2. Behind the Rain

4.7K 507 206
                                    

Pemakaman baru saja selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemakaman baru saja selesai. Dara sangat bersyukur Chaeng dan Jisoo mengerti situasi. Anak-anaknya pulang, menemaninya belajar hidup sendiri.

Jisoo dan Chaeng dilanda sedih yang bukan main pula. Iba menjalari hati kala menengok sang Ibu bersedih. Menangisi takdir, kenapa harus merenggut sang belahan jiwa.

Sama seperti pagi ini, kedua putri Minhyuk terdiam saja menanggapi Dara yang menangisi pakaian sang suami. Sungguh sesak dada mereka. Airmata seorang Ibu adalah kesakitan luar biasa bagi sang anak.

Dara tersedu. Mau tak mau, Jisoo mengambil tindak. Ia beranjak mendekat, merangkul Ibunya yang sudah menua itu. Memeluknya, menenangkannya dalam hangat dekapnya.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," bisiknya.

Jisoo terus berbisik, berulang. Bibirnya bergetar menahan isak. Sungguh, Jisoo tak tahu bagaimana menahan tangis dalam situasi seperti ini. Tak punya kuasa menahan jatuhnya cairan bening tak berguna dari matanya. Mengatakan kebohongan itu berat.

Chaeng mendecak. Bersumpah dirinya, Chaeng benci menangis. Tapi siapa yang tidak menangis sementara di depan matanya terpampang pemandangan yang mengiris?

Pagi ini, bukan pagi yang damai. Dan mungkin juga untuk pagi yang akan datang. Pagi, siang, senja, dan malam pula.

+++


"Appa-mu meninggal?"

Chaeng mengangguk pelan, menyeruput kopinya. Jaehyun memandang iba, wajah Chaeng kusut dan berantakan, menjelaskan bahwa dirinya tengah hancur.

Tangan Jaehyun mengusap lembut lengan kekasihnya. Memberi kekuatan yang setidaknya membantu menopang.

"Jaehyun-ah, aku hancur," Chaeng menggigit bibirnya, mencoba menahan isak. Namun gagal, Chaeng menangis. Untuk pertama kalinya, Jaehyun melihat kekasihnya menangis.

"Sudah, jangan menangis," Jaehyun membawa Chaeng yang gemetar ke dalam pelukannya. Mengusap-usap bahu Chaeng yang naik-turun dengan penuh sayang

"Aku.. aku tidak ada disampingnya kala itu. Aku jauh darinya kala itu. Dia tidak akan mau memaafkanku, Jae. Aku harus bagaimana?" Tangis sedih Chaeng menggetarkan hati. Suaranya bagai gesekan biola rusak. Pilu dan menyakitkan.

+++

Suara ketukan terdengar di depan pintu. Sang empu rumah yang santainya terganggu mendecak.

"Ya, sebentar!" serunya.

Perempuan berparas manis itu berlari kecil dan membuka lebar pintu rumahnya. Sejenak, netra kucingnya nampak terkejut melihat siapa yang datang. Bibirnya bergetar kecil, mencicit, "Jisoo eonnie?"

"Kau sudah pulang? Ada perlu?" Jennie bertanya.

Mata legam Jisoo tak berani menatap Jennie. Hanya bisa memperhatikan kedua kakinya yang sudah berani menginjakan dirinya ke rumah Jennie.

[✔] dua dunia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang