanya dah nyampe, dia pake topi biru sama jaket" ucapku

Aku langsung melihat sekitar, tatapanku berhenti pada seorang cowo yang tinggi dan bisa dibilang badannya bagus.
"apa mungkin dia ?" batinku
Dan ternyata benar dia Faisal.
"Ga tinggi banget kayak om om" bisik Rizky yang hanya kubalas dengan tatapan sinis

"Hay lama nunggunya ya" sapa Faisal
"lumayan" jawabku
"Yaudah Ga,aku sama Risky mau joging dulu" Shasa langsung meninggalkan kami berdua.

Suasana menjadi canggung dan dia mengajakku duduk, aku tetap diam tanpa kata karna aku bingung harus bagaimana
Diapun juga diam tanpa kata, apa sampai nanti kita akan saling diam.Akhirnya dia yang memulai obrolan

"maaf nunggunya lama" ucapnya
"iya nggak papa"
"Lo nggak pengen joging" ujarku lagi
"nggak, kan aku pake sendal"
"iya juga ya"
"oh ya gimana?"
"Gimana apanya?"
Jujur aku bingung dengan Si Faisal
"Jadi diresmiin nggak?"
"ha?"
"apanya sal?"
"Ya kita la"

"apa barusan dia nembak gue" batinku. Aneh tapi nyata si, cara pengucapannya gitu banget.

"iyaaa gimana, mau nggak?"
"eemm..... Iya udah"
Entahlah apa itu jawaban yang tepat atau tidak karna sejujurkan saat ini jantungku berasa ingin copot dan tanganku berkeringat dingin padahal ini bukan kali pertamanya aku ditembak cowo. Yaaa.... Aku akui dia nggak seromantis para mantanku tapi kenapa dengan mudahnya kata "Iya" terucap.

"Berarti kita resmi nih, aku pegang ucapan kamu, oh ya aku pinjem hp km"

"Buat apa Sal?"

"bentar aja"

"Nih" kuberikan HP ku padanya dengan fikiran yang melebar kemana-mana. "Dia belum 1 jam jadi pacar gue, kenapa gue ragu ya, masa iya gue putusin cuma alesan liat HP" batinku

"Udah?" tanyaku
"udah kok"
"liat apa kamu di HPku?"
"Cuma kontak aja"
"Kenapa?"
"nggak papa"

Entah kenapa jantungku berdetak lebih kencang dan aku belum bisa mengontrol perasaan ini, apa karna faktor baru jadian yaa.... Mungkin perlu pembiasaan diri.
.
.
.

Faisal terus mengajakku mengobrol dan responku singdatlas (singkat, padat, jelas)

"Kok gitu"
"Gitu gimana sal?"tanyaku
"kayak takut sama aku?" tanya Faisal yang terus menatapku dan aku semakin menunduk
"Tanganku dingin" ucapku lirih

Mendengar jawabanku dia malah tersenyum lalu menawarkan telapak tangannya padaku.

"Maksudnya?" aku bingung dengan respon Faisal

"Siniin tangannya"

Saat telapak tanganku menyentuh telapak tangan Faisal, aku kembali menariknya dan kejadian itu berulang kali hingga aku menemukan keberanian dengan menyentuh telapak tanganya. Namun Faisal malah menggenggamnya dan saar ingin kutarik tanganku, dia semakin erat.

"sa..l....." ucapku terpotong olehnya
"oh iya... Pinjem HP"
"buat?"
Jujur bingung sama dia, kenapa pake pinjem HP segala padahal merk HP kita sama tipenya juga sama cuma beda warna aja dia warna gold dan aku Hitam. Terus kenapa harus HP aku?
"Foto" jawabnya santai
"Foto apaan"
"Foto tangan lah"
"hah?"
"Pinjem"
Antara mikir dia Alay apa gimana si, soalnya pake foto tangan segala.
"Nanti kirim ya"
"Iyah"
"Lucu kamu"
"Lucu apa sih sal"
"Tangannya pake dingin segala, gerogi banget ya"
"nggak juga sih"

Yaa..... Walaupun sebenernya gerogi si, tapi kan malu lah kalo ngaku.
.
.
.
"Ga mega heh" bisik seorang dari belakang

Dan ternyata.... Si Shasa dan si Risky, secara refleks aku menarik tanganku dari genggaman Faisal dengan perasaan malu dan canggung pastinya karna mereka melihat aku dan Faisal tadi.

"emm... Kenapa sha?" tanyaku
"Pulang yuk, udah mulai siang ni" jawab Shasa
"Iya udah ayo" jawabku

Kami jalan berdampingan dengan pasangan masing-masing.
.
.
Ketika aku mau kearah motor, Faisal berhenti karna memang letak parkir sepeda kita berbeda.

"Motorku disitu, kamu mau aku anter sampe motor kamu, apa gimana" ucap Faisal Sambil menunjuk motornya

"Nggak usah, kan ada Shasa sama Rizky" ucapku

"oh, yaudah ati-ati pulangnya" ucapnya sambil tersenyum padaku
.

Tinggal lah aku sebagai nyamuk

Biarlah kuncup untuk sementara
Hingga ia mekar dengan sendirinya
.
.
Hay para readers

Maap kalo nggk menarik karna emang masih belajar.









INTENSITAS HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang