O7. With J

238 37 6
                                    

Suara ringisan seseorang membuat Siyeon menolehkan kepalanya kaget.

"Astaga! Kak Jeno! Lo nggak apa-apa kah? Maaf gue nggak sengaja!" Ucap Siyeon panik.

Bisa-bisanya ia menendang batu kerikil tadi ke arah Jeno, pala Jeno kan jadi benjol.gg

Jeno mendongak, tangannya masih sibuk memegangi pelipisnya yang terkena lemparan batu oleh Siyeon tadi.

"Oh, nggak apa-apa. Lagian kan kamu nggak sengaja," ucap Jeno sembari tersenyum tipis.

Siyeon tertegun sejenak,

Tunggu..

Kamu

Kamu

Kamu katanya?

Hee?

"Hng, kalo gitu sekali lagi aku minta maaf ya kak."

Tunggu lagi,

Aku?

Aku?

Siyeon bilang aku?!

Adik manis ku sudah baleg slur-hyunjin.

Oke ngga, Siyeon tadi cuman kebawa-bawa kok.

SERIUS!

Siyeon mengusap tengkuknya canggung.
"Tapi gapapa kan kak? Gak ada yang luka?"

Jeno menggeleng.
"Nggak ada."

Siyeon mengangguk.
"Yaudah deh kalo gitu kak, gue pamit ya. Maaf sekali lagi,"

Jeno terkekeh kecil,
"Maaf terus. By the way, kok lo masih di sekolah? Ada ekskul?" Tanya Jeno penasaran.

Siyeon mengangguk.
"Tadi abis kumpul ekskul Jurnalis." Jawab Siyeon.

"Oh gitu. Gue abis rapat osis tadi, kebetulan juga mau pulang. Mau bareng?" Tawar Jeno.

"Eh?"

"Mau bareng?" Jeno mengulang perkataannya.

Siyeon terdiam.

Jeno menjentikkan jarinya,
"Bengong, udah ayo. Keburu maghrib."

"Nggak usah kali kak, ngerepotin." Ucap Siyeon sok kalem.

Jeno menggeleng, lantas meraih pergelangan tangan Siyeon untuk di tarik menuju parkiran.
"Nggak sama sekali. Gue cuman ada satu helm, lo gapapa kalo nggak pake?" Tanya Jeno menatap Siyeon.

"E-eh, iya nggak apa-apa kok. Gue biasa nggak pake, nggak betah." Siyeon nyengir, menarik tangannya yang dicekal Jeno dengan canggung. 

Jeno yang melihatnya hanya tersenyum geli.
"Nggak boleh gitu. Itu kan demi keselamatan lo juga,"

Siyeon mengangguk sembari tersenyum tipis.
"Iyaa."

"Yaudah naik, bisa naiknya kan?"

Siyeon mengangguk, motor ninja mah udah jadi makanan sehari-harinya. Wong hampir seluruh sepupunya aja punya motor ninja.

Siyeon mah demennya nebeng^^.

"Bisa kok," jawab Siyeon membuat Jeno mendesah kecewa.

"Gak bisa modus deh." Gumam Jeno pelan,

Siyeon membulatkan matanya,
"Lo ngomong apa kak?" Tanya Siyeon.

Jeno menggeleng, lantas menggas motornya, membelah jalanan ibukota Jakarta yang sudah mulai padat.

Diam-diam ia menghela nafas lega karna adik kelasnya itu tidak mendengar gumaman nya.

"Lo udah makan belum?" Tanya Jeno.

"HAH APA KAK"

"UDAH MAKAN BELUM?"

"OH IYAIYA"

"MAU MAMPIR DULU?"

"HAMPIR SAMPAI? DIMANA?" Seriously, ini aku bacanya pake nada dora: )

"MAMPIR DULU KESANA YA!"

"OH GITU.."

Jeno menggelengkan kepalanya sembari tersenyum geli,

Sedangkan Siyeon mengernyitkan dahinya, tadi kakak kelasnya itu ngomong apa aja?

•••


"Fyi, ini tempat tongkrongan gue sama anak-anak base. Lo gapapa kan gue ajak makan di pinggir jalan gini? Kalo nggak kita bisa puter balik ke mall," Jeno menolehkan kepalanya.

Siyeon menggeleng.
"Emang kenapa kalo makan di pinggir jalan? Sama-sama enak kok."

Jeno membalasnya dengan senyuman tipis, lantas mereka berdua berjalan memasuki kedai yang biasa menjadi tongkrongan Jeno dengan anak base lainnya.

"Waduh waduh, saha ieu teh Jen. Geulis pisan, kabogoh anyar?" Tanya mang Doyoung tersenyum menggoda. [ Siapa ini tuh Jen, cantik amat. Pacar baru? ]

"Enya. Geulis pan?, kabogoh saha heula atuh? Abdi" Jeno tergelak. [ Iya. Cantik kan? Pacar siapa dulu atuh? Saya. ]

Mang Doyoung menggelengkan kepalanya, lalu menoleh menatap Siyeon yang sedang memperhatikan keduanya.

"Namina saha atuh teh?" tanya mang Doyoung pada Siyeon. [ Namanya siapa? ]

Siyeon mengerjapkan matanya beberapa kali,
"Siyeon mang," jawab Siyeon ramah.

Mang Doyoung mengangguk,
"Bisa basa Sunda, neng Siyeon teh?"

"Hahaha, enya mang.." [ Iya mang ]

Jeno yang mendengarnya refleks tersedak ludahnya sendiri, ia menoleh menatap mang Doyoung yang tengah tergelak. Lalu menatap Siyeon yang ternyata juga tengah menatapnya dengan seringaian kemenangan.

Jeno menggaruk tengkuknya canggung, wajahnya memanas sekarang.

•••


"Kalo lo penasaran, ayah gue asli bogor. 4 tahunan pernah tinggal di Bogor, sedikit banyak ngerti lah sama bahasa sunda." Siyeon tersenyum miring.

Jeno tersenyum masam,
"Ah iya.. sorry ya tadi, gue cuman bercanda doang."

"Kalo beneran juga nggak apa-apa."

Jeno kembali tersedak ludahnya sendiri,

"Bercanda," gelak Siyeon.

"By the way, kak. Thai tea yang paling enak di denger?" Tanya Siyeon sembari menaikkan sebelah alisnya.

Jeno mengernyit,
"Enak di denger? Thai tea gratisan kah?" Jeno mah gratisan terus heu T^T

Siyeon tersenyum.
"Bukan."

"Terus?"

"Thai tea di jalan ya, kabarin kalo udah sampe. Gue masuk dulu kak," Siyeon melambaikan tangannya lantas memasuki rumahnya.

Meninggalkan Jeno yang masih berusaha mencerna semuanya.

***

aduh Siyeon ya, nakal.

anziano / siyeon , jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang