Rainbow

2.5K 282 56
                                    

Seluruh warna seakan tercampur.
Bagai suasana hati Dirga saat ini.
Lorong gedung WM yang seharusnya Pendek serasa sangat panjang saat ia lalui bersama Philip.

Sesekali Dirga menggigit bibir nya Gugup serta menghela nafasnya berkali-kali. Tangan Dirga bergetar dengan keras.
Dirinya panik dan cemas bukan main.

Dirgantara mengambil nafas dalam² dan menghembuskannya, mencoba menenangkan tremor yang mendadak menyerang tubuh nya.

Ia memasang senyum profesional nya.
Kembali memasang topeng palsu yang selalu menemani Dirgantara selama ini.

Ia harus mempersiapkan mental untuk bertemu mereka lagi.

Dirgantara berjalan dengan mantap menuju tempat duduk yang sudah disiapkan untuk nya, ditempat itu ia duduk sendirian. Tak ada teman sebangku seperti biasanya.

Sudah Dirgantara duga sejak awal, susunan duduk, interior, dan tatanan ruang World meeting sekarang berbeda, sangat berbeda dari dulu.

Meja yang semula bisa diisi oleh 7-10 Orang sekarang diganti menjadi meja perorangan.
Semakin memperjelas fakta kalau sekarang setiap negara, dan personanya, tak sedekat dulu lagi.

.
.
.

.
.
.

Masih ada sekitar 20 menit lagi sebelum meeting dimulai. Beberapa persona sudah mulai hadir dan duduk di tempat mereka masing-masing.

Philip terlihat sedang berbincang dengan Yun Lang, si personifikasi negeri Singapura. Philip tadi sempat bercerita perihal dirinya yang masih punya hubungan baik dengan Yun Lang. Dirgantara mengerti kenapa, ia hanya bisa diam dan turut senang selama dirinya vakum Philip tidak sendirian.

Dirgantara berjengit kaget saat sebuah botol minum diletakan dengan kasar di hadapannya.

"Bang. 'tuk kau tuh."

Dirgantara mengigit bibir bawahnya, ia enggan melirik kearah orang yang memberinya minuman. Meski ia tahu siapa yang memberinya minuman dengan tidak sopan itu.

"Ah, terimakasih Zak." Dirgantara mengambil minuman didepannya dengan sedikit gugup.

"Uh, Bang--"

Tiba-tiba tubuh Dirgantara ditarik oleh seseorang ke kiri, dan dipeluk.
Yang Dirgantara lihat hanya dada bidang yang dibalut jas abu-abu, jangan lupakan semerbak wangi alkohol yang menyerang Indra penciumannya.

Dirgantara terlampau hafal wangi alkohol menyengat ini, wangi alhokol yang tercampur dengan wangi musim dingin.

Jantung Dirgantara serasa seperti maraton, ia tak tahu kenapa, ia sangat rindu wangi dan hangat orang didepannya.

Tanpa sadar, Dirgantara membalas pelukan orang itu, sembari menutup mata dan mengingat kembali saat-saat bahagia yang dulu pernah ia alami.

Razak hanya bisa diam, ia ingin, sangat ingin merebut Dirgantara dari pelukan orang itu. Tapi ia urungkan saat melihat betapa nyamannya Dirgantara di pelukan nya.

Razak terdiam, ia sadar betul, ia tidak pantas meminta maaf sedikit pun pada Dirgantara. Ia sadar kalau dulu ia memang menyebalkan, sering mengklaim sana sini, sering menyalahkan Dirgantara atas hal yang bahkan diluar kendali Dirgantara sendiri.

Philip dari jauh mengencangkan tinjunya, membiarkan kuku-kuku panjang nya mengiris daging telapak tangannya.
Buku-buku jari Philip memutih, merah, hanya merah yang Philip lihat.

Ia tak terima orang itu memeluk miliknya , ia hanya ingin memiliki Dirgantara untuk dirinya sendiri.
Meski ia tau, akan sulit untuk mewujudkan mimpinya itu.
Yun Lan menahan Philip, ia tak ingin meeting pertama yang seharusnya berkesan untuk Dirgantara berantakan.

ASPHYXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang