"Untuk apa kau kemari huh? Yao-ge"
Netra maroon Dirgantara menatap nyalang ke arah Yao, Wang Yao, sang persona dari negeri tirai bambu China.
Nada tidak suka terdengar dengan jelas dari setiap kata yang Dirga lontarkan.
Yao terdiam, ia memasang raut wajah yang Dirgantara benar-benar benci.
Iba.
Dirgantara benci saat orang lain menatapnya dengan tatapan itu.
Tatapan itu hanya mengingatkannya dengan fakta kalau dirinya lemah, sangat lemah.Yao berjalan mendekat, ia berjongkok tepat di hadapan Dirgantara.
Mengambil satu tangan milik Dirgantara.Dirgantara berjengit, ia mencoba melepas cengkraman tangan Yao dari miliknya.
Namun gagal, cengkraman Yao begitu kuat, membuat Dirgantara meringis sakit."Shhh.."
"Dirga. Hentikan ini. Kejadian itu sudah sangat lama, kau harus mulai bisa menerima kami lagi dalam hidup mu. Mau bagaimanapun suka atau tidak suka, kami bagian dari hidup mu." Ucap Yao dengan tegas.
Air mata menggenang di pelupuk mata Dirgantara, rasa sakit di bagian pergelangan dan sesak begitu kentara.
Dirgantara memberontak, mencoba melepas cengkraman Yao.Yao berdecih, dengan kesal ia mendorong Dirgantara hingga punggung Dirga membentur toilet dibelakang nya.
Air mata sudah benar-benar mengalir, nyeri, itu yang hanya Dirgantara rasakan sekarang.
"DIRGANTARA! Mau sampai kapan kau seperti ini?! Menjadi pengecut dan terus bersembunyi dari kami?! Kau itu personifikasi negara sama seperti kami! Mau sampai kapan pun kita akan terus terhubung karena takdir kita Dir!" Teriak Yao.
Dirgantara bergetar.
Cengkraman Yao masih belum melonggar."AKU MEMANG PENGECUT! AKU BENCI MELIHAT KALIAN! MELIHAT BAGAIMANA KALIAN SALING BERPERANG SALING MENUSUK DARI BELAKANG MENGORBANKAN ORANG-ORANG YANG BAHKAN TAK BERSALAH! AKU TAK PEDULI KALAUPUN KITA SATU SPESIEL SATU JENIS SATU APAPUN ITU! ..."
Dirgantara melepas paksa lengannya dari cengkraman tangan Yao yang mulai melonggar.
Ia memeluk lengannya, meringkuk sekecil mungkin berharap Yao tak akan melihat kondisi nya yang mengerikan dan menyediakan sekarang ini.
Meski ia tau akan sia-sia."lagi pula aku hanya mainan kalian kan? Aku hanya peliharaan kalian yang selalu lemah akan sentuhan kalian kan? Iya kan?!" Dirgantara terisak, ia ingin pulang.
Meeting bahkan belum dimulai, tapi ia sudah mengalami hal-hal yang tak menyenangkan.
Yao mengepalkan tinjunya keras-keras.
Ia semakin merasa bersalah, meski wajah nya sama sekali tak menampilkan apapun selain kesal dan iba."Yao-ge, Wang Yao, menurut mu 15 Juta warga ku yang mati dalam perang itu tak berharga? Sampai aku harus melupakan hal yang kau dan Yakov lakukan? Please Yao-gw, saat itu.. saat itu aku sudah memohon mati-matian pada kalian. Tapi apa? Hanya pelecehan yang ku terima sialan!" Dirgantara menggemelatukan gigi nya, menahan amarahnya yang membuncah.
"TIDAK! Tidak. Maksudku bukan begitu. Dir--"
"Lalu apa?!"
Yao terdiam.
Ia sungguh tak tahu ingin menjelaskan seperti apa lagi.
Ia menarik Dirgantara kedalam pelukannya.
Memeluk tubuh ringkih persona Indonesia itu dengan penuh kasih.Dirgantara terbuai sejenak.
Seketika dirinya mengernyit jijik.
Dirgantara kembali menjadi murahan lagi, ia masih lah seseorang yang haus akan sentuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASPHYXIA
Fanfiction[BOOK RATE MATURE DAN HOMO 🔞 DIMOHON JANGAN SALAH LAPAK] Sesak. Itu yang Dirgantara rasakan. Penderitaan yang akan terus Dirgantara rasakan hingga akhir hayatnya, hingga akhir hidupnya di dunia fana ini. Disaat dirinya bisa terbebas dari belenggu k...