Rain pt.2

2.6K 305 26
                                    

Warning : TYPO MUNGKIN BERTEBARAN

Sisanya sama Kek chapter belakang

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

Rintik hujan masih mendominasi.
Awan hitam masih dengan bangga menghinggapi langit, menutupi hangat nya sang mentari.

Dirgantara membuka mata perlahan, menyesuaikan pandangannya terhadap sekitar.

Pusing masih mendera, namun magh nya sudah lebih baik.
Bahkan ia sangat ingin makan saat ini.

Dirgantara dengan lesu bangun dari tempat tidur, berjalan dengan lunglai ke arah kamar mandi.

Dirgantara menatap wajah nya di cermin, sedikit menyandarkan diri di atas wastafel. Melihat bagaimana wajah nya masih seperti orang yang terbaring di ranjang pesakitan.
Pucat dengan bibir kering serta mata sembab nan merah.

Ia meringis sedikit mengingat betapa parah kondisinya kemarin.

Dirgantara menghela nafas sebentar sebelum akhirnya memilih untuk mengambil handuk dan mandi.
Hari ini hari yang sama sekali tak ia tunggu-tunggu.
Namun apalah daya jika atasan sudah berucap.

Lagipula ia sudah 20 tahun tak bertatap muka dengan makhluk-makhluk sinting di gedung UN.
Hitung-hitung pelepas rindu saja pertemuan kali ini.

Dirgantara tersenyum kecil saat guyuran air shower menyentuh tubuh nya, membuat rileks otot-otot nya yang tegang.
Membuat otak nya berfungsi seketika.

Ia sedikit bergumam lagu dangdut lama, mengisi sunyi di kediamannya.

.
.

.
.

.
.

.
.

Hujan masih terus mengguyur bumi, namun semua itu tak mampu untuk menghentikan langkah Dirgantara.

Dirgantara kali Ini di jemput oleh pak Menlu sendiri, pak Rasidik Marjuki.
Seseorang yang sangat-sangat menyayangi nya, yang sudah menganggap ia seperti anak nya sendiri.

Dirga tersenyum saat Rasidik dengan santainya membuka kan pintu mobil untuk nya sembari tetap memegang payung dengan erat.

"Astaga pak, tak perlu sampai membukakan pintu segala. Saya masih kuat kok pak." Ucap Dirgantara lembut, senyum masih terpatri di wajah manis nya.

"Loh emang kemarin yang magh sampe tepar di kasur siapa?" Sindir Rasidik

Dirgantara meringis kecil, akhirnya ia memutuskan untuk masuk terlebih dahulu diikuti oleh Rasidik selanjutnya.

Didalam mobil memang hangat, tapi masih belum mampu menghangatkan tubuh ringkih nya.

Dirgantara mengeratkan jas nya.
Sedikit (banyak) menyesal karena tidak memakai jaket sekarang.

"Tapi sekarang saya udah gak sakit lagi kok pak, Saya hari ini sudah bisa makan pak. Anorexia saya sudah berangsur pulih, meski belum total pulih, masih terkadang kumat hehe" Dirgantara tersenyum canggung di akhir kalimat.

Rasidik menatap Dirgantara Tak percaya.

"Meski begitu Dirga, kamu pengidap insomnia akut, gangguan makan parah, gangguan keemasan yang parah juga, bahkan PTSD mu masih belum sembuh. Bagaimana saya mau percaya kamu baik-baik saja?" Ucap Rasidik dengan nada yang sedikit ditinggikan

Dirgantara tersenyum lemah, ia tak ingin di cap lemah oleh seorang manusia.

"Saya gak apa pak, saya masih hidup kok, gak bakal mati."

ASPHYXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang