13. Ski Dubai.

138 29 0
                                    

"WKWK GOBLOK, TEU BISA MAEN SKI MAH HICING WE CHAN." Yohan tertawa kencang sembari tangannya menunjuk-nunjuk Haechan yang sedang tersungkur di tengah-tengah.

"Hush!" Siyeon menggeplak kepala Yohan dengan tangannya.

"ATUH LAH GENGS, NGGAK ADA YANG MAU BANTUIN GUA APA?" Teriak Haechan yang masih dalam keadaan tersungkur.

Mermet nyasar darimana ini.

"KAGAK." Sahut anak kelas 11 IPA 2 kompak.

"NAJIS JAHAT."

Pak Chanyeol bertepuk tangan sekali.
"Anak-anak kita ke bus sekarang! Kita lanjut!"

Tapi,

Anak-anaknya pada nggak nyahut, malah makin asik sama kegiatannya masing-masing.

Dasar murid gada adab.nou

Pak Chanyeol menatap anak-anak muridnya sinis, lantas menaruh toa di bibirnya, pak Chanyeol menarik nafasnya sejenak, lalu..
"CEPET MASUK KE BUS ATAU KALIAN SEMUA KAMI TINGGAL!" Teriak pak Chanyeol menggelegar sampe ke antero ski Dubai.

y okz

Bikin semua anak-anak kelas 11 yang tadinya lagi sibuk sama kegiatannya masing-masing langsung lari-lari pontang-panting keluar dari arena ski, mereka naro perlengkapan ski nya ke tempatnya lagi, terus lanjut lari ke parkiran.

"Bentar, kok malah gue yang ditinggal?" Gumam pak Chanyeol menatap kepergian anak-anak muridnya.

•••


Siyeon keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di kepalanya, dirinya lalu menatap Heejin yang sedang memainkan laptopnya di atas kasur, dan Lia yang sedang video call dengan Lino.

"Aku disini dan kau disana, kita berjumpa via suara." Nyanyi Heejin pelan yang langsung diberi pelototan oleh Lia.

Siyeon tertawa pelan, disaat yang bersamaan dirinta merasa tak habis pikir, kenapa kak Lino mau-mau saja berpacaran dengan Lia? Siyeon mean, kak Lino itu sangat sangat sangaattt kalem, sedangkan Lia? Yh okz, kamu bisa liat sendiri kan?

Ya mungkin mereka memang jodoh.

"Cabut yuk gengs," ajak Lia yang ternyata telah selesai bertemu sapa dengan kak Lino nya.

Siyeon menaikkan sebelah alisnya, tangannya mengusak rambutnya yang basah dengan handuknya.
"Cabut kemana?"

"Tdm." Jawab Lia singkat.

"Gaskeun slur." Sahut Heejin.

"Yok lah gas."

•••


"Mau kemana?" Yohan melipat kedua tangannya sembari menyandarkan tubuhnya pada dinding di belakangnya. 

Lia nyengir.
"Ke hati muuuu!"

"Sinting." Toyor Yohan.

"Ish jangan ditoyor!" Omel Lia.

"Nggak boleh, masuk nggak lo?!" Toyor Yohan, lagi.

"Hah?" Tanya Lia bingung.

"Lo mau cabut kan?" Terka Yohan tepat sasaran. Lia tersentak.

"Tau darimana lo? Buset cenayang ya!" Tuding Lia. Yohan menepisnya.

"Masuk kamar cepet!"

Lia berekspresi sedih, lalu menoleh menatap kedua temannya yang sedari tadi menyimak.
"Nggak boleh guys, yaudah yuk masuk kamar aja."

Lahhh

Ketiganya kompak mengerutkan keningnya, nggak biasanya Lia nurut gini.

Heejin menaruh punggung tangannya ke dahi Lia.
"Nggak panas." Ucap Heejin heran.

"Ada angin apa lo?" Tanya Siyeon. "Angin topan, angin haiyan, atau tornado?"

Lia berdecak kesal.
"Ish udah ayok!"

Siyeon dan Heejin menghela nafasnya. Lalu mereka berdua berjalan mengikuti Lia yang sudah berjalan duluan ke arah kamar.

Yohan yang melihat itu mengernyitkan keningnya samar, lantas membalikkan badannya. Berniat kembali ke kamarnya,

Tapi..

Bruk

Bruk

Tap tap tap

"LIA, HEEJIN, SIYEON! BALIIIKKK!" Teriak Yohan.

Tapi telat. Tiga sejoli itu sudah berlari keluar dari hotel.

Sungguh pintar memang adeknya Jeno ini.

anziano / siyeon , jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang