19. DIGRY

53 9 4
                                    

Panas seribu hari, dihapus dengan hujan satu hari. Nah, itu berarti sama aja kayak lo kasih seribu kepercayaan dan kebaikan sama seseorang, tapi sekalinya lo buat kesalahan yang fatal, semuanya bakal sirna -Alden Chrusi

--------------

Haiii! Sama seperti sebelumnya aku mau bicara, tapi ini wajib banget di baca dan di simak yaaa! Yang di akhir juga yaa

Untuk kalian nih sebelum baca part ini, jangan kesel dulu plis sama judulnya. Aku tau kok ini cerita banyak konflik nya, enggak ada selesainya, iya kan?:(. Tapi kalian masih mau kan bantuin aku untuk selalu stay dan baca cerita ini? Jangan bosen ya:). Aku sengaja bikin cerita kayak gini supaya beda dari yang lain, supaya endingnya gak disangka akan kayak gimana... Makasiiii banget buat kalian yang selalu nunggu cerita ini, yang selalu sabar... Makasii yaa, aku gak tau harus bilang apa, tapi kalian masih setia walau pun aku kadang juga suka bosen gitu kalo liat ini cerita. Tapi makasi banyak buat kalian yang udah bikin aku selalu sadar kalo aku punya tanggung jawab. Makasii banyak bangeeeet buat kalian, kita berpelukan dulu:v🥰🥰🥰

Happy reading~

"Ma-makasi ba-banyak, Dig." Ya. Digry yang mendobrak pintu toilet. Digry langsung menggendong bukan merangkul Netta lagi, ia keluar dengan inhaler yang ia bawa tadi. Tujuannya adalah, UKS.

"Ngapain sih lagian didalem?! Gak gitu caranya kalo kesel sama orang! Tabok orangnya! Bukan malah ngelukain diri sendiri!" Ujar Digry
yang malah mengomel pada Netta.

Siswa-siswi yang melihat itu banyak yang berteriak histeris. Karena? Ya jelas karena Digry menggendong Netta dengan wajah yang tetap tampannya itu, bukan karena Netta yang sesak kehabisan nafas.

Mereka berdua pun sampai di UKS. Digry langsung membaringkan Netta terburu-buru di kasur berwarna hitam itu. Ia langsung mengambil minyak angin untuk menghangatkan lengan Netta yang sangat dingin sejak tadi ia pegang.

Ia langsung meraih kedua telapak tangan Netta yang sudah sangat pucat, ia langsung membalurkannya dan meniup-niup telapak tangan Netta itu. Netta pun tak begitu menyadari, karena dadanya masih sangat sesak, asma nya sangat kambuh akibat ulahnya sendiri.

"Kamu tenang dulu ya, aku bikinin kamu teh anget dulu, gak ada petugas uks disini, pada gak becus mereka." Ujar Digry setengah kesal.

"Ga-gak usah. Gu-gue mau ke kelas a-aja." Ucap Netta terbata. Ia tahu ini bodoh.

"Aku tau kamu pinter, Net. Jangan suka ngehindar dari orang yang kamu benci dengan hal hal yang gak seharusnya kamu lakuin. Kamu boleh benci aku, tapi inget, kondisi kamu lagi gini, aku nolongin kamu beneran, bukan mau cari perhatian kamu." Ujar Digry. Ia lalu langsung menuangkan gula dan air panas kedalam gelas, dan langsung memasukan sekertas teh yang ada disana.

Netta hanya diam, ia akhirnya menutup matanya sejenak. Ia tahu ia salah. Tapi, rasa gengsi masih lebih besar dari itu? Ya. Itu Netta.

Digry duduk disebelah Netta menggunakan bangku kecil yang ada di uks itu. Ia memerhatikan setiap inci wajah Netta yang sedang menutup matanya itu, jelas, kalau Netta membuka matanya, habis lah Digry.

"Pusing." Ujar Netta tiba-tiba. Digry pun langsung terlonjak. Ia langsung segera mencari obat obat an yang sudah di kategorikan di dalam sebuah kotak obat.

"Minum. Jangan nolak." Ujar Digry yang menjulurkan satu pil kecil berwarna putih dengan bungkus yang berwarna oranye itu.

'Kenapa sih dia selalu inget apa aja tentang gue? Gue benci, gue gak mau luluh sama sikap dia.'

"Gue minum. Lo bisa pergi." Ujar Netta tanpa menatap wajah Digry.

"Kenapa sih, Net? Segitu benci nya kamu sama aku? Demi apapun aku ngelakuin semua nya tulus, aku pengen kamu tau kalo aku beneran tulus ngelakuin semua nya." Ujar Digry yang memelas.

DIGRY✓ (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang