Tangan kanan Ayah, Florein, datang membawa balasan dari Lethean dua hari setelah penerimaan proposal yang dikirim atas namaku.
Hal ini membuatku gelisah. Apakah ketergesaan ini benar-benar murni ataukah ada motif lain di baliknya?
Seumur hidupku, aku hanya pernah bertemu Elios Lethean satu kali, yakni disaat perayaan Arctossla, malam di mana para bintang berjatuhan. Perayaan itu dilaksanakan di pulau kecil bernama Rouval yang terletak tepat di tengah benua Hasvere, di perbatasan antara Kerajaan Atmorean dan Archenmav. Perayaan itu dilaksanakan setiap 10 tahun sekali, yang mana pada saat itu aku masih menjalani hidupku yang ke-9 tahun ketika aku bertemu Maestas Elios.
Sejauh yang kutahu, Elios merupakan seorang elementum yang bisa mengatur cuaca. Ia bisa memanggil hujan, badai, dan lain sebagainya. Dari cerita beberapa pengawal pribadiku yang telah hidup saat Perang Besar pecah, Elios pernah meledakkan kepala musuh-musuhnya dengan petir, dari badai yang ia panggil, lewat sistem saraf mereka yang mana terdapat listrik.
Jika aku hanyalah seorang Celsi dengan bakat biasa yang dipaksa untuk menerima proposal Elios, tentunya aku akan menolak tanpa berpikir dua kali.
Ada satu hal dari diriku, satu alasan, yang membuat para sentinel keluarga Atmorean merasa segan kendati singkatnya jangka hidupku saat ini, yakni bakatku.
Aku bisa meniru bakat orang lain dan memproyeksikannya dengan sempurna kapanpun aku mau. Bakatku adalah diriku. Hal itulah yang mampu membuatku tetap waras selama ini.
Kelemahannya hanya satu, aku hanya bisa meniru bakat orang lain apabila ia berada dalam jangkauanku.
Merahasiakan bakatku merupakan salah satu langkah brilian yang diambil oleh ayahku. Hanya sentinel Atmorean selain keluarga kami sendiri yang mengetahui hal ini di samping rahasia-rahasia keluarga lainnya. Orang awam mengetahuiku hanya sebagai elementer sang badai. Terima kasih atas hal itu ditujukan kepada salah satu sentinel yang ditugaskan ayahku untuk menjadi sentinel pribadiku, yakni Relier Aramor. Dengan dia berada di dekatku setiap saat, aku bisa meniru bakatnya kapanpun.
"Arctossla selanjutnya adalah hari di mana Upacara Penyatuan akan dilaksanakan."
"Arctossla?" celetuk Rovein. "Tidakkah itu terlalu cepat?"
Temperatur di Ruang Singgasana berubah sedikit memanas, akibat dari bakat Rovein. "Rovein mea frer, kau membuatku berenang dalam keringatku sendiri."
Suhu ruangan kembali turun.
"Bisakah kau bacakan keseluruhan suratnya, Florein?" pinta Drim. Ia terlihat berpikir selama beberapa saat sebelum memutuskan. "Bagian di mana Upacara Persatuan itu dilaksanakan."
Florein mengangguk lalu berdeham. "'Akan sangat menyenangkan bagiku untuk melaksanakan Upacara Penyatuan ini dengan Celsi Kendra Atmorean tepat pada Arctossla mendatang' "
"Ya, tapi mengapa Arctossla?" desis Rovein.
"Hari yang spesial?" usul Drim dengan payah.
"Tapi Arctossla hanya tinggal tujuh hari mendatang," balas Rovein kesal. "Bahkan para Humilis akan menyiapkan waktu berbulan-bulan untuk pernikahan mereka."
"Aku tidak tahu apakah Maestas Elios ingat atau tidak, tapi kurasa kami pernah bertemu di Arctossla yang lalu," aku mulai angkat bicara. "Entah ini sebuah kebetulan yang disengaja atau tidak."
"Atau, bisa saja ini semacam lelucon baginya," celetuk Drim pelan.
"Tapi bukankah kau hanya...entahlah 9 tahun kehidupan?" tanya Rovein kesal.
Aku mengangkat kedua pundakku. Jelas sekali aku tidak merasa seterganggu itu akan hal ini. Lagipula, cepat atau lambat ini akan terjadi.
Aku berdiri dari singgasanaku. "Aku tidak keberatan," ujarku. "Lebih cepat lebih baik."
Secara bersamaan, kami memandang singgasana ayah yang kosong.
Rovein menghela napas. Ia memejamkan kedua matanya selama beberapa saat, ketika ia membukanya, aku bisa melihat kepercayaan dirinya kembali bangkit sekali lagi. "Atur kesepakatannya kalau begitu, mea sor."
Aku memberi senyuman lebar. "Florein," panggilku. "Bilang kepada Maestas Elios bahwa aku tidak sabar menunggu Arctossla."
...
Catatan penulis:
Mea: memiliki arti unsur kepemilikan, seperti my dalam bahasa Inggris
Frer: saudara laki-laki
Sor: saudara perempuan
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heirs
FantasyBagi Kendra, mudah sekali takdirnya untuk ditebak ketika ia dilahirkan di sebuah keluarga kerajaan, perempuan, dan anak terakhir, yakni sebuah bukti fisik kesepakatan, aliansi, dan semacamnya. Dengan kedudukan sang Ayah, Nhaelando Atmorean sebagai P...