Bu Asni masuk dengan membawa buku besarnya itu dan mulai mengajarkan matematika, tapi keinginan Lisya yang ingin menceritakan semua ini masih bergemuruh.
"Kael ... kael .."panggil Lisya pelan karna takut nanti Bu Asni malah denger.
"Hmm ... paan?"jawab Kael yang masih menatap papan tulis itu yang sudah dipenuhi rumus-rumus.
"Gue mau curhat nih," ujar Lisya menatap wajah Kael dekat.
"Gak usah dideketin segala kali," kael segera mendorong wajah Lisya agar sedikit menjauh.
"Kann .. tadi pas beli cilok"ujar Lisya mulai menceritakan. "Udah tau" jawab Kael ketus
"Kok jawabnya gitu sih, sahabat lagi seneng juga," jawab Lisya.
"Kemaren lo juga gue belain Sya ,tapi kok gak sama sih"
"Sadar Sya kuping gue panas kalo lo cerita Kyak gini"
"Sadar Kael lo cuma temen."
"Lagi belajar Sya" ujar Kael melembut. "Lo sih gue mau cerita juga" gerutu lisya sambil cemberut.
"Nah, tadi tuh kan gue mau beli cilok" lisya mulai curhat lagi.
"Sya gue udah tau Sya,lagian nanti lo kena hukum Bu Asni kalau lo ngomong mulu" ucap Kael menjelaskan.
"Tapi Kael kalau nanti cerita udah basi"jawab lisya lagi.
"Itu yang ribut-ribut dibelakang keluar ajah!" perintah Bu Asni yang mulai bising dengan suara sumbang kael dan lisya.
"Mampus lo! gue bilangin juga apa "ujar Kael yang masih sempat ngejek lisya