Shin Ryujin terlihat memegangi pipinya yang baru saja ditampar— oleh ibunya sendiri, "Mama? Kok nampar aku, sih?!"
"Kamu siapa? Shin Ryujin?" Hyojin memegangi kedua pipi putrinya. Raut wajahnya terlihat khawatir setelah melihat ekspresi kesakitan itu.
Ryujin menyadari bahwa Saeron dan Eunbin tengah berdiri di dekatnya sambil menatapnya aneh. Ia tidak tau sejak kapan dan kenapa bisa berada disana, yang jelas Ryujin merasa malu saat ibunya datang dengan memakai pakaian aneh seperti itu.
Dengan sebal, ia menarik sang ibu untuk masuk ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari mereka.
"Mama mau buat aku malu, ya? Kalau mereka tau aku anak dukun, gimana?!"
"Shin Ryujin, kamu malu ngakuin mama kamu?"
Gadis itu menarik nafas dalam. Bukan itu yang dimaksudnya. Dia bukan bermaksud menjadi anak durhaka yang tidak mau mengakui ibunya sendiri.
"Bukan gitu, ma.." Ucapnya sambil menarik rambutnya sendiri. "Mama kenapa tiba-tiba nampar aku gitu?"
Wanita itu terdiam sejenak sambil menatap Ryujin, "Dia udah pergi ya?"
"Siapa?"
"Lee Jina."
Matanya memicing kala menangkap gelagat aneh dari sang ibu, "Mama tau Lee Jina? Dia kan izin ke Belanda udah lama banget. Aku aja nggak terlalu kenal sama dia."
"Apa maksudmu? Kenapa dia ada di Belanda?"
"Setelah 2 hari pindah kesini, dia sempet ngilang. Terus kata guruku dia izin ke Belanda. Tapi nggak tau buat apa."
Gong Hyojin menatap kosong ke luar kaca mobil. Perasaannya menjadi gelisah entah karena apa. Sebagai seorang dukun, tentu dia merasa sensitif akan suatu hal yang tidak benar.
"Kenapa, ma?"
"Gurumu bohong. Lee Jina ada disini."
Ryujin mengangkat satu sisi alisnya, menunggu sang ibu melanjutkan ucapannya yang tertahan.
"Dia baru masuk ke tubuh kamu. Dia yang bawa kamu kesini."
Ryujin tertawa singkat. Salah satu hal yang tidak disukainya dari sang ibu adalah ucapannya yang selalu tidak masuk akal.
Ryujin benci tahayul. Dia juga benci akan semua hal dan benda-benda mistis yang ada di rumahnya. Bahkan saat SD dia selalu menjadi korban perundungan karena memiliki ibu yang aneh seperti orang gila. Dan itulah yang menjadi alasannya mempelajari bela diri.
"Ma, sampai kapan sih mama mau ngurusin gituan?"
Hyojin memijat keningnya dan merasa begitu frustasi untuk mengutarakan semua pada Ryujin. Putri semata wayangnya itu memiliki kemampuan turun menurun dari leluhurnya. Sayangnya, Ryujin tidak pernah menyadari itu, apalagi mempercayai hal-hal mistis.
Ryujin bisa saja jadi dukun seperti dirinya, tapi wanita itu tidak berani memaksakan kehendaknya. Putrinya adalah ahli bela diri dan memiliki mimpi untuk menjadi polisi. Hyojin tidak bisa menghalanginya begitu saja.
Namun ia berharap setidaknya Ryujin akan mendengarkannya meskipun itu semua terdengar konyol.
"Aku pergi." Ucapnya datar kemudian keluar dari mobil.
Ryujin mendapati Saeron dan Eunbin masih menunggunya sambil duduk di trotoar. Gadis itu tersadar bahwa dia tidak ingat sejak kapan dia berada disana.
Sampah.
Iya, Ryujin ingat terakhir kali saat ia ingin membuang sampah ke luar gedung asrama. Jadi mengapa tiba-tiba dia berada di pusat kota?
"Ryujin, kamu nggak apa-apa?"
YOU ARE READING
Evanesce ✔
Fanfiction[END] "Menurutmu kenapa aku masih gentayangan?" "Mungkin kamu belum mati." Ini bukan sebuah kisah horror yang menyeramkan. Kisah ini tentang Jaemin yang tak sengaja bertemu dengan arwah Lee Jina, si hantu bodoh yang pikun. Entah karena kasihan atau...