9. HUKUMAN

87 16 0
                                    

Solidaritas itu, ketika satu teman mu terkena masalah, tapi kita kena hukumannya bersama -DAJO

--------------
1 unread message

Tuan Zein.
Papa akan pulang tepat saat kamu ujian kelulusan. Yang bener jadi anak, tugas kamu belajar bukannya pacaran diam-diam.

Digry mengepalkan tangannya, mengapa ayahnya selalu saja menguru pribadi nya? Haruskan ia mengikuti jejak ayahnya seperti Kakaknnya?

"DIGRY!! LO DIPANGGIL BU MINAH KERUANG GURU." Teriak Devon, teman sekelasnya dan dibalas anggukan oleh Digry.
--------------

"Digry seminggu lagi waktu nya kamu belajar sama Netta, kamu harus jujur yang kamu paham dan tidak nya. Ibu yakin kamu bisa." Ujar Bu Minah yang langsung membuat mata Digry membulat seketika.

"Ma-maksudnya, Bu?" Tanya Digry gelagapan.

"Ya, Netta yang jadi tutor kamu. Waktu itu kan ibu sudah bilang. Untuk kedepannya sampai nanti ada ujian kelulusan, kamu akan di tutorin Netta. Dia yang jadi guru privat kamu." Beber Bu Minah sejelas-jelasnya. Tapi, Digry hanya memandang dan mendengar ucapan Bu Minah dengan kosong. Tidak bisa merespon, entahlah.

"Iya Bu. Makasih Bu, saya keluar." Ucap Digry pamit dan langsung mendorong pintu ruang guru untuk keluar.

Dia berjalan gontai menuju kelasnya. Pikirannya berkecamuk. Mengapa Netta yang tiba-tiba menjadi tutor nya? Bukan kah harusnya ia senang? Perempuan yang ia akui sebagai pacarnya sekarang adalah tutor dia.
--------------

"Bu, saya izin toilet." Ujar Juro.

"Sok atuh, tapi jangan lupa balik lagi." Sahut Bu Ritya dengan logat Sunda nya.

"Yeuh, si ibu mah kalo ngelawak bisa aja dah!" Ucap Juro sambil terkekeh. Lalu meninggalkan kelas sambil mengerlingkan matanya pada keempat sahabatnya.

Tiba-tiba, Digry dan Alden ikut berdiri dari tempat duduknya. Entah mereka semua ingin berbuat apa. Digry langsung buka suara. "Bu! Bu!! Ini si Alden mau muntah Bu katanya! Saya ijin bawa dia ke UKS Bu! Kepala nya berat Bu katanya!" Ujar Digry berbohong. Tetapi, didukung lah dengan kondisi Alden bak orang yang ingin muntah dan langsung menutup mulutnya.

"Aduh kumaha ini? Kok jadi banyak yang izin begini? Yasudah atuh Digry kamu bawa Alden, minta bantuin anak PMR nya." Jawab Bu Ritya panik, dan seisi kelas juga sama dengan Bu Ritya. Sontak mendapat persetujuan, Digry langsung membawa Alden keluar dari kelas.

Berjalan lah misi keempat bocah tengil itu. Ya, mereka keluar dipelajaran Bu Ritya karena merasa bosan mencatat rumus dari Bu Wina, padahal berharap bahwa Bu Wina tidak masuk lagi, agar kelas tidak diisi oleh guru pengganti. Ternyata salah.

Selang 10 menit berlalu, tiba-tiba Oky berdiri. Terpaksa ia harus berbohong agar bisa ikut dengan temannya. Ia langsung berjalan menuju meja Bu Ritya dan meminta izin. "Bu saya izin mau kasih berkas ke ruang guru." Ucap nya dengan sopan.

"Eh-silahkan atuh kasep. Tolong nanti kalo ketemu yang tadi, kasih tau suruh balik lagi." Balas Bu Ritya dan mendapat anggukan dari Oky.
--------------

Sekarang, mereka berempat telah berada di rooftop, duduk santai menikmati angin dan cuaca yang damai.

"Zein bakal pulang, gue ogah dirumah." Ujar Digry dengan nada santai menyebut nama ayahnya.

"Sebenernya masalah lo apaan sih, Dig, sampe-sampe lo benci sama orang tua lo?" Tanya Alden terang-terangan. Digry tetap diam, menandakan bahwa ia tak mau bercerita dulu.

"Banyak,"

"Apalagi anjir kalo bukan dikenalin sama Fanny!" Ujar Juro.

"Oke kita bakal tunggu sampe lo siap cerita." Sahut Oky.

DIGRY✓ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang