Introgasi

2.8K 370 50
                                    

Bingung, khawatir, gelisah, stres, panik. Itulah apa yang dirasakan Doyoung saat ini, membuatnya berjalan mondar mandir seperti setrikaan yang sedang digunakan, hal yang paling dia takutkan akan terjadi sebentar lagi dan semua itu gara-gara Jaehyun.

Omong-omong soal Jaehyun, pemuda itu sekarang sedang di kamar mandi untuk membersihkan diri, meski tidak menunjukan kepanikannya tapi Doyoung juga tahu kalau pemuda itu memiliki kecemasan yang sama seperti dirinya, meski mungkin perasaan itu tak seekstrim apa yang dia rasakan.

Sudah Doyoung bilangkan kalau ayah Jaehyun itu menyeramkan, beliau punya aura menindas yang membuat Doyoung tidak berkutik, juga ada dinding tak kasat mata di antara mereka yang di namakan usia, yang membuat Doyoung sering merasa canggung ketika berbicara.

Cklek

Pintu kamar mandi di buka, menampakan sosok Jaehyun yang mengenakan baju longgar dan celana pendek, di kepalanya ada handuk untuk mengeringkan rambut pemuda itu yang basah.

Doyoung menghentikan acara mondar-mandirnya dan menatap Jaehyun, dia berjalan menghampiri pemuda itu seperti ingin mencari ketenangan dari yang lebih muda.

"Hyung tidak perlu takut!" Jaehyun berkata, meski sebenarnya dia pribadi tidak begitu yakin dengan ketegarannya sendiri dalam menghadapi ayahnya, tapi menenangkan pemuda di hadapannya saat ini lebih penting.

"Apa yang akan kita katakan nanti?" Doyoung bertanya dengan cemas.

Segala sesuatunya perlu perencanaan bukan?
Dan menghadapi ayah Jaehyun jelas membutuhkan perencanaan yang matang.

"Hyung tidak perlu mengatakan apapun, biar aku yang menjawab semuanya, oke?" Jaehyun menempatkan kedua tangannya di bahu Doyoung kemudian menepuknya beberapa kali, berharap itu akan membuat pemuda yang menjadi kekasih pura-puranya ini merasa lebih tenang.

"Baiklah!" Doyoung mengangguk, dia setuju akan hal itu. Lagi pula semua masalah ini kan Jaehyun yang membuat. Jadi dia yang harus menyelesaikannya juga.

Setelah Jaehyun merapikan penampilannya mereka keluar dari kamar dan berjalan turun menuju ruang kerja sang kepala keluarga, di tengah jalan keduanya di cegat oleh sang mama, wanita cantik itu menghentikan dua pemuda yang katanya pacaran ini sejenak sebelum memberikan kata-kata semangat, beliau juga meyinkan Doyoung bahwa semua akan baik-baik saja, meski Doyoung tidak yakin akan hal itu, tapi mari berharap tidak akan ada hal buruk yang terjadi.

Doyoung juga berterima kasih pada mama Jaehyun karena beliau sudah memberi kekuatan juga mendukung mereka untuk menghadapi semua ini. Sejujurnya itu sangat sangat mengharukan, tapi sayang itu tidak terasa begitu mengharukan bagi Doyoung, mengingat dia dan Jaehyun tidak benar-benar saling menyukai.

Langkah keduanya terhenti di depan pintu coklat sebuah ruangan, mereka menarik nafas panjang dan dalam sebelum Jaehyun meraih gagang pintu dan membukanya.

"Kalian datang?" Suara rendah yang berwibawa terdengar.

Tanpa sadar Doyoung menelan ludahnya kasar, dia ingin sekali menyembunyikan diri di balik tubuh Jaehyun tapi tentu saja tidak berani melakukannya, itu akan sangat tidak sopan bukan?

"Iya pa!" Jaehyun menjawab, suaranya terdengar sedikit bergetar, menandakan bahwa pemuda ini merasa gentar ketika harus menghadapi ayahnya sendiri.

"Katakan apa yang ingin kalian katakan!" Itu bukan permintaan tapi lebih ke perintah mutlak yang harus di jawab.

Doyoung melirik Jaehyun sejenak, tangannya terasa sakit akibat Jaehyun yang meremasnya dengan kuat. Ingin sekali rasanya Doyoung berteriak dan memarahi pemuda itu tapi dia tidak bisa melakukannya sekarang, dia tahu bahwa Jaehyun sedang mengumpulkan kekuatan saat ini, jadi dia akan melakukan pembalasan ketika semuanya selesai.

Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang