Sangat mudah untuk menebak takdirmu ketika kau dilahirkan di sebuah keluarga kerajaan, perempuan, dan anak terakhir, yakni sebuah bukti fisik perjanjian.
"Apa maksudmu Maestas?" Drim, kakak lelakiku yang kedua bertanya. Kedua alisnya bertaut dalam.
Rovein kakak sulungku menghela napas, dengan malas ia kembali bersandar di singgasana yang terletak di samping milik ayah. "Silakan dilanjutkan, Frolein."
Frolein, tangan kanan ayahku berdeham. "Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, Maestas Elios Lethean dari Barat meminta tangan Celsi Kendra Atmorean untuk dipinang."
"Tidakkah ia memiliki seorang anak sama sekali?" tanyaku sambil menghela napas.
"Untuk seseorang yang akan dinikahkan kau begitu santai," bisik Drim di samping kiriku.
Aku berdecak. "Ini tidak mengejutkanku sama sekali. Sudah kuduga sejak lama," aku meliriknya. "Lagipula, kita semua hanyalah pion."
"Sejauh yang kuketauhi, beliau tidak pernah memiliki pendamping," jawab Tuan Florein.
"Bukankah ia seperti entahlah, 200 tahun kehidupan atau semacamnya?" pertanyaanku tidak tertuju kepada siapapun secara spesifik, namun dalam hati aku menunggu konfirmasi Ayah.
"Ya, Celsi. Maestas Elios telah menjalani hidupnya jauh lebih lama darimu, namun hal itu tidak perlu dikhawatirkan," ujar Tuan Florein. "Ia Talentum seperti kita, tak berumur."
Dalam hati aku berdecak, ya siapa yang tidak tahu itu?
"Jika aku mengingatnya dengan benar, bukankah ia berdiri di garis musuh saat Perang Besar, Ayah?" Rovein bertanya.
"Maka dari itu penawaran pernikahan ini adalah yang terbaik," ujar ayah. "Aku tidak terpikirkan argumen lain yang memiliki unsur penolakan."
"Lethean merupakan kerajaan besar. Dengan adanya aliansi antara Atmorean dan Lethean, kau bisa bayangkan berapa banyak yang bisa kita capai," lanjutnya kemudian. Ia memandang Rovein awalnya, lalu memalingkan pandangannya untuk menatap Drim dan aku. Pandangannya berhenti beberapa detik lebih lama di mataku.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanyaku, masih memandang Ayah.
Ayah mengangguk kepadaku sebelum ia kembali bersandar di singgasananya, "Kirim surat kepada Maestas Elios bahwa Kendra menerima."
Aku tidak menerima. Tidak pula menolak. Namun mengapa aku menghabiskan waktuku dengan angkat bicara ketika kata-kataku tidak didengar? Lagipula kita semua adalah pion di kehidupan seseorang.
"Karena kita pastinya mengharapkan kehadiran Lethean di kediaman kita, tentunya kita perlu bersiap-siap," ujar Ayah, masih bersandar di singgasananya. "Rovein, aku mengharapkanmu untuk berada di ruang kerjaku sore ini, Drim kau urus seluruh pertahanan kerajaan dan perbatasan, Nuehna Ratuku,aku mempercayakanmu untuk keindahan Istana Utama, dan Kendra," Ayah memberi jeda. "Persiapkan saja dirimu sebaik mungkin."
Aku memberi senyum datar. "Sudah saatnya sang Merak menunjukkan keindahannya," balasku sarkas namun seperti biasa, Ayahku tidak menangkapnya.
Pertemuan keluarga berakhir dengan cepat setelah itu. Aku berniat pergi ke kamarku untuk tidur dan menyelesaikan hari. Latihan bakat rutinku pagi ini dengan Silas cukup melelahkan ditambah dengan proposal Elios Lethean.
"Kau mau pergi ke mana?" tanya Drim, Rovein sudah hilang dari pandangan.
"Kamar," jawabku singkat. "Kau?"
"Hari ini merupakan hari di mana aku akan menerima seluruh laporan dari pasukan darat, udara, dan laut jadi aku akan pergi ke Barak Utama," jawab Drim. "Aku akan mengantarmu."
Aku memutar mata. "Oh ayolah, jangan berlebihan seperti itu."
"Kau butuh berbicara denganku dan aku tidak menerima jawaban selain 'ya' jadi cepat jalan!" decaknya.
"Apa yang kau inginkan aku untuk berkata?" tanyaku, merasa sedikit terganggu.
"Cowok Castalerr itu," ujarnya langsung. "Bagaimana dengan Lucian?"
"Bagaimana apanya?" tanyaku balik.
Drim berhenti dan gaunku terinjak olehnya, membuatku hampir jatuh terjerembap. Aku berdecak kesal. Drim melotot. "Aku benci ketika kau berlagak bodoh," ujarnya, terdengar kekanak-kanakan.
"Aku benci ketika kau berubah menjadi anak umur lima tahun, jauhkan kakimu dari gaunku!" balasku kesal sambil menarik bagian bawah gaunku.
Drim mengangkat kakinya. "Kembali ke topik awal," ujarnya kesal. "Kau suka dia kan? Maksudku, jelas sekali dia suka kau lalu bagaimana denganmu? Perasaan itu ada di kedua belah pihak atau...?" Ia tidak melanjutkan pertanyaannya.
"Kau bercanda kan?" tanyaku heran. Aku mendengus. "Aku tak percaya ini, kau menghabiskan waktuku untuk bertanya hal semacam itu?"
Drim mengerang kesal. "Kau serius? Aku itu peduli denganmu! Kau adikku, ayolah," decaknya. Suhu di sekitarku mulai memanas akibat bakat Drim. "Dengar, jika kau tidak menerima dengan proposal Elios, aku akan membantumu untuk bersama Castalerr."
Aku menahan tawa. "Apa kau mendengar perkataanmu sendiri?"
Drim mengangkat kedua tangannya. "Aku menyerah, katakan saja apa yang ada di pikiranmu sekarang."
Aku memutar kedua mata. "Aku tidak suka kau menanyakan hal-hal tidak penting seperti ini," ujarku sambil kembali mengambil langkah. "Aku akan menjawab pertanyaanmu tapi tidak akan ada lagi bahasan ini, aku benci mendengarnya.
"Pertama, tidak ada apa-apa yang terjadi antara aku dan Castalerr. Aku memang senang berteman dengannya. Kurasa kami menjadi teman baik karena kelas bakat musim lalu.
"Kedua--uh kau tidak memiliki pertanyaan lagi namun aku akan klarfikasi saja sendiri," aku berhenti dan memutar tubuhku menghadapnya. "Aku tetap akan bersama Lethean. Itu langkah terbesar dan terbaik yang akan kuambil. Aku tidak akan menyia-nyiakan hal ini."
Drim menatapku dengan ketidakpastian. "Kau yakin?"
Aku mengangguk mantap. "Ya," kami kembali berjalan. "Kita sudah membahas hal ini. Rovein sang penerus, kau sang jenderal," aku berbalik menghadapnya. "dan aku sang pembuat kesepakatan.
"Dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini, aku akan mengambil segala kesempatan yang kita punya."
...
Catatan Penulis:
Haloo, jadi aku kembali sama ide baru hehehe
Beberapa kata asing yang ada di buku ini adalah kata yang aku buat sendiri karena aku ingin aja gitu bikin yang bener-bener dystopian gitu eheheh, jadi ini kamus kecilnya:
Maestas/Maestesi: Raja/Ratu
Cels/Celsi: Panggilan yang ditujukan kepada keturunan langsung dari Raja, seperti Pangeran/Putri
Jadiii buat kamus kecil ini bakal muncul di setiap bab, tergantung dari kata yang keluar di bab itu aja sii. Semoga suka yaa.
Jangan lupa kasih kritik/saran di kolom komentar ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heirs
FantasyBagi Kendra, mudah sekali takdirnya untuk ditebak ketika ia dilahirkan di sebuah keluarga kerajaan, perempuan, dan anak terakhir, yakni sebuah bukti fisik kesepakatan, aliansi, dan semacamnya. Dengan kedudukan sang Ayah, Nhaelando Atmorean sebagai P...