"Katanya dia hilang di hutan.."
"Gimana kalau ternyata udah mati tenggelam di danau?"
"Palingan juga kabur sama pacarnya.."
Na Jaemin tidak tau siapa itu Lee Jina. Dia baru saja kembali setelah seminggu berada di Jepang untuk mengikuti olimpiade sains. Tapi seluruh penghuni sekolah malah membicarakan 'si anak pindahan yang hilang', daripada predikat 'juara satu' yang berhasil didapatnya.
"Kayaknya aku ketinggalan banyak hal, ya?"
Sore itu Jaemin berjalan menuju asramanya dengan Lee Jeno sepulang sekolah. Bahkan teman sekamarnya itu juga ikut mengejeknya.
"Iya. Makannya jangan sibuk sama buku terus!" desis Jeno sambil merangkul Jaemin.
Tapi sungguh, Na Jaemin tidak pernah tertarik dengan masalah teman-temannya di sekolah. toh juga kalaupun tau, dia tidak akan membantu apa-apa.
'Dilarang keluar setelah jam 8 malam.'
Sebuah pamflet terpajang di setiap pintu kamar asrama. Di bawahnya tertulis pula sanksi yang akan dikenakan jika melanggar peraturan bodoh itu.
"Kenapa bisa gitu? Siapa yang bikin peraturan aneh macam itu?" Jaemin mengeluh sambil membaringkan diri di kasurnya.
"Kepala sekolah. Itu ditempel disana setelah Lee Jina menghilang 3 hari lalu."
"Sampai sekarang belum ketemu?"
"Belum." Jeno bermain game dari hand phonenya. "Kalau udah ketemu pasti bakal langsung di drop out. Banyak yang bilang sih, dia kabur sama pacarnya."
Lee Jina, dia baru 2 hari pindah ke SMA Harim. Tapi secara misterius dinyatakan hilang setelah terakhir kali terlihat keluar dari asrama jam 8 malam. Bahkan polisi belum berhasil menemukan gadis itu setelah 3 hari.
"Jaem, kenapa kamu nggak cari dia aja?"
"Ngapain aku yang nyari?"
"Kamu kan bisa lihat hantu.."
Jaemin membuang napas. Yang dikatakan Jeno tidak salah. Tapi itu terdengar bodoh. Tadi Jeno sendiri yang bilang kalau Jina kabur dengan pacarnya, sekarang malah menyimpulkan kalau cewek itu sudah jadi hantu.
"Mau dibilang kabur, pun juga aneh. Kalau beneran kabur, kenapa keluarnya pakai gaun tidur? Barang-barangnya di asrama juga nggak dibawa.." Jeno duduk di atas kasur Jaemin dan menatapnya seperti orang bodoh.
"Kalau sudah matipun aku nggak bakal bisa ngomong sama mereka. Setan itu nggak sama kayak yang di drama-drama.."
Jaemin melemparkan bantal ke muka Jeno kemudian beranjak menuju kamar mandi.
Na Jaemin, tidak ada murid di SMA Harim yang tidak mengenalnya. Dia tampan dan misterius, banyak anak perempuan yang suka mendekatinya dan mengantri untuk jadi pacarnya.
Banyak pula yang sudah terang-terangan mengajaknya berkencan, tapi semuanya di tolak. Bahkan pernah beredar rumor kalau dia itu gay.
Jelas saja, dia selalu bersama dengan Jeno. Kapanpun dan dimanapun.
"Jaem, ada yang telfon.."
Baru saja Jaemin selesai membersihkan diri, Jeno menunjukkan layar ponsel Jaemin dan terdapat nama Kwon Eunbin disana.
"Halo?"
YOU ARE READING
Evanesce ✔
Fanfiction[END] "Menurutmu kenapa aku masih gentayangan?" "Mungkin kamu belum mati." Ini bukan sebuah kisah horror yang menyeramkan. Kisah ini tentang Jaemin yang tak sengaja bertemu dengan arwah Lee Jina, si hantu bodoh yang pikun. Entah karena kasihan atau...