4. Jatuh Sakit

363 39 203
                                    

Waktu terus saja menikam
Membelenggu jiwa yang kian geram
Tak bisakah secuil kesempatan tergenggam
Agar kisahku tak semakin suram

◇◇☆◇◇

"Bid, bentar lagi Dibaan mau dimulai," Ucap Erina dengan mulut penuh nasi.

"Kalo lagi makan jangan ngomong. Entar keselek loh." Abidah mengingatkan.

Mereka melanjutkan makan malam sebungkus nasi kos berdua. Jatah kiriman sore dari orang tuanya. Meski hanya sebungkus dengan lauk seadanya bisa mengenyangkan dua perut santri yang sedang berjuang menimba ilmu di pesantren. Begitulah barokah.

Abidah senang berbagi. Dia mewarisi sifat mamanya yang sangat dermawan. Jika saja teman-teman asrama tidak memusuhinya, akan sangat menyenangkan berbagi makanan dengan mereka. Menyantap bersama diselingi obrolan santai. Sayang, semua angan bahagia itu hanya tersimpan beku di dalam benaknya.

Usai makan, Abidah mencuci tangan ke dalam ember khusus. Dia cukup berhati-hati saat melakukannya sebab di sekitar ember ada banyak cipratan air akibat santri yang tidak bertanggung jawab menjaga kebersihan dan kenyamanan bersama.

Abidah melangkah pelan. Lengah sedikit dia bisa terpeleset jatuh. Beruntung jika hanya jatuh terduduk. Ceroboh sedikit bisa mengakibatkan luka karna pinggiran keramik cukup tajam.

"Aku dandan dulu. Kamu tunggu diluar aja." Ucap Erina melihat Abidah selesai memakai kerudung.

Mengangguk, Abidah melangkah keluar. Menunggu di perbatasan asrama dan musollah. Terlihat disana banyak santri yang sudah datang. Sebagian besar berada di musollah dalam. Beberapa diantaranya masih mengobrol asyik di musollah luar.

Seperti biasa setiap malam jum'at akan diadakan solawat Ad-dibai dan Syaroful Anam yang dipimpin oleh pengurus dengan jadwal piket bergantian setiap malam jum'at.

Di samping itu, setelah berdoa bersama seluruh santri tidak lantas bubar. Mereka masih harus mendengarkan petuah singkat ketua pengurus dan pembacaan daftar pelanggaran selama 7 hari terakhir. Bagi santri yang masuk kategori, akan menuai sangsi sesuai pelanggaran yang mereka lakukan.

يا رب صل على محمد - يا رب صل عليه وسلم

يا رب صل على محمد - يا رب صل عليه وسلم

Lantang, seluruh santri dengan serempak mengikuti Dibaan yang dipimpin Qurroh--pengurus bendara. Dia memang terkenal memiliki suara merdu yang selalu menjadi pujian santri. Parasnya yang cantik dengan mata bulat dihiasi bulu mata lentik, tubuh semampai, rambut lurus sepinggang, dan sifatnya yang ramah secara tidak langsung menjadikan dirinya gadis tercantik di pesantren Basmalah putri.

"Bid, capek,"

Erina mengeluh pelan saat Haira sebagai ketua pengurus mulai membacakan kembali undang-undang pesantren. Mulai dari kewajiban, larangan dan sangsi bagi siapapun yang melanggar peraturan. Di akhir kalimat dia menerima kertas berisi daftar pelanggar dalam seminggu terakhir. Dimulai dari Daerah A sampai terakhir Daerah E.

Tiba giliran Daerahnya, Abidah tidak heran lagi ketika Haira menyebutkan nama-nama santri yang telah melanggar. Meski masih kecil bukan berarti dia tidak tau siapa saja santri yang tidak mengikuti kegiatan. Salah satunya adalah Nana dan Dewi. Mereka berdua memang sangat terkenal bandel. Hanya saja keduanya pintar berkilah setiap kali ditegur. Dan tak jarang melempar kesalahan pada Abidah. Gadis kecil yang tidak banyak bicara.

Ada Cinta Di Madura (On Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang