Jaemin kembali ke asrama sendirian. Air mukanya terlihat begitu gelisah.
"Kenapa ninggalin aku, tadi?" Jeno menodongnya dengan pertanyaan marah.
Mereka berdua selalu pulang bersama sebelumnya, tetapi tadi Jaemin pergi terlebih dulu tanpa mengatakan sepatah katapun pada anak itu.
"O-oh maaf, aku punya sedikit urusan."
Jeno mengangkat satu alisnya. Temannya itu benar-benar terlihat sangat aneh seharian ini. "Kamu ada masalah?"
Dengan gusar, Jaemin menyisir rambutnya ke belakang lalu mencoba untuk tersenyum. "Nggak ada kok, beneran."
Jaemin segera mengeluarkan ponsel Jina dan mencharge benda itu setelah Jeno pergi untuk mandi. Apa yang barusan dilihatnya benar-benar membuatnya takut.
Lee Jina berubah menjadi hologram kemudian lenyap, hilang entah kemana.
Apa dia sudah dipanggil ke atas? Jaemin tidak tau.
"Jaeem! Na Jaemiiin!!"
Suara itu membuyarkan lamunannya. Sedetik kemudian, ia mendapat Lee Jina datang ke kamarnya sambil menembus pintu yang tertutup.
"Aku transparan!!" Ucapnya panik.
Demi neptunus, Jaemin tidak pernah menjumpai yang seperti ini seumur hidupnya. Apakah ini sebuah pertanda baik? Atau sebaliknya?
"Sekarang aku udah resmi jadi hantu, ya?"
Jina meraba tubuhnya sendiri, lalu mencoba menyentuh pipi Jaemin.
Textured.
"Bloody hell, Tuhan sedang mempermainkanku.."
Gadis itu mencoba untuk menembus pintu sekali lagi. Namun tubuhnya malah terpental.
"Kenapa tiba-tiba bisa gitu?"
Jina menggeleng, "Aku nggak tau."
Gadis itu meringkuk di pojok ruangan. Ia terlalu takut jika harus pergi tanpa ingat sedikitpun apa yang sudah terjadi padanya, dimana tubuhnya dan siapa yang membuatnya mati.
Jaemin bangkit dari kursinya, ia berdiri di dekat jendela sambil memandang ke arah luar yang sudah gelap.
"Ini semua terlalu susah buat dipecahin. Gimana mau nemuin sebab kamu masih gentayangan? Aku nggak bisa bantu nemuin jasadmu tanpa petunjuk apapun."
Jina memainkan kuku jarinya dengan gelisah. Ia mendongak menatap Jaemin, "Apa kita harus cari dukun?"
Sedetik kemudian, Jeno kembali dengan rambut yang masih basah dengan handuk kecil di bahunya.
Ekspresi Jina yang tadinya gelisah dan ketakutan seketika melunak. Wajahnya semakin cerah saat melihat Jeno.
"Jaem, kenapa temenmu itu ganteng banget?"
Na Jaemin tidak menjawab, memutuskan keluar dari kamar untuk membersihkan diri. Dalam hati ia berharap, semoga Lee Jina tidak melakukan hal buruk pada Jeno.
***********
Siang itu, Jeno memakai sarung tangannya lalu berjalan sok cool sambil membawa tongkat baseball miliknya menuju posisi batter. Di sisi lain, Jaemin bertugas sebagai pitcher tengah bersiap untuk melemparkan bola pada pemuda itu.
Jeno mengambil ancang-ancang lalu bersiap untuk memukul bola yang datang padanya dengan tongkat baseball yang dipegangnya.
"NICE SHOT!"
YOU ARE READING
Evanesce ✔
Fanfic[END] "Menurutmu kenapa aku masih gentayangan?" "Mungkin kamu belum mati." Ini bukan sebuah kisah horror yang menyeramkan. Kisah ini tentang Jaemin yang tak sengaja bertemu dengan arwah Lee Jina, si hantu bodoh yang pikun. Entah karena kasihan atau...